ATCO
Kampus Unggul dan Beradab
Pada hari Jumat, 25 Januari 2020, Mendikbud Nadiem Makarim mulai melakukan gebrakan dalam dunia Pendidikan Tinggi. Langkah ini diawali dengan peluncuran empat program kebijakan bertajuk “Kampus Merdeka”.
Diantara empat kebijakan itu adalah: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan otonomi kepada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Swasta (PTS) untuk membuka Program Studi (prodi) baru. Juga, mahasiswa kini diberikan hak untuk mengambil mata kuliah di luar kampusnya selama dua semester, dan mengambil SKS di luar prodinya selama satu semester.
Kebijakan ini juga mencakup perubahan definisi SKS, dari “jam belajar” menjadi “jam kegiatan”. “Kegiatan” itu mencakup: belajar di kelas, magang, praktik kerja di industrI atau organisasi, pertukaran pelajar, pengabdian masyarakat, wirausaha, riset, studi lapangan, juga mengajar di daerah terpencil.
Di era DISRUPSI, kebijakan “Kampus Merdeka” Mendikbud Nadiem Makarim adalah satu keharusan. Ini sudah tuntutan zaman. Tahun 2017, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), menerbitkan buku berjudul “Era Disrupsi: Peluang dan Tantangan Pendidikan Tinggi Indonesia”.
AIPI mengingatkan agar segera merevisi konsep linieritas dalam pendidikan. Menurut AIPI, Pendidikan Tinggi yang berjalan sekarang ini umumnya masih bersifat reduksionis, yaitu terlalu kecil dan sempit perspektifnya dalam melihat dan menganalisis suatu masalah. Konsep linieritas, misalnya, masih banyak dijumpai dalam pendidikan tinggi di Indonesia.
Disebutkan, bahwa konsep linieritas keilmuan, jika dipahami secara ketat dan kaku, akan membelenggu cara kerja, cara berpikir, kreativitas serta inovasi para dosen dan mahasiswa.
Mark Zuckerberg, penemu facebook, misalnya, memiliki keilmuan lintas disiplin. Kata Zuckerberg, dalam facebook “porsi psikologi dan sosiologi sama banyak dan sama kuatnya dengan teknologi.”
Pendidikan Zuckerberg pun lintas disiplin. Saat duduk di bangku SMA, Zuckerberg mempelajari sejarah dan filsafat Yunani. Lalu, ia mengambil program studi psikologi ketika kuliah di Tingkat S-1.
Kebijakan “Kampus Merdeka” juga sejalan dengan konsep Polymath University, seperti ditulis oleh David Staley dalam bukunya Alternative Universities: Speculative Design for Innovation in Higher Education (2019).
Dalam Polymath University, setiap mahasiswa bisa mengambil tiga disiplin ilmu (triple majors), misalnya akuntasi-fisika-sejarah, bisnis-sosiologi-filsafat, keuangan-astronomi-agama, atau beberapa kombinasi lain. Gagasan Polymath University didasari oleh realitas dunia pekerjaan saat ini yang membutuhkan lulusan universitas yang mampu berpikir kreatif, lintas ilmu, dan multidimensi. (Lihat, artikel berjudul “Sarjana Menganggur dan Revolusi Pendidikan Tinggi”, (detik.com, 30/9/2019).
Peluang Perguruan Tinggi Islam
Jadi, memang konsep “Kampus Merdeka” Mendikbud Nadiem Makarim sebenarnya hal yang wajar dalam menyambut era disrupsi. Bahkan, Attaqwa College (ATCO) Depok sudah menerapkan ide Polymath University sejak awal perkuliahan, 17 Agustus 2019. ATCO Depok menetapkan LIMA standar kompetensi lulusan: (1) Adab/akhlak mulia (2) Pemikiran Islam (3) Bahasa Inggris dan Arab (4) Teknologi Informasi (5) Komunikasi lisan dan tulisan.
Kebijakan “Kampus Merdeka” telah MEMBUKA PELUANG bagi kampus-kampus Islam untuk segera berbenah dan melakukan perubahan mendasar dalam orientasi dan proses pendidikannya. Praktik Pendidikan Tinggi yang HANYA mengandalkan “jual ijazah dan gelar akademik” sudah saatnya dihentikan.
Karena itulah, Attaqwa College menerapkan konsep Pendidikan Tinggi Islam dalam bentuk Pesantren Tinggi (Ma’had Aliy). Dosen-dosen ATCO bukan hanya harus memiliki kualitas ilmu yang baik, tetapi harus beradab dan berakhlak mulia. Juga, para dosen dituntut menjadi teladan dan motivator, serta inspirator bagi para mahasiswa.
Jika dalam konsep “Kampus Merdeka”, SKS dihitung sebagai “Jam Kegiatan”, maka di ATCO, seluruh kegiatan mahasiswa dinilai sebagai SKS mata kuliah, seperti shalat berjamaah, shalat tahajjud, tadarrus al-Quran, kerja bakti, olah raga, mengajar, kunjungan tokoh, dan sebagainya. Tapi, yang lebih mendasar, ATCO menerapkan konsep “Universitas Ideal” dalam Islam, yakni bertujuan membentuk manusia yang utuh, insan kamil/al-insan al-kulliy) atau “a universal man”. Itulah sosok manusia beradab (insan adabi/man of adab).
Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas — seperti dikutip Prof. Wan Mohd Nor dalam pidato professorialnya di UTM, 2013 — menjelaskan makna insan adabi: “the one who is sincerely conscious of his responsibilities towards the true God; who understands and fulfills his obligations to himself and others in his society with justice, and who constantly strives to improve every aspect of himself towards perfection as a man of adab [insan adabi]”.
Penanaman adab atau akhlak mulia adalah aktivitas paling fundamental dalam pendidikan. Kampus adalah tempat melahirkan manusia beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Itulah amanah UUD 1945 pasal 31 ayat 3. Kampus (universitas) tidak sama dengan Balai Latihan Kerja (BLK).
Dengan pengutamaan adab dan akhlak mulia, insyaAllah kampus-kampus kita tidak melahirkan ilmuwan-ilmuwan jahat tetapi berilmu tinggi. Adalah musibah besar bagi masyarakat dan bangsa kita, jika kampus-kampus kita melahirkan ilmuwan-ilmuwan tidak jujur, cinta dunia, serakah jabatan, dan gila kehormatan.
Karena itulah, ATCO menerapkan konsep “KAMPUS MERDEKA DAN BERADAB”. Semoga Allah SWT meridhai langkah kita, dan mohon doa untuk ATCO.
Lima Keunggulan At-Taqwa College
- Konsep Universitas yang Benar
- Konsep Ilmu Integral
- Adab dan Akhlak Mulia Diutamakan
- Profesionalisme
- Metode Pembelajaran Fleksibel
Sebagai Perguruan Tinggi Islam, Attaqwa College (Atco) menerapkan konsep ‘Universitas’ dalam Islam. University atau Jaami’ah, bermakna universal, menyeluruh, integral, kulliy; bukan parsial, bukan juz’iyyah. Maknanya, tujuan utama Pendidikan Tinggi adalah membentuk manusia yang sempurna (insan kamil), dan sekaligus memiliki skill (profesionalitas) yang diperlukan untuk mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat. Jadi yang utama adalah menjadi manusia yang baik (good man). Universitas tidak sama dengan Balai Latihan Kerja (BLK), meskipun di universitas, mahasiswa juga dibekali ilmu dan ketrampilan untuk hidup mandiri.
Atco berpijak atas konsep ilmu yang integral. Yaitu: (a) Memadukan tiga sumber ilmu (panca indera, akal, dan khabar shadiq) secara integral dan proporsional; dan (b) mendahulukan ilmu-ilmu fardhu ain dan menempatkan ilmu-ilmu fardhu kifayah secara proporsional.
(a) Mengutamakan adab dan akhlak mulia, sebelum ilmu. Agar meraih ilmu yang bermanfaat, diawali dengan niat IKHLAS mencari ilmu. (b) Hanya mahasiswa beradab dan berakhlak mulia yang berhak melanjutkan ke jenjang semester berikutnya. Rumusnya, taaddabuu tsumma ta’allamuu. Beradablah kamu, kemudian berilmulah! Rumus pendidikan ini untuk menghindarkan munculnya orang-orang yang berilmu tinggi tetapi perilakunya jahat dan merugikan masyarakat. Penanaman adab bukan pekerjaan sambilan dan sambil lalu.
Atco membekali mahasiswa dengan kompetensi professional yang diperlukan untuk membangun kemandirian diri dan ketahanan masyarakat. Di era disrupsi, lima kompetensi unggulan yang diperlukan oleh pejuang muslim professional: (a) Adab/akhlak mulia, (b) Pemikiran Islam, (c) Bahasa Arab dan Inggris (d) Teknologi Informasi, dan (e) Komunikasi lisan dan tulisan.
Atco menerapkan metode pembelajaran yang fleksibel, berprinsip pada “based on result”, bukan “based on process”. Jadi, bentuk evaluasi yang terpenting adalah “kamu bisa apa” bukan “kamu sudah belajar apa”. Mahasiswa yang menguasai standar kompetensi lulusan dengan baik dan mampu menulis skripsi/buku dengan baik, dinyatakan berhak lulus dari Atco.
Demikianlah LIMA kriteria utama suatu Perguruan Tinggi dapat dikatakan sebagai KAMPUS TERBAIK. Perguruan Tinggi mana saja, yang memenuhi lima kriteria itu, kami yakini sebagai kampus terbaik.
Dosen
- Dr. Adian Husaini
- Dr. Muhammad Ardiansyah
- Dr. Syamsuddin Arif
- Dr. Nirwan Syafrin
- Dr. Ir. Budi Handrianto
- Dr. Suidat
- Dr. Rahmatul Husni
- Dr. Muhammad Isa Anshari
- Ir. Arif Wibowo
- Dr. Ir. Munawar
- dll
Contoh Profil dan Prestasi Mahasiswa At-Taqwa College
- Fatih Madini, meluncurkan buku Mewujudkan Insan dan Peradaban Mulia, pada umur 16 tahun. Pada umur 17 tahun, Fatih Madini menerbitkan buku keduanya: Reformasi Pemikiran Pendidikan Kita (sampai tanggal 30 Mei 2020, bukunya sedang proses produksi). Fatih Madini juga telah memberikan berbagai ceramah di berbagai sekolah, kampus, dan pesantren.
- Azzam Habibullah sudah menulis empat buku. Buku keempatnya berjudul: Hikmah Sejarah untuk Indonesia Berkah (sampai tanggal 30 Mei 2020, sedang dalam proses produksi). Umur 17 tahun, Azzam memberikan presentasi paper di USA, Swedia, dan Turki. Bergabung dengan At-Taqwa College umur 18 tahun.
- Faris Ranadi, telah menulis sejumlah artikel dan mempresentasikan artikelnya di berbagai tempat. Ia pun telah menerbitkan sebuah novel. Di Pesantren At-Taqwa, Faris Ranadi membantu mengajar bahasa Inggris untuk para santri.
- Faiz Rasyidi, alumnus PRISTAC Ponpes At-Taqwa Depok. Selain sebagai mahasiswa, ia juga menjadi guru silat di Pesantren At-Taqwa Depok.
- Dan beberapa mahasiswa lainnya yang memiliki potensi di berbagai bidang.
Komentar Tentang At-Taqwa College
“InsyaAllah At-Taqwa College will continue the great and
integrated
tradition of
Islamic
education especially the independent spirit of Imam Zarkasyi at Gontor and the
comprehensive
intellectual, ethical and civilizational vision of Prof SMN al-Attas at ISTAC! It
deserves our
whole-hearted support.”
(Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud, Pakar Pendidikan
Internansional).
“Alhamdulillah At-Taqwa College mempunyai misi strategis menyiapkan
generasi yang
berpribadi
muslim, berdaya saing global, menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme,
InsyaAllah.”
(Prof. Dr. Nanang Fattah, Guru Besar Universitas
Pendidikan
Indonesia)