10 TAHUN PESANTREN AT-TAQWA DEPOK
MENGOKOHKAN BUDAYA LITERASI BERADAB
Oleh: Dr. Adian Husaini (Pendiri Pesantren At-Taqwa Depok)

Tahun 2025, Pesantren At-Taqwa Depok genap berumur 10 tahun. Alhamdulillah, Pesantren At-Taqwa Depok telah dikenal sebagai pesantren berbasis adab dan menanamkan budaya literasi beradab. Selama 10 tahun, Pesantren At-Taqwa Depok berjuang menerapkan konsep pendidikan ideal yang dikenal sebagai “ta’dib”.
Konsep inilah yang disampaikan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas dalam Konferensi Pendidikan Islam di Kota Mekkah, tahun 1977. (Lihat Disertasi Doktor M. Ardiansyah tentang Konsep Adab Prof. al-Attas dan Aplikasinya di UIKA Bogor, juga: Adian Husaini, Pendidikan Islam Mewujudkan Generasi Gemilang Menuju Negara Adidaya 2045, Depok: YPI At-Taqwa, 2018).
Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib al-Attas adalah ilmuwan Muslim kontemporer yang dikenal sebagai perumus konsep adab dan ta’dib di dunia Islam. Dalam pengantarnya untuk buku Aims and Objectives of Islamic Education(Jeddah: King Abdul Aziz University, 1979), al-Attas menjelaskan, bahwa yang ia maksud sebagai “loss of adab” adalah: “lost of discipline - the discipline of body, mind, and soul.”
Begitu pentingnya masalah adab ini, maka bisa dikatakan, jatuh-bangunnya umat Islam, tergantung sejauh mana mereka dapat memahami dan menerapkan konsep adab ini dalam kehidupan mereka. Dalam beberapa hadits Nabi saw, disebutkan, bahwa tanggung jawab utama orang tua pada anak-anaknya adalah menanamkan adab dalam diri mereka.
Ibnu Abbas r.a. menjelaskan makna perintah Allah, agar kita menjaga diri dan keluarga kita dari api neraka, adalah bahwa kita harus mendidik keluarga kita dengan adab dan ilmu: (addibuuhum wa-’allimuuhum). Karena itu, pendidikan adab haruslah dimulai dari keluarga. Dan itu sepatutnya dimulai dari pendidikan orang tua, agar memahami masalah adab dan mampu menanamkan adab pada diri dan keluarganya.
Karena itulah, selama 10 tahun, Pesantren At-Taqwa telah berjuang menerapkan program pendidikan yang sangat serius dalam membangun budaya literasi beradab. Para santri tingkat SMA diberikan pendidikan pemikiran tingkat tinggi, dilatih menulis, dan mempresetasikan makalah-makalah mereka di depan guru, wali santri, sekolah dan kampus lain, serta di beberapa kampus di Malaysia.
Sebagai contoh, pada Hari Senin, 19 Mei 2025, sepuluh santri tingkat SMA Pesantren At-Taqwa Depok, menyampaikan presentasi makalah di Gedung Serba Guna Masjid Salman ITB Bandung. Menyimak isi makalah para santri belia ini, insyaAllah kita akan memiliki optimisme tinggi, bahwa masa depan Indonesia akan semakin cerah.
Bahwa, anak-anak kita di zaman ini siap mewujudkan Indonesia Emas 2045. Mereka bukanlah “generasi strawberry” yang rapuh, tetapi “generasi durian” yang tangguh. Tapi, tentunya, pendidikan mereka kedepan harus semakin baik.
Para santri tingkat SMA ini rata-rata berumur 15-18 tahun. Di antara 10 santri itu ada nama Farrel Ahmad Wijaksana (17 tahun), cicit ulama besar Buya Hamka. Farrel akan mempresentasikan makalahnya yang berjudul: “Achieving Perfection Through Islamic Education.“ Tahun lalu, Farrel juga mempresentasikan makalahnya di Kampus STID M Natsir DDII, yang berjudul: “Hamka dan Barat: Respon Hamka terhadap Pembaratan Indonesia.”
Dalam makalahnya setebal 15 halaman, Farrel menulis: “One of the most challenging problems we have yet to face in this current era is no other than the problem of moral and social standards. Through globalization and the rise of social media, we are now -especially the younger generation- are consciously and unconsciously following unrealistic terms in order to reach ‘perfection’, or at the very least the standard of happiness sought after and portrayed in media.”
Berikut nama 10 santri tingkat SMA yang menyampaikan presentasi makalah beserta judul makalahnya:
Konsep inilah yang disampaikan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas dalam Konferensi Pendidikan Islam di Kota Mekkah, tahun 1977. (Lihat Disertasi Doktor M. Ardiansyah tentang Konsep Adab Prof. al-Attas dan Aplikasinya di UIKA Bogor, juga: Adian Husaini, Pendidikan Islam Mewujudkan Generasi Gemilang Menuju Negara Adidaya 2045, Depok: YPI At-Taqwa, 2018).
Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib al-Attas adalah ilmuwan Muslim kontemporer yang dikenal sebagai perumus konsep adab dan ta’dib di dunia Islam. Dalam pengantarnya untuk buku Aims and Objectives of Islamic Education(Jeddah: King Abdul Aziz University, 1979), al-Attas menjelaskan, bahwa yang ia maksud sebagai “loss of adab” adalah: “lost of discipline - the discipline of body, mind, and soul.”
Begitu pentingnya masalah adab ini, maka bisa dikatakan, jatuh-bangunnya umat Islam, tergantung sejauh mana mereka dapat memahami dan menerapkan konsep adab ini dalam kehidupan mereka. Dalam beberapa hadits Nabi saw, disebutkan, bahwa tanggung jawab utama orang tua pada anak-anaknya adalah menanamkan adab dalam diri mereka.
Ibnu Abbas r.a. menjelaskan makna perintah Allah, agar kita menjaga diri dan keluarga kita dari api neraka, adalah bahwa kita harus mendidik keluarga kita dengan adab dan ilmu: (addibuuhum wa-’allimuuhum). Karena itu, pendidikan adab haruslah dimulai dari keluarga. Dan itu sepatutnya dimulai dari pendidikan orang tua, agar memahami masalah adab dan mampu menanamkan adab pada diri dan keluarganya.
Karena itulah, selama 10 tahun, Pesantren At-Taqwa telah berjuang menerapkan program pendidikan yang sangat serius dalam membangun budaya literasi beradab. Para santri tingkat SMA diberikan pendidikan pemikiran tingkat tinggi, dilatih menulis, dan mempresetasikan makalah-makalah mereka di depan guru, wali santri, sekolah dan kampus lain, serta di beberapa kampus di Malaysia.
Sebagai contoh, pada Hari Senin, 19 Mei 2025, sepuluh santri tingkat SMA Pesantren At-Taqwa Depok, menyampaikan presentasi makalah di Gedung Serba Guna Masjid Salman ITB Bandung. Menyimak isi makalah para santri belia ini, insyaAllah kita akan memiliki optimisme tinggi, bahwa masa depan Indonesia akan semakin cerah.
Bahwa, anak-anak kita di zaman ini siap mewujudkan Indonesia Emas 2045. Mereka bukanlah “generasi strawberry” yang rapuh, tetapi “generasi durian” yang tangguh. Tapi, tentunya, pendidikan mereka kedepan harus semakin baik.
Para santri tingkat SMA ini rata-rata berumur 15-18 tahun. Di antara 10 santri itu ada nama Farrel Ahmad Wijaksana (17 tahun), cicit ulama besar Buya Hamka. Farrel akan mempresentasikan makalahnya yang berjudul: “Achieving Perfection Through Islamic Education.“ Tahun lalu, Farrel juga mempresentasikan makalahnya di Kampus STID M Natsir DDII, yang berjudul: “Hamka dan Barat: Respon Hamka terhadap Pembaratan Indonesia.”
Dalam makalahnya setebal 15 halaman, Farrel menulis: “One of the most challenging problems we have yet to face in this current era is no other than the problem of moral and social standards. Through globalization and the rise of social media, we are now -especially the younger generation- are consciously and unconsciously following unrealistic terms in order to reach ‘perfection’, or at the very least the standard of happiness sought after and portrayed in media.”
Berikut nama 10 santri tingkat SMA yang menyampaikan presentasi makalah beserta judul makalahnya:
- Farrel Ahmad Wijaksana (Achieving Perfection Through Islamic Education).
- Farras Zahy Putra (Merespon Komunisme: Konsep Keadilan Sosial dalam Pandangan Nasionalis Muslim Indonesia).
- Zeyd Farkhi Ahmad (Ta'dib dan Perjuangan: Konsep Pendidikan Jihad Hamas).
- Khairin Atha Mirza (Peran Pesantren dalam Perkembangan Kebudayaan di Sunda: Akar Sejarah dan Manifestasinya).
- Farros Halim (Pengaruh Snouck Hurgronje terhadap Sekularisasi Pendidikan Islam di Indonesia).
- Rafa Elzahira Ashary (Critique on ChatGPT Based on the Dialogue Concerning Language Reflection on Worldview and Knowledge).
- Rofifah Affaf Fauzia (Reconstructing the Nurture Discourse: An Islamic Worldview Perspective on the Social Rise of LGBT Ideologies).
- Hisyam Ahmad Fahreiza (Problematika Humanitas Teks Al-Qur'an: Kritik Studi Al-Qur'an Nashr Hamid Abu Zayd).
- Qotrunnada Karimah Ikhwan (Pendidikan Fitrah sebagai Solusi Problematika Transgender).
- Andini Sari Larasati (Kajian terhadap Konsep Futuhat dan Kolonialisme).
Tahun 2025 ini, Pesantren At-Taqwa Depok menggelar acara Wisuda kelulusan santri angkatan kelima. Tantangan berat menjaga iman dan akhlak mulia justru terjadi setelah para santri lulus dari jenjang pendidikan tingkat SMA. Mereka harus memilih meneruskan pendidikan yang berbasis tradisi ilmu yang beradab atau memilih jalur pendidikan yang berbeda.
Selama 4-6 tahun, para santri At-Taqwa Depok telah dididik dengan konsep pendidikan ideal. Keberhasilan pendidikan tergantung kepada tiga pihak, yaitu murid, guru, dan orang tua. Mohon doanya, semoga Pesantren At-Taqwa Depok dapat terus mengemban amanah dan meningkatkan kualitas pendidikannya, sehingga semakin optimal dalam upaya melahirkan generasi gemilang.
Setelah 10 tahun, Pesantren at-Taqwa Depok telah mengokohkan model dan kurikulum pendidikannya. Bermula dari mengontrak Ruko tiga lantai, dengan 9 santri, kini Pesantren at-Taqwa Depok menempati lahan wakaf seluas 5000 meter, dengan lebih dari 200 santri. Bahkan, kini Pesantren At-Taqwa Depok sudah mengelola pendidikan tingkat S1, bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir.
Alumnus pertama program ini - Azzam Habibullah - sudah melanjutkan program Magister Pemikiran dan Peradaban Islam di Raja Zarith Sofiah - Center for Advanced Studies on Islam Science and Civilization (RZS-CASIS) Universiti Teknologi Malaysia. (Lihat: https://mediadakwah.id/mahasiswa-ddii-inovator-muda-dunia-ini-lanjut-kuliah-s2-di-universiti-teknologi-malaysia/).
Mohon doanya, semoga Pesantren At-Taqwa Depok dapat menjadi tempat lahirnya generasi gemilang, yang akan memimpin Indonesia 2045, dalam berbagai bidang kehidupan. Amin.
(24 Juni 2025).
Selama 4-6 tahun, para santri At-Taqwa Depok telah dididik dengan konsep pendidikan ideal. Keberhasilan pendidikan tergantung kepada tiga pihak, yaitu murid, guru, dan orang tua. Mohon doanya, semoga Pesantren At-Taqwa Depok dapat terus mengemban amanah dan meningkatkan kualitas pendidikannya, sehingga semakin optimal dalam upaya melahirkan generasi gemilang.
Setelah 10 tahun, Pesantren at-Taqwa Depok telah mengokohkan model dan kurikulum pendidikannya. Bermula dari mengontrak Ruko tiga lantai, dengan 9 santri, kini Pesantren at-Taqwa Depok menempati lahan wakaf seluas 5000 meter, dengan lebih dari 200 santri. Bahkan, kini Pesantren At-Taqwa Depok sudah mengelola pendidikan tingkat S1, bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir.
Alumnus pertama program ini - Azzam Habibullah - sudah melanjutkan program Magister Pemikiran dan Peradaban Islam di Raja Zarith Sofiah - Center for Advanced Studies on Islam Science and Civilization (RZS-CASIS) Universiti Teknologi Malaysia. (Lihat: https://mediadakwah.id/mahasiswa-ddii-inovator-muda-dunia-ini-lanjut-kuliah-s2-di-universiti-teknologi-malaysia/).
Mohon doanya, semoga Pesantren At-Taqwa Depok dapat menjadi tempat lahirnya generasi gemilang, yang akan memimpin Indonesia 2045, dalam berbagai bidang kehidupan. Amin.
(24 Juni 2025).