Satu Pekan Yang Sangat Terasa Bermakna, Walaupun Terasa Cepat: Titik!
Oleh: Faiq Abdul Hafidz (Santri PRISTAC 1B - Pesantren at-Taqwa Depok, 14 tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Waktu tersusun dari hitungan detik hingga menit. Dari hitungan menit menjadi jam. Dari susunan jam jadilah hari, dan dari hari jadilah satu minggu. Begitulah seterusnya. Hal itulah yang dirasakan oleh para santri PRISTAC (Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization) 1A & 1B (Angkatan 6), Pesantren at-Taqwa Depok. Seiring waktu berjalan, tidak terasa di Pandaan ini sudah berjalan selama dua pekan. Dalam pekan pertama, para santri masih melakukan proses adaptasi, sehingga belum berkegiatan keluar.
Namun, saat mulai memasuki pekan kedua, para santri mulai berkegiatan keluar dengan diawali kegiatan lari pagi. Ini semua bermula pada hari Ahad, 25 September 2022 (ba’da isya) di Mushalla ar-Rahmat. Ustadz Kholili (Pengasuh Madrasan Diniiyah as-Sunnah) mengumpulkan para santri Ikhwan dan meberikan beberapa pengumuman. Salah satu pengumuman tersebut adalah arahan untuk melaksanakan kegiatan lari pagi pada hari esok (yaitu, hari Senin) dengan mengikuti rute yang telah ditentukan.
Maka, di hari esoknya (Senin), 26 September 2022 (ba’da qiroatul-Qur’an), para santri Ikhwan langsung melakukan persiapan untuk lari pagi. Mereka diberikan arahan oleh Ustadz Kholili. Setelah itu, para santri langsung berangkat lari. Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari kegiatan lari ini diantranya; Pertama, selama di Pandaan ini para santri Ikhwan jarang melakukan olaharaga bersama. Kalaupun bareng itupun hanya main bola sedangkan main bola itu pun hanya pernah sekali.
Kedua, sebagaimana yang diketahui bahwa di Pesantren at-Taqwa ada mata pelajaran beladiri syufu, akan tetapi selama di Pandaan ini yang melakukan Latihan syufu hanya sedikit dan dikhawatirkan bagi yang tidak latihan itu badannya akan kaku, sehingga lari pagi ini cocok untuk memanaskan badan kembali. Yang terakhir, adalah sebagai sarana para santri untuk refreshing dari rasa penat.
Hal itulah yang menjadi kegiatan para santri Ikhwan pada pagi hari. Setalah lari, rutinitas biasa tetap berjalan seperti; makan, mandi, dan belajar dua kali. Lalu, pada hari Senin ini jadwal pelajaran tidak terlalu padat. Hanya dua mata pelajaran saja di pagi harinya, sehingga di sore harinya para santri memiliki waktu luang. Karena mengetahui bahwa di sore hari itu tidak ada pelajaran, para santri yang Ikhwan menghabiskan waktu siang harinya yang juga kosong dengan hal-hal yang biasa seperti; berbincang sebentar kemudian tidur, mencuci pakaian kotor, jajan ke depan Sekolah Ma’arif Pandaan, dan lain sebagainya.
Namun menjelang adzan ashar, terjadi keanehan yang tak biasa, yang menimpa para santri Ikhwan. Yaitu, mereka tertidur semuanya dan tak ada satupun yang mendengar adzan ashar telah berkumandang. Sehingga, para santri ikhwan bablas ketiduran semuanya. Saat para santri mulai terbangun dari tidurnya dan melakukan shalat ashar sendiri-sendiri, tiba-tiba seluruh santri akhwat berkumpul di sekiataran Mushalla ar-Rahmat. Mushalla ini terletak di depan asrama santri Ikhwan. Ada kabar bahwa sore ini ada jam pelajaran tambahan bersama Ustadz Ghazali (Pengajar Pelajaran Fiqh).
Maka dengan gerakan yang sangat cepat, para santri ikhwan pun langsung bersiap-bersiap. Benar saja, Ustadz Ghazali telah berada di sekitaran Mushalla ar-Rahmat, sedang menunggu para santri Ikhwan. Ternyata kabar bahwa ada pelajaran tambahan di sore hari ini salah, karena setelah seluruh santri berkumpul, Ustadz Ghazali pun berkata yang kurang lebihnya: “Dijaga adabnya, kita mau ke pengajian seorang Habib (keturunan Nabi).†Pengajian itu terletak di Mushalla yang terdapat di kampung sebelah, yang mana para santri harus menyebrangi jalan raya terlebih dahulu.
Pengajian tersebut dimulai pada pukul 16.30 WIB. Sang Habib ini pun datang. Nama Habib tersebut adalah Habib Achmad bin Hasan Ba’qil as-Seggaf. Dalam isi kajiannya, ia memulai dengan memperingatkan para hadirin bahwa sebentar lagi bulan Rabi’ul Awal akan datang. Maka, perbanyaklah shalawat kepada Rasulullah ﷺ. Untungnya, dalam pengajian tersebut Sang Habib menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga para santri dapat memahami apa yang disampaikan oleh Sang Habib.
Maka setelah shalat Maghrib, para santri ikwan mengikuti acara maulidan dalam rangka menyambut bulan Rabi’ul Awal di Mushalla ar-Rahmat. Yang telah dihadiri oleh bapak-bapak, termasuk Ustadz Ghazali pun ada di sana. Ada satu keberkahan yang sangat dirasakan oleh para santri. Yaitu, adanya hidangan berupa Soto Lamongan setelah acara maulidan selesai.
Hari-hari selanjutnya terus dilewati dengan penuh kesabaran, hingga akhirnya pada hari Jum’at yang berkah yang bertepatan pada tanggal 30 September 2022, para santri melakukan kunjungan ke tempat seorang ulama dan makam seorang wali di Bangil. Akan tetapi sebelum sampai ke kedua tempat tersebut, para santri singgah ke Masjid Baitus Saa’dah di Bekacak untuk menunaikan shalat ashar berjamaah. Setelah itu, para santri kemudian berkunjung ke rumah ulama yang paling dihormati serta ulama yang paling sepuh di Bangil dan Pasuruaan, yaitu KH Nurcholis Musytari yang biasa dipanggil guru Aswaja (penjaga Ahlussunnah wal Jama’ah) oleh masyarakat setempat. Di rumahnya, para santri diberikan tiga ijazah do’a yang konon katanya sangat mustajab. Selain itu, para santri juga didoakan oleh sang Kyai.
Tempat yang dikunjungi selanjutnya, adalah makam seorang wali yang bernama Habib Abdullah bin Ali bin Hasan al-Haddad yang merupakan keturunan Imam al-Haddad generasi keenam. Di tempat tersebut, Ustadz Kholili menceritakan secara singkat kehidupan sang wali. Wali tersebut memiliki peran yang besar dalam menguatkan Islam di Bangil. Kemudian setelah ziarah, para santri mengikuti pengajian umum Kitab al-Hikam yang diisi oleh Habib Qadir bin Ahmad as-Seggaf di sebuah Masjid milik Pesantren Darul Ihya ‘Ulumuddin, yang letaknya tidak jauh dari makam sang wali tadi.
Karena pengajian ini bersifat umum, maka jama’ahnya pun sangat banyak dan membludak. Sehingga, para santri ikhwan pun hanya mendapatkan tempat duduk di luar masjid yang terletak di dekat parkiran motor. Kegiatan yang dilakukan para santri di pekan kedua ini akan meninggalkan sebuah cerita tersendiri di masa yang akan datang. Satu pekan yang sangat bermakna, walaupun terasa cepat. Seminggu yang telah berlalu. (Ahd.)