Merdeka Raga, Pikiran dan Jiwa, Syarat Jadi Bangsa Hebat

Oleh: Qotrunnada Karimah Ikhwan (Santriwati PRISTAC 2 –Setara SMA)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Mudir Pesantren At-Taqwa Depok, Dr. Muhammad Ardiansyah, menegaskan bahwa kemerdekaan hakiki adalah ketika raga, pikiran dan jiwa merdeka. 

“Ketiganya harus merdeka, baru kitabisa benar-benar merdeka,” ucapnya ketika menyampaikan amanat dalam   upacara kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 2024 di At-Taqwa.

Bangsa ini, lanjutnya, telah selesai perjuangannya melawan penjajah yang mengekang rakyat secara fisik selama berabad-abad. Mulai dari Portugis, Inggris, Belanda, sampai Jepang. Setelah seluruh kesengsaraan itu berakhir dengan pengorbanan dan perjuangan, bangsa Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaannya hingga kini, selama 79 tahun

“Namun, apakah jiwa dan pikiran para kita sebagai rakyat Indonesia telah benar-benar merdeka?” tanya Ustadz Ardi.

“Apakah jangan-jangan saudara-saudara kita di Palestina yang fisiknya masih terus dijajah oleh Zionis yang justru telah merdeka hati dan pikirannya bahkan jauh lebih merdeka dari kita?”

Saat ini, Indonesia masih terus diserang melalui pemikiran. Arus westernisasi terus mendominasi dunia termasuk Indonesia. Mulai dari gaya hidup sampai cara pandang yang menyimpang dari Islam. Sekularisme dan Liberalisme contohnya.

“Tidak sedikit yang memakai jilbab tapi dengan percaya diri mendukung praktik LGBT,” pungkas penulis buku “10 Logika Liberal dan Jawabannya” itu.  

Menurutnya, jika pemikiran seperti itu menguasai cara pandang seseorang, maka ia dalam kondisi terjajah. Ia harus berjuang melawan belenggu itu dengan mempelajari ilmu yang benar, sesuai dengan cara pandang Islam. 

“Jangan hanya menjadi muslim KTP tapi cara pandang, tutur kata dan tindakannya menyimpang dari Islam,” ujarnya.

Selain penjajah dari luar (eksternal), kata Ustadz Ardi, ada penjajah yang lebih sulit lagi dikalahkan. Ia musuh yang datang dari dalam diri kita sendiri, yakni hawa nafsu yang mendorong manusia untuk bermaksiat. Saat ia takluk oleh nafsu, ia sedang terjajah.

“Untuk melepas belenggu nafsu, kita harus berusaha melakukan tazkiyatun nafs. Baik dengan beribadah, berdzikir, sampai memikirkan nasib di akhirat kelak. Perjuangan melawan hawa nafsu adalah perjuangan abadi sampai ajal menjemput,” jelasnya.

Ketika pikiran dan jiwa kita telah sesuai dengan ajaran Islam, tidak terjajah oleh paham-paham sesat Barat, serta tahan banting melawan godaan yang mampu menggelincirkan kita pada maksiat, di saat itulah kita baru bisa disebut orang yang merdeka secara hakiki. 

“Kalau ketiganya merdeka, insyaallah kita menjadi bangsa yang hebat,” ucapnya.

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086