Mengkaji Pemikiran Moderat K.H. Hasyim Asy’ari
Oleh: Furaiqa Az-Zahra (Santri At-Taqwa Depok, 17 tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Melanjutkan mata pelajaran “Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari.” Pada Selasa, (10/6/2025) kemarin, santri ATCO 1 (setingkat 2 SMA) masuk pada tema seputar pemikiran wasatiyyah sosok pendiri NU tersebut.
Hanya saja kelas kali ini sedikit berbeda. Pasalnya guru yang mengampu pelajaran ini, Dr. Kholili Hasib, hadir di tengah-tengah kami setelah enam pertemuan berlangsung secara online. Para santri sangat senang dan bersyukur atas kehadirannya yang datang jauh dari Bangil, Pasuruan.
Wasatiyyah atau sikap moderat K.H. Hasyim Asy’ari, menurut ustadz Kholili, tergambar salah satunya dari kritik tajam beliau terhadap arus modernisme yang sampai berani menolak mazhab dan menggugat sejumlah tradisi Islam yang sudah mengakar di masyarakat.
Hanya saja, Kritik Kyai Hasyim terhadap modernisme tidak membuat beliau menolak para pemikiran tokoh-tokohnya. Doktor jebolan UNIDA Gontor tersebut menjelaskan kurang lebih seperti ini:
“Kalau Kalian baca sejarah, Kyai Hasyim itu beberapa kali mengkritik metode penafsiran Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho, namun di sisi lain, beliau juga penikmat dan pembaca majalah al-Manar dan menerima pemikiran Abduh dan Rasyid Ridho terkait perjuangan, melihat saat itu, Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Melalui tulisan kedua tokoh modernis muslim tersebutlah, semangat juang melawan penjajah KH. Hasyim Asy’ari semakin besar.”
Hal yang sama juga bisa kita lihat latar belakang didirikannya Nahdlatul Ulama (NU). Menurut ustadz Kholili, organisasi tersebut hadir sebagai bentuk respon Kyai Hasyim terhadap kalangan ekstrem, baik ekstrem kanan atau pun kiri.
“Pada saat itu, KH. Hasyim Asy’ari bukan hanya milik NU, tapi semua ormas (organisasi masyarakat) Islam di Indonesia… Makanya, beliau itu turut dihormati oleh kalangan Muhammadiyah, PERSIS, dan lainnya,” ujar ustadz Kholili.
Di akhir, ustadz Kholili menegaskan bahwa sikap wasatiyyah juga tercermin melalui pribadi beliau. Menurutnya, hal ini patut dijadikan contoh dan diikuti oleh organisasi masyarakat Islam saat ini, begitu pun oleh umat Islam secara keseluruhan.
Kuliah diakhiri dengan sesi tanya-jawab yang sangat aktif. Kehadiran ustadz Kholili rupanya membuat para santri lebih semangat bertanya. Perpustakaan yang menjadi tempat belajar kami seketika ramai dengan pertanyaan dari yang awalnya sunyi. Gelak tawa juga beberapa kali terdengar pada perkuliahan malam ini.