Ujian Kenaikan Tingkat Bela Diri Yang Penuh Makna
Oleh: Muhammad Fathan Qoriiba (Santri PRISTAC—Pesantren at-Taqwa Depok, 16 tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan
Ahad, 19 Juni 2022, sejumlah santri Pesantren at-Taqwa Depok kembali menggelar Ujian Kenaikan Tingkat Bela Diri Syufu Taesyukhan. Ujian ini diselenggarakan untuk menguji tingkat pemahaman santri dalam menguasai beladiri. Acara ini dikhususkan bagi santri yang telah mendaftar agar bisa ikut serta dalam ujian.
Sejak sholat Shubuh, terlihat ada beberapa wajah asing yang ikut serta di dalam barisan jamaah santri. Para santri pun saling bertanya. Namun setelah ketiganya memperkenalkan diri, tamu tersebut ternyata akan menjadi penguji dalam acara ini. Para penguji ujian ini adalah Ustadz Muhammad Iman Setia Permana, M.Pd., Ustadz Dr. Yusuf Tajri, M.Pd., Ustadz Rasyidin Siregar, S.Pd., Ustadzah Risa Hayati al-Haq, S.Sy., dan Ustadzah Ilma Nurul Imani.
Acara dimulai setelah sholat Subuh, tepatnya pada pukul 05.00 hingga pukul 06.00, bertempat di Mushala Taman Adabi. Acara yang pertama ini adalah pembukaan dan sambutan dari beberapa asatidz dan guru penguji. Acara pembukaan tersebut dihadiri oleh seluruh santri Pesantren at-Taqwa dan beberapa guru lainnya.
Dalam sambutannya, Dr. Adian Husaini pagi itu menyampaikan tentang pentingnya menjaga kesehatan. Ia mengingatkan kembali bahwa Umat Islam harus memiliki fisik yang kuat. Menurutnya, salah satu yang terpenting untuk menjaga Kesehatan adalah memperhatikan apa-apa yang kita makan. Dengan nada canda, ia menyinggung tentang makanan favorit santri: “Kalau kurma sih sunnah, tapi gorengan wajib. Santri sudah bagus tiap pagi olahraga terus. Tapi kekurangannya, sehabis itu sarapannya pakai gorengan.â€
Tentunya sambutan Dr. Adian Husaini membuat para santri lebih bersemangat. Ustadz Ardi dan Ustadz Muhammad Iman kemudian juga memberi sambutannya dalam acara pembukaan itu. Selain memberi pengarahan atas ujian itu, mereka juga memberi motivasi kepada santri agar menjaga amanah atas ilmu bela dirinya.
Setelah acara pembukaan, seluruh santri kemudian dipersilahkan berpindah ke lapangan untuk menghadiri acara selanjutnya, yaitu sesi penampilan atraksi yang dibawakan oleh santri sendiri. Acara ini berlangsung selama hampir satu jam. Di sesi ini, para santri menampilkan atraksi yang begitu memukau dan menegangkan.
Ada bermacam atraksi yang ditampilkan dalam penampilan tersebut: dari mulai atraksi lompat-lompat atau salto, atraksi menggunakan senjata tajam seperti pedang dan double stick, hingga atraksi ketahanan tubuh. Tentunya ini menjadi acara yang sangat seru sekali. Walaupun belum masuk ke acara inti, tapi atraksi ini menjadi bagian yang cukup memukau.
Kedua acara pertama-pun selesai. Setelah itu, para santri dipersilahkan sarapan terlebih dahulu. Begitu pun para guru penguji. Acara inti, Ujian Kenaikan Tingkat dimulai pada pukul 08:00 hingga 11.00. Ujian ini hanya berlaku untuk beberapa santri tertentu. Sehingga, ujian dilakukan secara tertutup
Setelah melewati berbagai ujian, ada satu babak ujian lagi yang perlu dilewatkan oleh santri untuk bisa dinyatakan lulus. Yaitu sparring atau bertarung satu lawan satu. Di pesantren, kami biasa menyebutnya turghul. Nah, yang unik di sini adalah, untuk ujian yang terakhir ini diadakan di tengah lapangan sehingga dapat ditonton oleh para santri yang tidak mengikuti ujian. Lebih menantangnya lagi, bagi peserta ujian sparing ini dilaksanakan di bawah terik matahari yang cukup menyengat.
Di babak ujian terakhir ini, para santri memperhatikan kakak seniornya yang sedang ujian dengan tampak sangat serius sekali. Para peserta ujian saat itu sedang diuji ketahanannya dalam bertarung. Dari mulai ketahanan fisik, mental, dan juga stamina-nya.
Sejak awal mula masuk ke Pesantren at-Taqwa, para santri telah dididik agar memiliki mental yang kuat. Didikan ini diharapkan akan berguna nanti, agar menjadi da’i, mubaligh, dan guru yang tangguh. Para santri selalu ditekankan bahwa tantangan yang akan dihadapi di luar sana mungkin saja lebih berbahaya. Oleh karena itu, para santri selalu dipersiapkan fisik dan mentalnya supaya dapat menghadapi tantangan-tantangan tersebut.
Setelah Shalat Dzuhur, acara memasuki sesi terakhir yaitu penutupan. Bertempat di Mushala Adabi, seluruh santri kembali berkumpul. Di sini, ada sesi penyerahan sertifikat kelulusan oleh para guru penguji kepada perserta ujian yang lulus. Kemudian ada penyerahan bingkisan dari Pesantren at-Taqwa untuk guru-guru penguji. Acara secara keseluruhan berakhir pada siang hari pukul 14.30.
Demikian acara ujian bela diri ini. Tentunya acara hari ini meninggalkan begitu banyak makna dan ilmu. Dari para guru tersebut, para santri belajar ketawadhu’an. Jagoan bela diri tidak boleh menampakkan kelebihannya hanya untuk pamer dan bersaing-saingan. Bela diri harus diniatkan untuk mendapatkan ridho Allah. Dengan itulah, ilmu apa saja, termasuk bela diri, menjadi bermanfaat bagi kehidupan umat Islam di dunia maupun di akhirat.