Khataman Kitab At-Tibyan: Kitab Adab terhadap Al-Quran yang Memberi Banyak Makna

Oleh: Khairin Atha Mirza dan Farros Halim (Santri PRISTAC - Setingkat SMA - dan ATCO - Setingkat Pesantren Tinggi - Pesantren At-Taqwa Depok, 15 dan 17 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Pada hari Selasa, 5 Maret 2024, Pesantren At-Taqwa Depok menyelenggarakan khataman kitab At-Tibyan fii Adabi Hamalatil Qur’an di Mushalla Taman Adabi. Kitab at-Tibyan adalah salah satu karya Imam Nawawi, yang isinya berupa kumpulan adab terhadap al-Quran. Kitab ini walau tidak begitu besar, namun memiliki manfaaat yang banyak jika dapat diamalkan. Kitab ini rutin dikaji oleh santri setiap selasa malam selepas maghrib bersama Ustadz Bana Fatahillah, Lc., dan telah berlangsung hampir tiga tahun.

Acara khataman tersebut dimulai setelah shalat maghrib, dipimpin oleh Ustadz Dr. Luqmanul Hakim al-Azhari dan dihadiri para asatidz serta seluruh santri. Bagi santri Pondok Pesantren At-Taqwa Depok, acara khataman dan pengijazahan bukan suatu hal yang asing, sudah banyak kitab-kitab dikhatamkan oleh para santri.

Di dalam kitab tersebut, Imam Nawawi menjelaskan adab adab terhadap Al-Qur’an yang dibagi menjadi 10 pasal. Di dalamnya terdapat anjuran dan larangan yang diambil sang imam dari hadist-hadits tentang bagaimana sikap kita ketika berhadapan dengan al-Qur’an.

Seperti halnya dalam salah satu bab, Imam Nawawi menganjurkan untuk memperindah bacaan Al-Qur’an, sebagaimana diperintahkan oleh Rasulullah, “Hiasilah al-Qur’an dengan suara kalian.” Namun Imam Nawawi pun tak lupa menegaskan agar tidak berlebihan dalam memperindah bacaannya. Karena jika berlebihan dikhawatirkan akan menambahi atau pun mengurangi huruf dalam bacaan, dan itu hukumnya haram.

Ustadz Luqmanul Hakim pun membaca dan menerangkan beberapa pasal terakhir yang ada dalam kitab At-Tibyan. Salah satunya adalah bab tayamum. Ia menjelaskan bahwa dalam madzhab Asy-Syafii, seorang muslim yang sedang berada dalam waktu shalat namun tidak menemukan air, maka diperbolehkan untuk bertayamum, tetapi shalatnya bukan untuk menggugurkan kewajiban, melainkan untuk menghormati waktu dan wajib baginya untuk mengqadha shalat setelah menemukan air.

Sang ustadz pun memberi pesan penting kepada para santri, bahwa inti terpenting dari kitab At-Tibyan adalah dipahami dan diamalkan. Hal itu yang kerap diingatkan selalu, karena percuma jika ilmu bertambah tetapi tidak memberi manfaat dan diamalkan, sebagimana perkataan Imam al-Ghazali, “Ilmu tanpa amal gila, dan amal tanpa ilmu adalah sia-sia.”

Terkait tradisi pengijzahan sanad, Dr. Luqmanul Hakim, penulis kitab Imdad Al-Mughits tersebut, berpesan bahwa sanad hanyalah pelengkap dari sebuah pembelajaran. Hal terpentingnya adalah pemahaman dan pengalaman atas apa yang sudah didapatkan dari sebuah buku.

“Jika hanya sanad, tanpa pemahaman dan pengalaman maka ilmu itu tidak akan bermanfaat,” ujar Dr. Luqman

Doktor jebolan Universitas al-Azhar asal Lombok tersebut juga mengingatkan pentingnya keberkahan waktu. Kepada para santri ia berpesan untuk mencontoh Imam Nawawi dalam memanfaatkan waktu yang ada. Ini bisa dilihat dari karya-karyanya yang banyak dan bermanfaat padahal umurnya hanya 40-an tahun.

Setelah selesai penjelasan beberapa bab akhir kitab tersebut oleh Ustadz Luqmanul Hakim, acara dilanjut dengan pembacaan secara cepat bab penutup yang cukup panjang oleh Ustadz Bana Fatahillah. Hingga akhirnya kitab tersebut selesai dikhatamkan dan diijazahkanlah kitab At-Tibyan fii Adabi Hamalatil Qur’an kepada seluruh santri yang hadir.

Setelah selesai pengijazahan, acara pun ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Ustadz Luqmanul Hakim. Kemudian diakhiri dengan foto bersama dan makan bersama setelah sholat isya. (Editor: shof/Ahda)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086