Cinta Nabi: Wujudkan, Buktikan, Pertahankan!

Oleh: Furaiqa Az Zahra (Santri At-Taqwa College, 16 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
...

Nabi Muhammad merupakan sosok yang paling mulia. Kemuliaan yang Allah berikan kepada beliau, melebihi Nabi dan Rasul sebelumnya. Kemuliaan yang dimiliki beliau pun ikut turun kepada umatnya sampai-sampai para Nabi terdahulu ingin untuk menjadi umat beliau. 

Rasulullah adalahrahmat bagi alam semesta dan suri tauladan yang sempurna dan abadi bagi seluruh manusia. Sosok beliau senantiasa dikenang hingga saat ini. Setiap tahun di bulan kelahirannya, umat Islam seluruh dunia menyambutnya dengan gembira. Salah satunya dengan mengadakan acara “Maulid Nabi”. Mulai dari melantunkan shalawat bersama, membaca secara ringkas sirah beliau, sampai mendengar tausiyah-tausiyah yang mengagungkan sosok beliau. 

Lantas, apakah maulid menjadi bukti cinta kita kepada Nabi? Jawabannya mungkin. Namun, kita bisa menjadikan maulid sebagai momentum untuk mengintrospeksi diri, “Apakah benar kita sudah mencintai Rasulullah?” “Apakah kita sudah menjadikan Rasulullah sebagai idola utama kita?”

Rasulullah pernah bersabda: “Tidaklah sempurna iman seseorang dari kalian sampai ia mencintai aku lebih daripada orang tuanya, anaknya, seluruh manusia, dan dirinya sendiri.” (HR. Bukhari). Para sahabat telah mencontohkan hal tersebut. Seperti kisah Ali bin Abi Thalib yang menggantikan Rasulullah saat hendak berhijrah ke Madinah, meski Ali tahu persis nyawa taruhannya. Namun rasa cintanya pada Rasulullah melebihi cintanya pada diri sendiri.

“Tak kenal maka tak sayang,” begitulah kata pepatah. Kita dapat mencintai Rasulullah dengan mengenal diri beliau. Hal ini bisa dilakukan dengan membaca atau mendengar kisah beliau. Bagaimana bisa mencintai jika berjumpa saja tidak pernah? Cinta memiliki banyak muara, dan mata hanyalah salah satunya. Tidak mustahil bagi kita untuk mencintai seseorang yang belum pernah kita lihat. 

Menjadikan Rasulullah sebagai cinta yang utama setelah cinta kepada Allah merupakan salah satu cara untuk dapat merasakan manisnya iman. Barangkali, shalat yang terasa tidak khusyuk, dzikir yang terasa kosong, belajar yang terasa malas, adalah karena kita menaruh sesuatu yang tidak seharusnya di hati. Barangkali, hampanya hati kita adalah karena kita meletakkan cinta kepada Allah dan Nabi jauh di bawah cinta kepada sosok atau hal-hal lainnya.

Cinta kepada Nabi tentu butuh pembuktian. Bukan hanya lewat kata-kata, tapi melalui tindakan juga. Para Sahabat telah membuktikannya. Mereka mengamalkan perkataan beliau dan membela serta melindunginya, meski nyawa taruhannya. 

Abu Bakar misalnya, pernah dihajar oleh kafir Quraisy sampai pingsan karena melindungi Nabi. Ketika orang tuanya mengkhawatirkan keselamatan dirinya, akan tetapi saat ia sadar yang pertama ia tanyakan, “Di mana Rasulullah? Bagaimana keadaan beliau?”. Ia bertanya tanpa peduli dengan kondisinya. 

Sebagai umat yang tidak lagi bisa membersamai beliau, hal-hal yang bisa kita lakukan sebagai bukti cinta kita kepada Nabi Muhammad adalah dengan menaati perintah Tuhan beliau (Allah) dan beliau; mengamalkan sunnah-sunnah beliau; merasa marah lalu membela beliau ketika ada oknum-oknum yang menghina beliau; dan menjadikan beliau sebagai idola utama sekaligus suri tauladan dalam seluruh tindak-tanduk kita.

Beliau terlalu ideal untuk diidolakan dan diteladani. Keindahan paras, hati, pikiran dan tindakannya terlampau menawan. Akhlaknya mencerminkan Al-Qur’an. Kebaikannya diakui oleh kawan maupun lawan. Jasanya, bagi umat Islam dan seluruh manusia sulit dihitung jari. Maka heran rasanya jika ada yang “menomor-sekiankan” cinta kepada beliau. 

Mencintai Rasulullah tidak akan pernah bertepuk sebelah tangan. Bahkan, sebelum kita lahir di dunia pun, beliau sudah begitu cinta kepada kita, umatnya. Sebelum wafatnya, bukan anak ataupun istri yang beliau pikirkan. Melainkan, “Ummati…Ummati…” yang memikirkan beliau saja hampir tak pernah. 

Kalau di akhirat kelak setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya, semoga cinta kita kepada Nabi Muhammad dan segala upaya pembuktiannya, membuat kita dikumpulkan bersama beliau, manusia termulia, suri tauladan bagi manusia, rahmat bagi alam semesta. 

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086