Ujian Praktik Mengajar, Mudir SMP: Tanamkan Ruh Dakwah Sejak Dini!

Santri SMP Pesantren At-Taqwa (Shoul-Lin Al-Islami) mengikuti ujian praktik mengajar. Selama 2 hari (20-21/6/2024) mereka diminta untuk mengajar di hadapan santri-santri lainnya. Ujian itu merupakan syarat kelulusan mereka menuju tingkat berikutnya, PRISTAC.
Direktur Shoul-Lin Al-Islami, al-Ustadz Bana Fatahillah mengatakan bahwa salah satu tujuan ujian ini adalah menanamkan ruh dakwah sejak dini. “Sebaik-baik belajar adalah mengajar. Lewat ujian ini kelak mereka akan mengerti pentingnya mengamalkan ilmu, salah satunya dengan mengajar” ujar alumni Al-Azhar Kairo tersebut.
Pelajaran yang diajarkan terbagi menjadi dua, ulumuddin seperti fikih, dan ilmu umum seperti bahasa Inggris dan sejarah. Materinya diambil dari apa yang telah mereka pelajari selama dua tahun.
Selama 1 bulan lebih mereka mempersiapkan ujian ini. Dari memilih pelajaran, materi pembahasan, penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hingga melakukan bimbingan bersama para guru.
Cara mengajar mereka unik dan bermacam-macam. Ada Adis Farraz yang memakai media gambar untuk menjelaskan materi perang Mu’tah. Ia bahkan tidak segan-segan menyuruh santri yang terlambat untuk berdiri bahkan menegurnya.
Ada pula Azkya yang dapat menarik perhatian seisi kelas dengan suaranya yang lantang serta pembawaannya yang tegas. Ketika mengajarkan seputar kejatuhan Malaka oleh penjajah Portugis, Ia sampai memakai peta yang dibentangkan sebagai media pembelajaran.
Di sisi lain, Hisyam Rajabi yang membawakan materi Sirah Nabawiyah bagian Fathu Makkah, mampu membawakannya dengan santai, namun jelas dan dengan bahasa yang mudah dipahami. Ia juga berhasil mengambil hikmah dari peristiwa itu, khususnya terkait keagungan toleransi Nabi Muhammad terhadap kaum kafir Quraisy.
Meski terlihat dan terkesan sulit, namun pengalaman satu ini cukup berkesan bagi mereka. Banyak dari mereka yang menginsafi bahwa menyiapkan pelajaran itu tidaklah mudah; butuh membaca sejumlah referensi juga menyiapkan jawaban atas soal-soal yang akan muncul.
Sambil bercanda Ustadz Bana mengingatkan, “Nah, sekarang tau kan rasanya jadi guru. Makanya jangan suka tidur saat guru mengajar, itu tidak beradab, mereka telah menyiapkan setumpuk ilmu untuk diberikan pada kalian, eh Kalian malah tidur!”
Perlu diketahui, para santri Shoul-Lin 2 angkatan 8 (setingkat 2 SMP) itu menempuh jenjang SMP hanya 2 tahun. Selama dua tahun, 24 orang itu dipersiapkan kedewasaannya dengan mempelajari ilmu-ilmu fardhu ain. Mereka menamatkan kitab Safinatun Naja, Ta’limul Muta’allim, Ajrumiyyah, Aqaid Diniyyah dan sejumlah kitab lainnya. Tahun depan mereka akan masuk ke jenjang SMA.