Mengenal Jenjang dan Kurikulum at-Taqwa, Ponpes ash-Shobirin Silaturahim ke Pesantren at-Taqwa Depok

Oleh: Ahda Abid al-Ghiffari (Guru Sejarah Pesantren at-Taqwa Depok)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Sabtu, 11 Februari 2023, jam 8 pagi, Ustadz Hadi dan guru-guru Ponpes ash-Shobirin melaksanakan silaturahim ke Pesantren at-Taqwa Depok. Dalam kunjungannya itu, mereka secara langsung disambut oleh Dr. Adian Husaini, Dr. Muhammad Ardiansyah, Ustadz Bana Fatahillah, dan juga penulis sendiri. Langit Depok pagi itu mendung. Hujan rintik-rintik turun perlahan. Perbincangan guru-guru Pesantren at-Taqwa Depok dan ash-Shobirin itu dilakukan di salah satu ruang tamu pesantren.

Dr. Adian memulai dengan perbincangan ringan. Tiap kunjungan lembaga-lembaga pendidikan ke Pesantren at-Taqwa, Dr. Adian sering menanyakan dinamika dan perkembangan yang tengah dihadapi. Dalam kunjungan itu, Pesantren ash-Shobirin sendiri mengutarakan maksudnya. Mereka ingin mengenal bagaimana perjenjangan pendidikan yang ada di Pesantren at-Taqwa Depok.

Tentu bicara perjenjangan ini tak dapat dilepaskan dari pemahaman terhadap kurikulum Pesantren at-Taqwa Depok sendiri. Kurikulum yang disusun di Pesantren at-Taqwa Depok disesuaikan dengan kadar waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh para santri. 

Dr. Adian sendiri sering menjelaskan bahwa kurikulum Pendidikan di at-Taqwa Depok itu dinamis dan terus dievaluasi. Kini, di tahun yang ke-sembilannya, Pesantren at-Taqwa Depok secara umum telah memiliki tiga jenjang. Pertama Shoul Lin al-Islami (Setingkat SMP); kemudian PRRISTAC (Setingkat SMA); dan yang terakhir adalah At-taqwa College, ATCO (setingkat Pesantren Tinggi). Masing-masing jenjang ditempuh dalam waktu dua tahun. Jadi santri yang mulai belajar di tingkat Shoul Lin sampai ATCO akan menempuh waktu studi selama enam tahun.

Selama enam tahun studi tersebut, Santri mematangkan adab dan ilmunya. Meski sistemnya non-formal dengan membangun kurikulum khas pesantren, Pesantren at-Taqwa Depok sendiri juga mengikuti jalur formal dengan mendaftarkan diri di Sekolah Terbuka. Jadi setelah melaksanakan studi selama enam tahun di Pesantren at-Taqwa Depok, santri juga dapat mengikuti ujian formal SMP dan SMA.

Menurut Dr. Adian Husaini, kurikulum pesantren yang telah disusun diperketat secara khusus untuk memenuhi tujuan melahirkan insan adabi, Manusia yang beradab. Menurut pembina Perguruan at-Taqwa Depok ini, ta'dib adalah hal yang utama. 

"Konsep pesantren dari konsep ta'dib. Ia berangkat dari hadits Nabi "Ta'adabu tsumma ta'alamu (belajarlah adab, kemudian belajarlah ilmu)." Ini konsep abadi dalam sejarah. Yang pertama adalah adab. Pertama adab kepada Allah, kemudian kepada Rasul, kepada ulama, lalu kepada ilmu. Pertama kali, kita perkuat ilmu fardhu 'ain."

Pendidikan Adab berarti juga menekankan pada pendidikan kedewasaan. Mereka, para santri, sudah wajib bertanggungjawab atas dirinya sendiri, untuk selamat di dunia maupun di akhirat. Jadi ta'dib sebenarnya menyiapkan kedewasaan. Ia menyiapkan seorang Muslim yang menginjak masa dewasanya sebagai mukalaf.

Di sinilah, akhlak yang baik menjadi kuncinya. Akhlak dan adab tidak dapat diartikan sebagai kesopanan belaka. Pendidikan keduanya berarti menyiapkan santri untuk dapat menghadapi dunianya. Ia siap mengemban agama, mengajarkannya, menjalani kehidupan di dunia ini dengan percaya diri, tapi tidak cinta dunia.

Dalam konsep adab inilah, kurikulum Pesantren at-Taqwa Depok didesain agar santri mengenal agamanya dengan baik. Dengan begitu, mereka juga diajarkan untuk mengenal tantangan pemikiran dan kehidupan kontemporer. Dr. Adian selalu mengenalkan pelajaran-pelajaran yang ada di Pesantren at-Taqwa Depok.

Para santri belajar agama melalui guru-guru yang berwibawa. Para guru mengajarkan kitab-kitab para ulama yang otoritatif. Terdapat daftar puluhan kitab berbahasa Arab dan Melayu yang dikaji para santri. Dr. Adian menekankan, para santri ini harus mengenal warisan dan tradisi ilmu yang telah dititipkan oleh para ulama.

Sebagaimana yang juga ia tekankan pada pengkajian karya-karya ulama Melayu yang menulis kitab-kitab mereka dalam bahasa dan tulisan Arab Jawi (Melayu). Sebut saja seperti Gurindam 12 dan Adabul Insan fil Islam. Kitab-kitab itu dikaji dan ditelaah bersama biografi perjuangan dan pemikiran para ulama.

Di setiap jenjangnya, pelajaran sejarah, kajian ulama, dan pemikirannya senantiasa ada dalam daftar kurikulum Pesantren at-Taqwa Depok. Sejarah, menurut Dr. Adian Husaini, adalah pendidikan karakter yang sejati. Dari pelajaran sejarah, kita memahami perjuangan dan pemikiran para ulama, sehingga tidak begitu saja tersilau dengan kemajuan dunia modern.

Bagaimana para santri dididik untuk untuk mengenal tantangan dunia modern? Salah satunya adalah dengan menulis. Judul-judul makalah dan skripsi santri itu diarahkan menjadi sesuatu yang bermanfaat, pertama-tama bagi dirinya sendiri, kemudian bagi umat Islam. Santri diajarkan membaca dan menulis, tapi bukan sekedar untuk mengisi waktu luang dan kepentingan komersil. Mereka menulis untuk mencari jati diri dan da'wah. Ini yang dimasukkan Dr. Muhammad Ardiansyah dalam salah satu keunikan Pesantren at-Taqwa Depok. Da'wah bil Lisan wal Qolam (Tulisan). 

DI jenjang At-taqwa College (ATCO), persoalan ilmu menjadi lebih serius. Enam semester yang dilalui, para santri mempelajari pelajaran-pelajaran yang sangat menarik dan unik. Dr. Adian sendiri sering mengenalkan pelajaran-pelajaran tersebut. Misalnya pelajaran Sejarah Wali Songo yang diajarkan dalam satu semester. Biografi dan Pemikiran para ulama, dari zaman ulama klasik di Nusantara sampai ulama kontemporer di Indonesia seperti M. Natsir dan Buya Hamka. Kesemuanya masing-masing dipelajari selama satu semester. 

Ada juga Sejarah Politik Islam. Umat Islam perlu mendalami persoalan ini. Supaya, mereka tidak hanya sekedar ikut-ikutan gelombang suara massa, di satu sisi, dan sebaliknya justru apatis, tak mau peduli, di sisi yang lain. Kebudayaan Jawa dan Kristologi juga tak ketinggalan berartinya untuk dipelajari. Masalah Kekacauan Pengetahuan di tengah-tengah umat Islam yang salah satunya digalakan oleh para orientalis ini perlu untuk ditinjau kembali. Pelajaran-pelajaran tersebut berupaya untuk mengupas persoalan kekacauan pengetahuan tersebut dalam diskursus kebudayaan Jawa. 

Pelajaran-pelajaran tersebut diajarkan kepada dan dipelajari oleh Santri. Pelajaran-pelajaran dalam kurikulum Pesantren at-Taqwa Depok tersebut menunjukkan bahwa para Santri bukanlah anak-anak kecil. Mereka bukan insan yang sekedar diajak untuk memikirkan hal-hal remeh. Mereka tidak dianggap sebagai orang-orang yang sekedar perlu menamatkan jenjang sekolah kemudian masuk ke Perguruan Tinggi favorit saja.

Oleh karenanya, persepsi terhadap perguruan tinggi ini penting, menurut Dr. Adian. Mengajak santri menyiapkan dirinya masuk ke perguruan tinggi saja tidaklah cukup. Hal itu masih belum sesuai dengan cita-cita Islam. Sepatutnya para santri tidak disiapkan sekedar menjadi pekerja saja.

Oleh karenanya, niat dan konsep menuntut ilmu adalah persoalan penting. Konsep menuntut ilmu dalam Islam, atau konsep pendidikan Islam itu sendiri, adalah bertujuan untuk melahirkan orang baik. Konsep "orang baik" ini mungkin sederhana, tapi memang cukup rumit prosesnya.

Keberhasilan capaian melahirkan orang baik akan mendasari segala aspek kehidupannya. Ketika menjadi guru, ulama, pekerja, pedagang, sampai pejabat tinggi, "menjadi orang baik" kini yang justru dibutuhkan. Ia akan bersikap amanah terhadap apa yang ia emban. Ia akan setia dan tak mengkhianati amanah tersebut. Itulah cita-cita pendidikan Islam dalam melahirkan good man. 

Terakhir, Dr. Adian Husaini menjelaskan rukun pesantren, yang salah satunya adalah tafaquh fiddin (mempelajari dan memahami ilmu). Ilmu itu dipahami, diamalkan, dan diajarkan agar bermanfaat. Maka pelajaran yang berdasarkan pemahaman sangat ditekankan, bukan sekedar menghafal. Kesemua konsep itu, kembali lagi, perlu menekankan diri pada konsep pendidikan adab (ta'dib) yang mengantarkan proporsionalitas dalam menyusun kurikulum yang baik dan bermanfaat.

Itu semua diawali dengan niat yang baik. Niat tersebut harus tertata. Sejak awal diterima di pesantren, para santri harus memahami dan mengamalkan persoalan niat untuk menuntut ilmu ini. Mereka harus fokus terhadap apa yang sedang mereka tempuh.

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086