MITSAQ 2025

Oleh: M. Rofi Abdurrohiim (Santri SMA Pesantren At-Taqwa Depok)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Sebelum memulai pembelajarannya, santri baru Pesantren At-Taqwa Depok mengikuti MITSAQ, Masa Indah Ta’aruf Santri At-Taqwa. MITSAQ berlangsung satu pekan, dari Ahad, 20 Juli sampai Ahad, 26 Juli 2025. 
 
Selama MITSAQ berlangsung, para santri baru SMP dan SMA itu mengenal seluk beluk Pesantren At-Taqwa, mulai dari sejarah berdirinya At-Taqwa, sampai ilmu-ilmu penting yang diajarkan di At-Taqwa. 
 
Puluhan santri baru itu menyimak sejarah berdirinya At-Taqwa yang disampaikan oleh Mudir At-Taqwa, Dr. Muhammad Ardiansyah. Pesantren At-Taqwa, kata Ustadz Ardi, bermula dari ruko sederhana dengan hanya sembilan santri, sampai akhirnya mendapat wakaf tanah khusus pesantren. Setelah itu, barulah pembangunan pesantren berlangsung secara berkala.
 
Melalui gambar-gambar yang Ustadz Ardi tampilkan, mereka melihat bagaimana santri-santri angkatan awal belajar di tempat-tempat sederhana, bahkan di lapangan dengan hanya modal alas karpet. 
 
“Belajar bisa di mana pun dan kapan pun. Sebab, segala hal yang dapat membuat wawasan keilmuan kita bertambah, itu belajar namanya,” tuturnya. 
 
Usai menelusuri perjalanan panjang Pesantren At-Taqwa, para santri baru mulai menelaah tentang adab, elemen utama dan terpenting dalam pendidikan di At-Taqwa. Giliran Sekretaris Jendral sekaligus guru Bahasa Arab Melayu, Dr. Suidat, yang menyampaikan. 
 
Adab, kata Ustadz Suidat, adalah faktor utama kesuksesan setiap murid, terlebih jika dia sudah berilmu. Menurutnya, ada dua adab penting yang harus diperhatikan oleh para santri. Pertama, adab kepada diri sendiri dengan menjaga kesehatan diri, supaya bisa konsisten belajar. Kedua, adab kepada ilmu dengan niat yang benar, supaya ilmu yang dipelajari tidak salah digunakan.
 
“Pelajaran adab di At-Taqwa tidak hanya melalui kitab-kitab klasik berbahasa arab saja, tapi juga mempelajari kitab-kitab yang berbahasa Arab Melayu. Inilah salah satu kekhasan Pesantren At-Taqwa,” tuturnya. 
 
Ilmu penting sekaligus khas dan wajib dipelajari di At-Taqwa, yang mereka tengah kenali, adalah Sejarah Keagungan Peradaban Islam, baik di masa Nabi Muhammad sampai kekhilafahan sekaligus sejarah Islam di Nusantara dan perjuangan para pahlawannya. Ustadz Ahda Abid Al-Ghifari yang mengenalkan. 
 
Belajar sejarah, kata Ustadz Ahda, begitu penting karena dua hal. Pertama, dengan belajar sejarah, para pemuda Muslim dan Muslimah bisa memahami tujuan penting hidupnya, yakni untuk melanjutkan perjuangan Para Nabi, Sahabat, dan Ulama dalam memperjuangkan agamanya. 
 
“Dengan belajar sejarah juga, kita bisa mengenal tokoh-tokoh yang bisa menjadi penguat jiwa dakwah dan perjuangan kita bagi Islam sekaligus bagi Indonesia,” ucapnya.
 
Sebagaimana pesantren pada umumnya, mereka juga menyimak dengan seksama mengenai ilmu Bahasa Arab bersama Ustadz Bana Fatahillah. Merujuk Hadits Nabi, ia menjelaskan kalau Bahasa Arab penting dipelajari karena tiga hal: 1) Nabi Muhammad berbangsa Arab; 2) Bahasa Arab adalah Bahasa Surga; 3) Al-Quran diturunkan dalam Bahasa Arab. 
 
“Pelajarilah bahasa Arab, karena ia bagian dari agama kalian,” ucap Ustadz Bana mengutip Sahabat Umat bin Khatthab.
 
Ilmu Beladiri, sebagai salah satu pelajaran wajib (fardhu ‘ain) di At-Taqwa, juga mereka dengar penjelasannya dan mereka saksikan langsung demonstrasinya oleh para santri senior. Beladiri itu bernama Syufu Taesyukhan. 
 
Ustadz Ganjar Nugraha, selaku pengajar Syufu, menyampaikan kepada para santri baru bahwa Syufu adalah beladiri Muslim. Fokusnya terbilang menyeluruh. Baik ketangkasan maupun ketahanan, pukulan, tendangan, maupun bantingan, diajarkan secara bertahap dan serius.  
 
“Sebagai beladiri Islam, Syufu Taesyukhan bukan sekedar bela diri dengan tujuan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain, akan tetapi juga untuk keagungan agama Islam,” tegasnya.
 
Beladiri, di At-Taqwa, masuk dalam kurikulum wajib. Ia diklasifikasikan sebagai ilmu fardhu ‘ain yang mesti dipelajari oleh semua santri. Harapannya ialah supaya kematangan intelektual diikuti dengan kesiapan kebugaran fisik dan ketahanan mental. 
 
Selain menyimak hal-hal itu, para santri baru juga merasakan langsung bagaimana At-Taqwa menanamkan adab. Mereka mencicipi langsung bagaimana rasanya shalat tahajjud setiap hari, caranya membersihkan asrama, kamar mandi, dan lingkungan, sampai rasanya hidup dalam aturan yang penuh pendisiplinan.
 
Mereka juga merasakan itu secara langsung ketika mengikuti acara At-Taqwa Camp di Bukit Sikabayan, Bogor. Di sana mereka belajar tentang keberanian dan kemandirian. Para santri belajar, bahwa mendapatkan ilmu itu tidak hanya terbatas pada hitung-hitungan, menghafal, tapi juga melalui pengalaman. 
 
Berbagai materi soft skill ditanamkan kepada mereka. Mulai dari kebersamaan, kreativitas sampai problem solving. Beragam games diberikan untuk melatih kerja sama. Acara jurit malam, yang penuh kesan bukan cekam, diadakan untuk menumbuhkan keberanian. Pelatihan kedisiplinan fisik juga dijalani melalui perjalanan menuju Curug Ciampea. 
 
Begitulah serangkaian acara MITSAQ yang dijalani selama satu pekan. Mereka tidak hanya mendapatkan lebih banyak wawasan, tapi juga lebih banyak pengalaman, nilai-nilai kedisiplinan, sampai “rasa mondok” yang sulit dijelaskan oleh lisan.

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086