Dr. Adian Husaini: Pendidikan Ideal Akan Lahirkan Guru-Guru Pejuang

Oleh: Cut Asiyah Kinanti (Santriwati PRISTAC - Setingkat SMA - Pesantren At-Taqwa Depok, 15 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Dr. Adian Husaini menyampaikan pada Sabtu, (4/5/24) di hadapan mahasantri ATCO dan santri PRISTAC bahwa standar sukses pelajar yang masih dianut oleh sebagian lembaga pendidikan saat ini, ialah ketika sekolah memiliki murid yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit agar sekadar bisa mempunyai pekerjaan bergengsi.

Tujuan itu tidak salah, hanya kurang tepat dan bukan yang utama dalam Islam. Ustadz Adian mengatakan, kunci kesuksesan pendidikan sejatinya ialah ketika anak didik ingin mengajarkan ilmu yang telah dimilikinya, dalam arti lain menjadi guru. Karena, sesuatu yang paling diharapkan oleh orang tua ketika wafat adalah doa-doa serta pahala dari sang anak, salah satunya melalui ilmu yang diajarkan.

Sayangnya orientasi pendidikan saat ini tidak sedikit yang mengikuti Barat, yang tujuan utamanya bertumpu pada perkara-perkara dunia. Mulai dari kuantitas materi sampai status sosial atau jabatan bergengsi. Dalam Islam hal tersebut tentu dibolehkan, dengan syarat niat tersebut tidak berhenti sebatas itu.

“Jika ingin mencari ilmu untuk mendapatkan kekuasaan maka boleh, asalkan niat yang dimiliki tidak stop di situ. Tetapi dilanjutkan, bahwa saya mencari ilmu untuk mendapat kekuasaan, supaya bisa beramar ma’ruf nahi mungkar,” ucap Ustadz Adian.

Jika orientasi pendidikan Barat dijadikan kiblat, murid-murid akan kehilangan keinginan untuk beramar ma’ruf nahi munkar. Para murid akan kehilangan semangat untuk berjihad, khususnya melalui berapa pun yang ia punya sebagai seorang da’i atau guru.

Mohammad Natsir telah memberikan contoh bagi kita, bahwa kunci sukses pendidikan adalah ketika berani beramar ma’ruf nahi munkar, yaitu dengan menjadi guru. Ia telah membuktikan bahwa proses pendidikan terbaik tidak melulu dengan berkuliah di kampus favorit atau diterima di PTN.

Usai lulus SMA, Natsir memilih berguru kepada orang-orang hebat, khususnya Ustadz Ahmad Hassan, Haji Agus Salim, dan Syekh Ahmad Soerkati. Walau sebatas lulusan SMA dan tidak melanjutkan kuliah di kampus formal, Natsir bisa menjadi tokoh hebat dan besar pengaruhnya di tengah masyarakat.

“Pada hakikatnya, Pak Natsir telah menjalani proses pendidikan tinggi terbaik,” jelas Ustadz Adian.

Maka Ustadz Adian menegaskan, sudah sepatutnya M. Natsir dijadikan contoh oleh murid-murid sekarang. Hal ini dikarenakan dari Natsir kita belajar bahwa kesuksesan pendidikan didapatkan ketika ia ingin mengajarkan ilmu yang dimiliki. Orang sukses adalah ia yang ingin berjuang melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Bahwa seseorang dipandang sukses bukan dikarenakan ia lulusan kampus mana, tetapi apa yang telah ia berikan pada sekitarnya.

Menurut Prof. Rhenald Kasali, profesi yang tidak akan tergantikan adalah guru. Dengan hikmah yang dipunya, guru akan tetap dibutuhkan di zaman disrupsi, ketika informasi sudah sangat mudah didapatkan. Sudah seharusnya murid-murid dididik untuk mau menjadi guru pejuang, meskipun ia tengah menggeluti status sosial tertentu. Selama ditanamkan ruh perjuangan atau dakwah, apa pun profesinya, akan ia tujukan untuk berjuang di jalan Allah. (Editor: Fatih Madini)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086