Tiga Kunci Sukses Santri

Oleh: Adzkia Afifah Effendi & Azkya Adhawiya Zain (Santri Pesantren At-Taqwa Depok, 16 & 15 Tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Ustadz Bana Fatahillah, Direktur At-Taqwa College, dalam apel pagi pada Kamis (27/2/25), menyampaikan tiga kunci sukses santri. InyaAllah, katanya, kalau santri mengerjakan ketiganya secara serius, ia akan mempunyai bekal yang cukup tatkala keluar pondok nanti.

Pertama, konsisten belajar dan jadikan aktivitas itu sebagai prioritas. Ustadz Bana menjelaskan, pada hakikatnya, santri itu identik dengan belajar. Dalam bab qiyas pada ushul fikih ada kaidah: “ma tsabata ‘ala khilafil qiyas faghairuhu ‘alaihi la yuqas” (apa yang menyelisihi hukum asal, maka hal tersebut tidak bisa diqiyaskan pada selainnya).

Dalam konteks santri, hukum asal kalian ialah wajib belajar dan ngaji. Kalau ada satu dua orang yang males-malesan, itu tidak perlu dicontoh atau bahkan menjadi pembenaran buat Kalian boleh males-malesan. Kenapa? Jawabannya ya kaidah tadi,” ujar Ustadz Bana.

Dan dalam kaidah lain, kalau sesuatu itu berlaku sesuai degan sifat aslinya, maka tidak perlu ditanyakan sebabnya. Kalau ia keluar dari sifat aslinya, baru ditanyakan. Jadi kalau ada santri yang rajin atau senang belajar, tidak perlu heran. Kalau ada yang malas, baru kita pertanyakan,” tuturnya lagi. 

Ustadz Bana berharap supaya tradisi ilmu yang sudah dibangun ketika “pekan ujian”, tidak ditinggalkan begitu saja. Mulai dari membaca buku di pagi hari, mengulang pelajaran di malam hari dan semacamnya. Dengan begitu, ilmu tetap bisa diingat dan bermanfaat.

Kedua, ilmu management, ilmu yang menurutnya cukup mahal dan sulit didapatkan di luar pondok. Ketika seorang anak belajar di pondok, katanya, ia akan terlatih untuk mandiri. Ia akan selalu berusaha untuk memikirkan dan mengatur segala hal yang hendak ia lakukan. Dari mengatur dirinya sendiri hingga mengatur orang lain.

Misalnya, ketika dapat uang saku 300 ribu per bulan, santri dituntut berpikir bagaimana caranya uang sebanyak itu cukup untuk kebutuhannya dalam sebulan,” ucapnya.

Begitu pun dengan para santri senior yang diberi tugas mengatur para junior dan tugas kepanitiaan acara tertentu. Ia akan terus dilatih bagaimana mengatur waktunya, antara belajar, menyukseskan acara, dan mengatur adik-adik kelasnya,” Jelas Ustadz Bana lagi.

Menurutnya, kalau hal-hal semacam itu berhasil diusahakan dengan baik, para santri punya tambahan bekal dan peluang besar untuk menjalani kehidupan yang lebih berat di luar nanti. 

Ketiga, adab dengan konsisten menjadi teladan. Hal ini penting karena ketika berada di luar, adab lebih diperhatikan oleh masyarakat ketimbang ilmu. Latihannya, bisa dimulai dari amanah-amanah kecil di pondok. 

Misalnya, salah seorang dari santri diamanahi untuk menjadi seorang mudabbir, secara tidak langsung ia akan menjadi sosok teladan bagi para anggotanya. Ketika kelak seorang santri mengampu amanah yang lebih besar di cakupan lingkungan yang lebih luas, ia akan menjadi teladan bagi lebih banyak orang, dan ia telah mampu karena sudah terlatih ketika berada di pondok.

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086