Sambangi STID Mohammad Natsir, Santriwati At-Taqwa Depok Sampaikan Kunci Sukses M. Natsir dalam Menuntut Ilmu

Oleh: Nadin Alifah Balqis (Santri PRISTAC - Setingkat SMA - Pesantren At-Taqwa Depok)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Santriwati PRISTAC At-Taqwa Depok, Khadija al-Fadhillah (17 tahun), pada Senin (20/5/2024) berkesempatan menyampaikan makalah ilmiahnya tentang ulama internasional sekaligus pahlawan Indonesia, Mohammad Natsir, di kampus binaan M. Natsir langsung, Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir, Cipayung. Ia menyampaikan itu di depan 120-an mahasiswi.

Makalah Dija berjudul “Kesuksesan Seorang Murid: Pengalaman Mohammad Natsir Berguru kepada Ahmad Hassan”. Ia menjelaskan, selain Agus Salim dan Ahmad Sookarti, Ahmad Hassan adalah guru yang paling dekat dan sangat berarti bagi Natsir, khususnya bagi adab atau kepribadiannya sebagai seorang pembelajar.

Natsir, kata Dija, mengenal A. Hassan sejak SMA, ketika ia mendengarkannya berpidato. “Semakin saya ikut ceramah-ceramahnya, semakin simpatik saya terhadapnya,” ungkap Natsir. Berkat konsultasinya dengan A. Hassan juga Natsir semakin termotivasi untuk meningkatkan ilmu agamanya.

Santriwati asal Malang itu menjelaskan, banyak hal yang membuat Natsir tertarik pada pribadi A. Hassan. Di antaranya: kesederhanaan A. Hassan, kerapian, keluasan ilmu, ketajaman pikiran dan keahlian serta ketegasannya dalam berdebat.

“Menurut Natsir, hal yang paling berkesan dari cara mengajar A. Hassan adalah caranya mendorong sang murid untuk maju. Ia selalu mengajak Pak Natsir berdiskusi dan melatihnya untuk berpikir,” pungkasnya.

Biasanya, lanjut Dija, M. Natsir selalu datang ke rumah A. Hassan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dibawanya. Keduanya akan mengkaji, berdiskusi, lalu mencari solusi dari permasalahan tersebut. Tak jarang Natsir dan A. Hassan berdebat.

Di lain waktu, A. Hassan yang memberi permasalahan. Jika Natsir tidak sanggup memecahkan masalah tersebut, A. Hassan tidak akan memberi jawaban secara langsung. Ia hanya akan memberi Natsir beberapa buku untuk dia pelajari sendiri dahulu. Lalu di pertemuan berikutnya, ia akan meminta Natsir untuk menguraikan masalah yang diberikannya tadi.

“Setiap Natsir ke rumahnya, A. Hassan selalu didapatinya sedang bekerja. Tapi melihat Natsir datang, A. Hassan selalu menunda sejenak pekerjaannya dan melayani Natsir muda bertukar cakap dan bertukar pikiran. Ternyata bagi A. Hassan, bertukar pikiran dengan Natsir lebih penting dari semua pekerjaannya,” tuturnya.

Di balik kehebatan dan kesungguhan A. Hassan dalam mendidik Natsir, tentu ada adab yang begitu tinggi darinya selaku murid kepada sang guru. Dija pun mengatakan bahwa adab kepada guru adalah hal terpenting dalam menuntut ilmu. Mulai dari menghormati, menaati, takzim sampai khidmat kepada sang guru.

“Pak Natsir tentunya mengamalkan semua itu. Oleh karena itu, tak heran bila ia bisa mencapai kesuksesan sedemikian rupa, sebab gurunya telah ridha kepadanya,” simpulnya.

Ada dua santriwati lagi yang juga mempresentasikan karya tulis ilmiahnya. Pertama Afifah Kanzul Ummah (17 tahun) dengan judul makalah “Peran Ibunda Para Ulama dan Sahabat: Relevansinya dengan Zaman Sekarang”. Ia mengkaji tentang betapa besar dan pentingnya peran ibu bagi lahirnya ulama dan intelektual Islam yang tengah dibutuhkan umat Islam saat ini.

Ia mengambil dua sosok ibu dari sahabat Anas bin Malik dan Abdullah bin Zubair, satu sosok ibu susu Hasan al-Bashri, dan dua sosok ibu dari Imam Malik bin Anas dan Imam Syafi’i. Dari kelimanya, Afifah menyimpulkan tujuh keteladanan yang bisa direlevansikan untuk para ibu masa kini, yaitu Kedermawanan & Kecintaan terhadap Rasulullah, Keimanan yang Suci, Keberanian, Kesantunan, Kebijaksanaan, Keberanian dan Kecerdasan (khusus diambil dari ibunda Imam Syafi’i yang single parent), dan Ketelitian.

Pemakalah satu lagi adalah Hanun Allamah Habibi (17 tahun) yang membahas “Biografi Kyai Maimoen Zubair: Ulama yang Melahirkan Ulama”. Hanun menulis tujuh resep sukses mendidik anak dan santri yang ia sendiri sudah amalkan dan buktikan, yaitu menasihati untuk mencari istri yang sholihah dan pandai mendidik, mencari rezeki yang halal, mencari keberkahan ulama, istiqamah, perbanyak sedekah, membiasakan hidup sederhana, dan selalu menjaga amanat. Di antara anaknya yang berhasil dididik menjadi ulama: Najih Maimoen, Abdullah Ubab, Majid Kamil dan Gus Idror.

Para mahasiswi STID sangat mengapresiasi makalah dan presentasi ketiga perempuan setingkat SMA itu. “MasyaAllah, tabarakallah,” kata mereka beberapa kali.

“Kalian adalah aset berharga yang harus dijaga, karena untuk berhadapan dengan publik tidak semudah itu. Apalagi dengan umur kalian yang masih muda untuk berhadapan dengan kakak-kakak mahasiswi seperti saat ini,” ucap salah satu mahasiswi.

STID M. Natsir di Cipayung adalah kampus Islam khusus putri. Kampus putranya bertempat di Tambun. Sejak tiga tahun lalu, Rektor STID Dr. Dwi Budiman Assiroji dan Pembina At-Taqwa Dr. Adian Husaini telah sepakat membuat jurusan baru STID-At-Taqwa bernama “Jurnalistik dan Pemikiran Islam”. Pembelajarannya dilakukan di At-Taqwa. Sudah tiga angkatan yang masuk dan akan memulai pendaftaran untuk angkatan keempat.

STID Mohammad Natsir adalah kampus binaan DDII yang fokus pada pengkajian ilmu-ilmu agama dan tantangannya, baik itu sekularisasi, kristenisasi, maupun nativisasi. Tujuan utama kampus ini adalah mencetak pada pendakwah (da’i) yang siap diterjunkan di berbagai pelosok di seluruh provinsi Indonesia demi tegaknya Islam dan terjaganya NKRI.

Para santri PRISTAC adalah santri-santri tingkat SMA di Pesantren At-Taqwa Depok bernama PRISTAC (Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization/Pesantren Pemikiran dan Peradaban Islam). Mereka harus menulis dan mempresentasikan makalah di hadapan pembimbing, guru, lembaga pendidikan di luar Pesantren At-Taqwa dan wali santri.

Tahun 2024 ini adalah angkatan PRISTAC keenam. Ada 40 makalah yang ditulis oleh para santri. Sejak tahun 2018, sudah lebih dari 100 makalah yang terhimpun dan ditulis oleh para santri. Inilah salah satu cara Pesantren At-Taqwa Depok dalam menanamkan adab terhadap ilmu dan budaya literasi di kalangan santri. (Editor: Fatih)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086