Rihlah Ilmiah, Pesantren Baitul Hidayah Bandung Kunjungi Pesantren At-Taqwa Depok: Dr. Ardiansyah Sampaikan Enam Pilar Pendidikan

Oleh: Tim Humas At-Taqwa
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Pada hari Rabu, 13 Desember 2023, Pesantren At-Taqwa Depok menerima kunjungan Pondok Pesantren Baitul Hidayah Bandung. Kunjungan tersebut merupakan bentuk silaturahmi serta bagian dari rangkaian acara rihlah Pesantren Baitul Hidayah. Pesantren Baitul Hidayah sendiri berlokasi di Bukit Panyandaan, Mandala Mekar, Cimenyan, Bandung. Rombongan tiba pada pukul 17:00 WIB menggunakan bus.

Dalam kunjungan ini, ada sejumlah 51 orang yang ikut. Terdiri dari 48 santri dan tiga orang guru. Rombongan langsung diterima oleh mudir Pesantren At-Taqwa Depok, al-Ustadz Dr. Muhammad Ardiansyah dan al-Ustadz Dr. Muhammad Suidat selaku Sekretaris Jenderal Ponpes At-Taqwa Depok.

Ustadz Ardi pada kunjungan tersebut menyampaikan enam pilar pesantren yang digagas oleh al-Ustaz Dr. Adian Husaini selaku Pembina sekaligus Pendiri Ponpes At-Taqwa Depok. “Pertama adalah keteladanan guru atau pimpinan. Pesantren harus punya role model yang menjadi panutan serta tokoh yang dapat memberikan teladan. Sosok itu adalah guru dan pimpinan pondok”, ujarnya mengenai poin pertama enam pilar pesantren kepada para santri Baitul Hidayah.

Selain role model, hal penting lainnya adalah penanaman adab kepada para santri. Ustadz Ardi menjelaskan, menanamkan adab dalam diri seseorang bukan suatu hal yang mudah. Beliau pun menegaskan bahwa penanaman adab berbeda dengan pengajaran ilmu. Jika hanya ilmu, mesin pencari online seperti Google telah banyak menyediakan ilmu pengetahuan yang sedang dicari. Namun berbeda halnya dengan adab. Google atau teknologi AI lainnya tidak menyediakan adab. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tidak boleh lelah dalam mengupayakan tertanamnya adab dalam diri santrinya.

Jadi santri itu jangan hanya sekedar mampu menjawab soal di atas kertas. Santri juga harus mampu menjawab soal kehidupan yang berat, untuk bisa melaluinya diperlukan adab. Itulah identitas santri. Maka jaga dan jangan sampai hilang”, tegasnya.

Poin ketiga dalam pilar pesantren adalah tafaqquh fiddin atau mendalami ilmu agama. Tidak sedikit orang yang berstatus agama Islam dalam KTP nya, namun tidak memahami agamanya dengan baik. Maka santri harus mampu menguasai ilmu agama agar dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat serta menyelamatkan mereka yang tidak memahami agama Islam.

“Tafaqquh fiddin juga tidak hanya sekedar mendalami ilmu agama, tetapi juga mempelajari bahasa Arab. Sebab untuk memahami ilmu agama, kita mesti menguasai bahasa Arab”, ujarnya menegaskan akan pentingnya mendalami ilmu.

Memiliki ruhud da’wah merupakan poin selanjutnya yang disampaikan Ustadz Ardi dalam mengenalkan enam pilar pesantren. Dakwah menyuarakan kebenaran, dan ia tidak boleh surut dalam diri seorang santri. Memberi teladan, mengamalkan ilmu agama dan mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahui adalah bagian dari ruhud da’wah yang mana para santri harus bisa menjaga semangat ini.

Poin kelima adalah kemandirian. Pesantren harus bisa mandiri dan tidak berpangku tangan kepada siapa pun. Ustadz Ardi menegaskan bahwa pesantren harus independen serta mandiri dalam mengelola setiap langkah perjuangannya. Maka dengan demikian maka intervensi dari dunia luar terhadap pesantren akan mudah dihindari. Ia pun mengungkapkan, “Jangan sampai pesantren mengemis meminta bantuan. Jika itu terjadi maka pesantren akan kehilangan independensinya sebagai lembaga pendidikan.”

Sebagai poin terakhir, Ustadz Ardi berpesan kepada para santri bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di zaman ini harus mampu mengenalkan dan memberikan pemahaman kepada para santrinya terkait pemikiran kontemporer.

Karena tidak sedikit lulusan pondok pesantren yang akhirnya kehilangan iman ketika belajar di bangku kuliah. Serangan pemikiran sesat terhadap akidah sangat amat halus, sehingga jika pesantren tidak membekali santrinya dengan pemahaman terkait pemikiran kontemporer, akidah para santrinya dapat terancam ketika masuk ke jenjang perkuliahan.

“Pemikiran-pemikiran sesat ibarat kuman. Karena bentuknya halus dan tidak terlihat oleh mata, maka perlu alat khusus agar bisa terlihat. Begitu juga dengan pemikiran kontemporer saat ini. Ancamannya terhadap keimanan tidak terlihat. Maka pesantren perlu membekali santrinya dengan pemikiran kontemporer agar dapat terhindar dari ancamannya”, pesannya.

Setelah selesai, acara pun diakhiri dengan foto bersama dan penyerahan cendera mata dari Ponpes Baitul Hidayah untuk Pesantren At-Taqwa Depok. Rombongan Baitul Hidayah kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang setelah melaksanakan sholat maghrib dan makan malam di Masjid Baiturrahman Kalimulya, Depok. (Reporter: Dzikri)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086