Wisata Sejarah: Ziarah Makam Wali
Oleh: Izyan Rasyid dan Fatih Danish (Santri PRISTAC – Setingkat SMA – Pesantren At-Taqwa Depok)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan
Madrasah Assunnah Pandaan mengadakan kegiatan Wisata Sejarah Islam (WISE), dalam rangka mempelajari sejarah dan tokoh penyebar Islamisasi. Kegiatan ini diadakan pada Kamis (14/11), di mulai dari sekitar pukul 08.30 di makam Fatimah Binti Maimun, dan berakhir di Masjid Chengho.
Pemandu perjalanan ini sendiri pun menjelaskan bahwa sejarah mengenai beberapa hal, seperti Fatimah B. Maimun kerap terlupakan bahkan oleh orang Jawa sendiri. Makam ini ditemukan empat abad setelah wafatnya. Padahal ini merupakan suatu peristiwa penting sebab kedatangannya sebagai seorang putri Champa untuk berdakwah. Sebab dakwahnya dilaksanakan sebelum wali songo itu hadir. Walau kehadirannya tidak lama karena terkena wabah, pengaruhnya dapatlah dirasakan, dimana para perempuan Jawa mulai memakai penutup kepala menyerupai jilbab.
Selesai dari Leran, melanjutkan perjalanan ke Gresik. Santri pun berziarah dan membaca yasin baru kemudian mendengar penjelasan mengenai Sunan Gresik. Merupakan wali songo generasi pertama. Kedatangannya ke Gresik yang merupakan wilayah pesisir untuk berdakwah dengan cara halus sehingga dapat diterima masyarakat. Melihat akan banyak jasanya menjadikan makamnya kerap ramai diziarahi oleh Masyarakat.
“Jasa menjadi satu alasan makam ini dikunjungi. Para muballigh berdakwah dengan ikhlas yang itu adalah sesuatu hal besar sehingga, atsar (pengaruh) nya pun pasti besar. Masyarakat mendapatkan “titik pencerahan” di tengah kehidupan kasta Hindu-Budha. Maka dengan Islam, mereka mendapat kemerdekaan sebagai manusia, terlebih dengan adanya ilmu” tegas Ustadz Teguh, sebagai pemandu.
Selesai dari Gresik lanjut kepada Ampel di Surabaya. Disana santri beristirahat dan menziarahi makamnya Sunan Ampel. Santri pun mendapat penjelasan bahwa diantara jasa Sunan Ampel itu mendirikan pesantren abad 14, mengajarkan administrasi negara dengan dimasukkannya nilai Islam, penulisan pegon dan kaidah penulisan dan membacanya. Begitu pula dengan masjidnya, jelas berbeda dengan candi, karena mengandung erat filosofi Islam.
Destinasi terakhir adalah seberangnya makam Sunan Ampel, yaitu makam Syeikh Boto Putih. Suatu hal yang menarik adalah makamnya tidak diletakan bersama bangsawan lainnya, melainkan banyak bersama dengan rakyat biasa. Ada pun tanahnya itu merupakan pemberian pemerintah Belanda kepada Syeikh Boto Putih sebagai bentuk balas budi. Beliau pun berdakwah berada pada masa yang berbeda, yaitu pada abad-19 dan mendakwahi serta mengislamkan orang Belanda. Hal itu dapat dilihat dari makam Belanda yang terdapat di makam Syeikh Boto Putih. Bahkan ditempat itu ada kuburan org belanda yg ternyata diislam oleh Syeikh Boto Putih.
Perjalan Sejarah pun selesai dan mampir ke Masjid al-Akbar di Surabaya serta ke Masjid Chengho Pandaan.