Ramadhan, Puncak Pendidikan dalam Islam

Oleh: Khadija al-Fadhila (Santriwati PRISTAC - Setingkat SMA - Pesantren At-Taqwa Depok, 17 Tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, ampunan, kemuliaan, dan limpahan pahala. Selain ibadah seperti shalat, dzikir, dan tilawah, ada satu hal yang tak kalah penting dilakukan saat Ramadhan, yaitu menuntut ilmu.

Maka, sebagaimana ucap pembina Pesantren At-Taqwa Depok Dr. Adian Husaini, bulan Ramadhan harus menjadi puncak pendidikan bagi umat Islam. Mendidik diri untuk meraih tujuan utama berpuasa: taqwa (QS. 2: 183).

Tidak sedikit yang mengira pendidikan hanya bisa didapat di sekolah. Padahal tidak. Pendidikan dan sekolah itu berbeda. “Pendidikan bisa didapat dari mana saja,” tegasnya dalam Tarhib Ramadhan di Pesantren At-Taqwa Depok, Kamis (7/3/24) malam.

Tidak harus duduk di bangku sekolah atau menatap papan tulis kelas. Menyapu, membantu orang tua, berpatisipasi dalam kegiatan masjid, itu semua adalah bagian dari pendidikan. Bila pendidikan hanya ada di sekolah, pada zaman Nabi S.A.W tidak ada sekolah. Tapi pendidikan di zaman itu merupakan pendidikan terbaik.

Nabi Muhammad mempunyai tugas ta’dib atau mendidik umatnya. Pendidikan Nabi mencakup tilawah, tazkiyah, dan ta’lim. Tiga hal inilah yang membuat pendidikan di zaman ini terbaik. Rasulullah merupakan seorang mu’allim yang mengajar ilmu sekaligus muaddib yang menanamkan adab.

Mengutip Prof. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Ustadz Adian menegaskan, tujuan utama pendidikan adalah menanamkan nila-nilai kebaikan dan keadilan. Dengannya, akan lahir insan adabi atau manusia baik (good man) yang bisa berlaku adil: menempatkan segala sesuatu pada tempat yang tepat sesuai kehendak Allah.

Oleh karena itu, orang yang terdidik adalah yang berlaku adil. Dengan berlaku adil, ia bisa menjadi orang bertaqwa. “Allah berfirman Berlaku adillah. Karena adil itu lebih dekat kepada taqwa (QS. 5:8 ). Dari ayat ini dapat kita ketahui bahwa salah satu indikator taqwa adalah adil,” jelas Ustadz Adian.

Manusia beradab atau berakhlak mulia itu, lanjut Ustadz Adian, mempunyai hati yang bersih. Inilah indikator penting keberhasilan pendidikan. Ibadah yang dominan dilakukan saat Ramadhan adalah ibadah zahir seperti tarawih, puasa, dzikir, dan lain-lain. Terkadang semua itu bercampur dengan niat buruk seperti riya’ dan penyakit hati lainnya.

Bila sudah seperti itu, maka yang didapat dari puasa hanyalah dahaga dan lapar belaka. Maka, untuk mendapatkan yang lebih dan terjamin ganjaran serta ampunannya, hati perlu dibersihkan. Maka puasa adalah salah satu proses penyucian hati terbaik, seharusnya begitu.

Akhlak mulia itu terbentuk dari hati yang suci lalu melahirkan perbuatan baik yang dilakukan tanpa berfikir terlebih dahulu. Refleks istilah mudahnya. Bukan hanya kebiasaan, dalam Islam, akhlak juga didasari dengan Iman. Ada alasan yang lebih besar dibalik suatu perbuatan yaitu Allah dan akhirat.

"Oleh karena itu, bila pendidikan dimaknai seperti ini, maka dapat disimpulkan bahwa puasa Ramadhan adalah puncak pendidikan meraih ketaqwaan. Asupan jasmani dan rohani bisa terpenuhi sehingga melahirkan insan adabi yang takut pada Sang Ilahi dan baik kepada makhlukNya,” tuturnya di hadapan ratusan santri At-Taqwa.

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086