Kritik Feminisme di Indonesia, Santri ATCO: Bahkan “Islamic Feminist” pun Tidak Islami

Oleh: Isykarima (Santri At-Taqwa College, 18 Tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Pengaruh paham feminisme kepada umat Islam belum kunjung usai. Masih terdapat tokoh-tokoh muslim dan muslimah yang ikut serta dalam mengukuhkan ideologi penjunjung “kesetaraan gender” tersebut.

Dalam rangka memberi sumbangan guna meng-counter pemikiran itu dan menyadarkan masyarakat, santri At-Taqwa College Aisyah Zahra Ghaisani (19 tahun) menulis satu skripsi berjudul “Islamic Feminist: Analisis Feminis Muslim di Indonesia”. Pada Rabu (12/6/24), skripsinya disidang oleh dua penguji.

Dalam pemaparannya, Aisyah mengaitkan paham feminisme dengan teori loss of adab Prof. Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Paham feminis ini telah membuat kedudukan pria dan wanita menjadi setara dalam hal apa pun, dan mewajarkan pekerjaan khusus lelaki untuk perempuan kerjakan meski hal tersebut melanggar hukum syariat.

“Seperti halnya menjadi Imam shalat Jum’at,” ujarnya.

Aisyah juga membahas lebih spesifik beberapa tokoh feminis dari kalangan Islam di Indonesia. Di antara yang ia angkat adalah Alimatul Qibtiyah, Musdah Mulia, Hussein Muhammad dan Nasaruddin Umar. Ia menjelaskan, walau dibalut dengan label “Islamic Feminist”, pemikiran feminisme mereka tetap menyalahi pandangan alam Islam.

Mereka menyuarakan paham feminisme melalui karya-karya atau pun seminar-seminar yang diisi oleh mereka. Menurutnya, tidak sedikit masyarakat yang ikut terjebak dalam paham tersebut tanpa sadar sebab kurangnya pengetahuan mereka terkait paham feminisme.

“Akhirnya, terjadilah kondisi “hilang adab” dalam memandang kedudukan perempuan dan laki-laki, yang tidak sesuai dengan worldview Islam,”pungkasnya.

Ia juga menyimpulkan bahwa ada kaitan antara kemarahan kaum perempuan di masa Abad Kegelapan yang kemudian dilampiaskan terlalu ekstrem dalam satu pemikiran bernama Feminisme dengan konsep lain Al-Attas, yakni confusion of knowledge.

Pelampiasan atas penderitaan yang dialami oleh mereka tidak dilandasi ilmu yang benar. Kaum feminis Islam di Indonesia yang ikut-ikutan pun demikian. Pemikiran mereka tentang kedudukan dan peran laki-laki dan perempuan hanya setara namun tidak adil dan beradab. Akhirnya, feminisme menjadi sebuah kekacauan ilmu yang merusak pemikiran.

“Oleh karena itu baik halnya bagi masyarakat, untuk juga mengenal tokoh-tokoh feminis muslim agar dapat menghindari paham-paham feminisme yang mereka sebarkan,” ucapnya.

Aisyah Zahra Ghaisani adalah salah satu santri At-Taqwa College (ATCO) tingkat akhir Pesantren At-Taqwa Depok. Ia harus menulis dan melaksanakan sidang skripsi di hadapan dua penguji (dosen ATCO) sebagai syarat kelulusan.

Tahun 2024 ini adalah angkatan ATCO keempat. Ada 11 skripsi yang ditulis oleh para santri. Sejak tahun 2021, sudah sekitar 50 skripsi yang terhimpun dan ditulis oleh mereka dan santri angkatan sebelumnya. Inilah salah satu cara Pesantren At-Taqwa Depok dalam menanamkan adab terhadap ilmu dan budaya literasi di kalangan santri.

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086