Sudah 7 Tahun, Begini Cara Pesantren At-Taqwa Depok Konsisten Membangun Budaya Literasi

Oleh: Fatih Madini
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
...

Santri-santri Pesantren At-Taqwa Depok tingkat SMA, Angkatan ke-7, pada Senin-Selasa (23-24/12/24),  mempresentasikan makalah ilmiah mereka di hadapan para guru. Ini menunjukkan, sudah 7 tahun At-Taqwa konsisten membangun budaya literasi dalam diri para santri. 
 
Makalah 43 santri usia 15-17 tahun itu berisi gagasan-gagasan besar mengenai pendidikan, sejarah, kajian tokoh, agama, pemikiran kontemporer dan lain sebagainya. Beberapa di antaranya:

  • “Problematika Teks Humanitas Al -Quran: Kritik Terhadap Pemikiran Hamid Nashir Abu Zayd” oleh Hisyam Fahreza
  • “The Great Loss of Teachers: Phenomenon Resulted by the Loss of Adab” oleh Rayanara Danesh Callysta Martin
  • “Tadib dan Perjuangan: Konsep Pendidikan Jihad Hamas” oleh Zeyd Fakhri Ahmad
  • “Pangeran Diponegoro: Peran Ratu Adil Dalam Mempersatukan Masyarakat Jawa Dalam Perang Sabil” oleh Agustian Arif Handoko
  • Peran Pesantren Dalam Perkembangan Kebudayaan Di Sunda: Akar Sejarah dan Manifestasinya” oleh Khairin Atha Mirza
  • “Konsep Deschooling Ivan Illich dalam Perspektif Pendidikan Islam” oleh Rifqi Abdul Karim
  • “Kajian terhadap Konsep Futuhat dan Kolonialisme” oleh Andini Sari Larasati
  • “Pendidikan Berbasis Al-Quran dan Sunnah sebagai Solusi atas Fenomena Fatherless” oleh Shafwa Elmedina Bahtiar
  • “Jilbab: Antara Syariat dan Fashion” oleh Fatimah Syiharani 
Mudir At-Taqwa yang ikut menguji, Dr. Muhammad Ardiansyah, mengaku sangat bahagia melihat presentasi mereka. Bagaimana tidak, katanya, “keilmiahan” makalah mereka tak perlu diragukan lagi: 
 
“Di usia muda, sekitar 15 tahunan mereka mampu menulis dengan cukup baik tema-tema yang penting. Lengkap dengan referensi yang bagus dan sistematika penulisan yang cukup rapi. Tidak mengandalkan teknologi seperti AI dan yang sejenisnya,” ucapnya dalam kanal Facebook miliknya (24/12). 
 
Guru At-Taqwa lainnya yang juga ikut menguji, Dr. Rahmatul Husni, turut merasa bangga sekaligus haru menyaksikan mereka berdiri penuh percaya diri memaparkan berbagai macam gagasan. 
 
“Meskipun masih ada catatan dan koreksi di sana-sini. But hey, whos perfect? At their age, what they have accomplished is already remarkable,” tuturnya melalui akun Facebook miliknya (24/12). 
 
Menurut Ustadzah Rima, tema-tema mereka, seperti The Great Loss of Teachers: Phenomenon Resulted by the Loss of Adab, kajian kritis terhadap Ivan Illich dari perspektif Islam, sampai pembahasan tentang jilbab dan studi komparatif mengenai futuhat dan kolonialisme, menunjukkan kedewasaan berpikir anak-anak belasan tahun itu. 
 
“If I have to describe the session in one word, it would be insightful. Di usia setingkat SMA, mereka sudah berani mengeksplorasi ide-ide besar yang sering menjadi diskusi serius di level akademisi. It gives hope. Mereka ini cerminan future scholars and leaders, bukan sekadar akademisi, tapi juga pembawa perubahan. Semoga,” tulisnya. 
 
Kali ini, giliran PRISTAC angkatan VII yang tampil. Ada 43 makalah dengan bermacam tema yang dihidangkan. Setelah melalui presentasi ini, mereka akan memulai revisi atas kritik dan saran dari penguji. Setelah itu, mereka masih harus bersiap untuk melakukan presentasi berikutnya, di hadapan para santri, orang tua, dan lembaga pendidikan lain. 
 
“Mohon doanya, agar para santri ini selalu cinta ilmu, sehingga bisa terus belajar ilmu yang bermanfaat dan juga menyampaikannya kembali baik secara lisan maupun tulisan,” pungkas Ustadz Ardi. 

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086