Menjadi Insan Kepesantrenan Dengan Keikhlasan
Oleh: Farros Halim (Santri PRISTAC II - Pesantren At-Taqwa Depok, 15 tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan
Hujan deras telah turun di lingkungan Pesantren at-Taqwa sejak sore hari. Ia menyisakan gerimis saja menjelang waktu maghrib. Keadaan itu membuat udara lebih sejuk dari biasanya. Udara sejuk seperti ini menjadikan santri at-Taqwa lebih menikmati jalannya Pengajian Umum bersama Ustadz Adian Husaini di Mushala Taman Adabi.
Setelah sekian lama tidak memberi pengajian kepada para santrinya, hari itu tepatnya, Kamis, 11 Agustus 2022 ia menyempatkan dirinya untuk memberi sebuah nasihat pengingat bagi para santri. Di tengah kesibukannya, alhamdulillah, ia dapat hadir kembali di depan para santrinya. Begitu ucapnya di malam yang berbahagia itu.
Satu hal yang khusus bagi Ustadz Adian untuk dapat mremberi nasehat kepada para santrinya. Maka, tak heran bila yang berkumpul di Mushala Tama Adabi adalah seluruh santri beserta guru-guru yang ada. Para santri pun sudah siap dengan segala peralatan menulisnya untuk mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikannya.
“Sesuatu hal di dunia ini diciptakan pasti memiliki tujuannya, tidak hanya sekedar diciptakan lalu tidak memiliki kegunaan serta manfaat apapun. Begitupun dengan manusia hidup di dunia ini, pasti terdapat tujuan dari penciptaan kita ini. Allah menyebutkan dalam firmannya bahwa “tidaklah aku mrenciptakan manusia dan jin kecuali untuk beribadah “, dari ayat tersebut sudah jelas bahwa tujuan kita diciptakan ialah untuk beribadah kepadanya,†demikian Ustadz Adian membuka kajiannya.
Sebagai seorang muslim kita haruslah selalu mengingat tujuan hidup kita. Sebenarnya Allah telah menjelaskan itu semua dalam wahyunya. Setidaknya terdapat dua hal yang dapat diambil dari ayat yang disebut di atas, yaitu untuk beribadah kepada Allah, serta sebuah amanah untuk melanjutkan perjuanagan para Nabi sebagai Khalifah fil ardh. Jangan kemudian kita sampai melupakan tujuan tersebut, supaya kita tidak sesat di pertengahan jalan.
Pertanyaannya sekarang ialah bagaimana kita dapat melanjutkan perjuangan para Nabi dan istiqamah di dalamnuaya? Tentu jawabannya adalah bahwa kita membutuhkan ilmu untuk mengetahuinya. Ilmu itulah kemudian yang dapat memberi tahu kita tentang tujuan kita di dunia, dan salah satu ilmu yang penting ialah ilmu sejarah. Makanya kemudian di Pesantren at-Taqwa ini banyak ilmu sejarah yang harus dikaji santri.
Kita ketahui bersama, Agama Islam telah ada sejak lama, dan telah melahirkan banyak sekali teladan-teladan yang sangat hebat, seperti kisah Ashabul kahfi dan banyak lagi. Satu yang paling hebat ialah nabi dan teladan utama sepanjang masa kita, Nabi uhammad Shallallahu ‘alayhi wassalam. Beliaulah makhluk paling mulia yang merupakan kekasih Allah. Bahkan dikatakan dalam satu syair, bahwa beliau seperti diciptakan dengan keinginannya sendiri. Beliau ialah makhluk yang jauh dari dosa. Hidupnya selalu berlandaskan wahyu Allah. Maka memang sudah sepatutnya kita mempelajari sirohnya agar dapat menjalani kehidupan ini sesuai dengan jalan yang benar. Ustadz Adian berkata “Apabila kita tidak bisa merekonstruksi masa lampau, maka kita tidak akan bisa merekonstruksi masa depan.â€
Ilmu-ilmu semacam itulah yang perlu kita pelajari. Menuntut ilmu tersebut dapat menjelaskan kita bagaimana seharusnya hidup di dunia ini. Karena itulah kemudian Nabi Muhammad bersabda “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim dan Muslimahâ€. Ilmu-ilmu itu dapat kita temui di lingkuangan Pesantren seperti halnya Pesantren at-Taqwa Depok.
Pesantren menjadi satu wadah Pendidikan untuk menciptakan generasi-generasi unggul. Mereka semua ditujukan untuk melanjutkan perjuangan nabi yaitu dakwah amar ma’ruf nahi munkar itu sendiri. Di dalam pesantren itulah akan ditemukan berbagai macam pelajaran, bukan hanya sekedar pelajaran di kelas tetapi juga pelajaran kehidupan. Memang hal tersebut membutuhkan waktu yang lama, tidak dapat instan. Sebab mie instan itu sendiri masih harus dimasak terlebih dahulu untuk dapat dinikmati.
Ustadz Adian menyampaikan, kita sebagai seorang muslim jangan sampai kalah tekun dan istiqomah. Agama Islam itu tidak memberatkan pemeluknya, bahkan tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluknya. Agama Islam itu ialah agama yang indah serta menjadikan kita mulia, apabila dijalankan sesuai dengan apa yang telah diajarkan Nabi Muhammad. Memang belajar itu membutuhkan waktu yang lama, tidak dapat dilakukan secara instan. Di dalam perjalanannya pun terdapat berbagai rintangan. Kita harus siap menghadapinya dengan selalu ikhlas dalam beramal.
Oleh karenanya kita belajar di pondok ini belajarlah dengan serius. Belajarlah adab dan tuntutlah ilmu sebanyak-banyaknya! Ingat selalu pesan Imam al-Ghazali agar selalu menjaga niat dan tetap ikhlas dalam belajar, supaya tidak menjadi seorang yang merusak agamanya sendiri. Belajar, mengamalkan, serta mengajarkannya kepada masyarakat luas supaya menjadi orang yang manfaat.
Jangan lupa pula dengan misi dakwah untuk menyebarkan kebaikan dan mencegah dari keburukan di manapun kita berada, sebab kita adalah pelanjut perjuangan para Nabi terdahulu, maka jangan kita kecewakan mereka dengan perilaku kita. Ia mengingatkan Kembali santri sebagai “Insan Kepesantrenanâ€. Menurutnya, Insan Kepesantrenan tidak boleh berfikir secara biasa.
“Kalau sudah jadi Insan Kepesantrenan itu mikirnya jangan biasa-biasa saja. Rugi, sudah masuk pesantren tapi mikirnya biasa-biasa saja. Ikhlas itu kunci cara berfikirnya. Di sini jaga keikhlasan. Kamu ingat kata-kata Imam al-Ghazali. Terus itu diingatkan. Karena keikhlasan kuncinya. Orang ikhlas itu tidak gampang. Ikhlas itu sama sekali tidak terpengaruh apa dicaci atau dipuji. Takut berbuat karena manusia, itu riya’. Berani berbuat karena manusia, itu syirik. Namanya ikhlas mencari ilmu, karena ilmu.â€
Selain itu, Ustadz Adian juga mengingatkan bahwa di dunia ini, manusia diperintahkan oleh Allah untuk bertauhid dan berbuat baik. Dengan keikhlasan itu, sudah sepatutnya menjaga niat kita mengamalkan segala sesuatu karena Allah. “Ikhlas, supaya kita jadi orang yang bermanfaat. Para nabi dulu tidak pesan ke anaknya ‘kalau saya mati, kamu makan apa?’. Tapi berpesan, ‘kalau saya mati, apa yang kamu sembah?’.â€
Terakhir Ustadz Adian berpesan manfaatkan waktu sebaik-baiknya di pondok ini untuk belajar. Jangan sampai menyesal ketika keluar pondok. Karena seorang guru tidak akan menyesal, seorang muridlah yang menyesal. Ustadz Adian melanjutkan “Tidak usah takut tidak dapat makan atau pekerjaan di Indonesia, sebab saya sudah meneliti monyet tidak kerja dan tidak makan tetapi mereka santai saja, tidak murung. Ingatlah Allah SWT telah menetapkan rezeki setiap orang. Fokus pada tujuan, karena kita mendapat amanah berat untuk melanjutkan perjuangan Nabi dan ulama kita.†Adzan isya kemudian berkumandang. Tak lama setelah itu pula Ustadz Adian menutup kajiannya dengan salam. Para santri kemudian mengerumuninya untuk meminta salim. (Ahd.)