Peringati Isra’ Mi’raj, Santri At-Taqwa Kaji Kitab Mufassir Ternama Imam Suyuthi
Oleh: Azkya Adhawiya Z. dan Annisa Nayla R. (Santriwati Pesantren At-Taqwa Depok, PRISTAC, 15 Tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Dalam rangka memperingati Isra’ Mi’raj, pada Senin (27/01/25), santri At-Taqwa Depok mengkaji dan mengkhatamkan kitab “Al-Isra’ wal Mi’raj Al-Ayatul Kubra fii Syarhi Qissat Al-Isra’” karya Imam Jalaluddin Al-Suyuthi yang juga pengarang “Tafsir Jalalain”.
Kajian ini dibimbing langsung oleh guru ‘Ulumuddin di At-Taqwa, Ustadz Ahmad Damsah Nasution. Kitab ini menjelaskan peristiwa Isra’ Mi’raj secara terperinci menurut berbagai riwayat hadits, beserta hikmah-hikmahnya.
“Memperingati Isra’ Mi’raj sangat penting karena ia bukan hanya membicarakan perkara shalat, tapi juga banyaknya pelajaran dari perjalanan Rasulullah Saw,” ucapnya yang kerap disapa Ustadz Zuhdi itu.
Di dalam kitab itu Imam Suyuthi menjelaskan bahwa perjalanan Isra’ Nabi menuju Masjidil Aqsha, didahului dengan singgah di beberapa tempat untuk melaksanakan shalat, yaitu di Madinah, Gunung Sinai, dan makam Masyithah (tukang sisir putri Fir’aun yang beriman kepada Allah).
Persinggahan Rasulullah ini menunjukkan keberkahan yang ada pada tempat-tempat tersebut. Sampai di Masjidil Aqsha, Jibril mengumandangkan adzan, kemudian 70.000 malaikat dan seluruh Nabi datang untuk melaksanakan Shalat yang dipimpin oleh Rasulullah Saw.
Dalam perjalanan Mi’raj melintasi berbagai lapisan langit, kata Ustadz Zuhdi mengutip Imam Suyuthi, Rasulullah dan bertemu dengan Nabi Adam dan beberapa Nabi lainnya, seperti Nabi Isa, Nabi Musa, Nabi Ibrahim.
Setelah melewati tujuh lapis langit, Rasulullah sampai ke Sidratul Muntaha, di sinilah beliau mendapat perintah Shalat sebanyak 50 kali dalam sehari. Namun, atas saran Nabi Musa As, Rasulullah meminta keringanan hingga ditetapkan kewajiban Shalat lima kali dalam sehari.
“Peristiwa ini sepatutnya menjadi renungan kita bahwa shalat adalah kewajiban bagi setiap individu Muslim, yang tidak dapat ditinggal atau diwakilkan. Rasulullah sendiri yang mendapat perintah tersebut, dan meminta agar Allah meringankannya. Maka, tidak pantas jika seorang Muslim masih lalai dalam melaksanakan shalat lima waktu,” pungkas Ustadz Zuhdi.
Kajian ini dibimbing langsung oleh guru ‘Ulumuddin di At-Taqwa, Ustadz Ahmad Damsah Nasution. Kitab ini menjelaskan peristiwa Isra’ Mi’raj secara terperinci menurut berbagai riwayat hadits, beserta hikmah-hikmahnya.
“Memperingati Isra’ Mi’raj sangat penting karena ia bukan hanya membicarakan perkara shalat, tapi juga banyaknya pelajaran dari perjalanan Rasulullah Saw,” ucapnya yang kerap disapa Ustadz Zuhdi itu.
Di dalam kitab itu Imam Suyuthi menjelaskan bahwa perjalanan Isra’ Nabi menuju Masjidil Aqsha, didahului dengan singgah di beberapa tempat untuk melaksanakan shalat, yaitu di Madinah, Gunung Sinai, dan makam Masyithah (tukang sisir putri Fir’aun yang beriman kepada Allah).
Persinggahan Rasulullah ini menunjukkan keberkahan yang ada pada tempat-tempat tersebut. Sampai di Masjidil Aqsha, Jibril mengumandangkan adzan, kemudian 70.000 malaikat dan seluruh Nabi datang untuk melaksanakan Shalat yang dipimpin oleh Rasulullah Saw.
Dalam perjalanan Mi’raj melintasi berbagai lapisan langit, kata Ustadz Zuhdi mengutip Imam Suyuthi, Rasulullah dan bertemu dengan Nabi Adam dan beberapa Nabi lainnya, seperti Nabi Isa, Nabi Musa, Nabi Ibrahim.
Setelah melewati tujuh lapis langit, Rasulullah sampai ke Sidratul Muntaha, di sinilah beliau mendapat perintah Shalat sebanyak 50 kali dalam sehari. Namun, atas saran Nabi Musa As, Rasulullah meminta keringanan hingga ditetapkan kewajiban Shalat lima kali dalam sehari.
“Peristiwa ini sepatutnya menjadi renungan kita bahwa shalat adalah kewajiban bagi setiap individu Muslim, yang tidak dapat ditinggal atau diwakilkan. Rasulullah sendiri yang mendapat perintah tersebut, dan meminta agar Allah meringankannya. Maka, tidak pantas jika seorang Muslim masih lalai dalam melaksanakan shalat lima waktu,” pungkas Ustadz Zuhdi.