Jelang Perpulangan, Mudir Ingatkan Kembali Nasihat Imam Syafi’i

Oleh: Cut Aisyah Kinanti (Santriwati At-Taqwa College Depok, 17 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
...

Sabtu, 1 Juni 2023, menjelang hari perpulangan santri, Mudir Pesantren at-Taqwa Depok memberikan nasehat untuk para santri. Ustadz Ardi, begitu sapaan akrab beliau, mengingatkan kembali nasehat Imam Syafii tentang enam syarat mendapatkan ilmu.

Terkait syarat pertama, kecerdasan (dzakaa) Ustadz Ardi mengutip penjelasan Imam al-Ghazali bahwa secara fitrahnya manusia itu cerdas. Tinggal bagaimana kecerdasan itu diaktivasikan. Ibarat sebuah api, ia tidak akan muncul jika dua batu didiamkan tidak digesekkan. Begitupun tanah yang tak terlihat airnya jika tidak digali.

“Karenanya, kalian semua itu cerdas. Syaratnya satu fokus terhadap ilmu. Tinggalkan apapun selain ilmu. Jangan merasa patah semangat dengan nilai jelek di rapot. Itu hanyalah angka yang suatu hari nanti bisa diperbaiki,” tegasnya.

Kedua, tidak mudah puas. Sudah semestinya bagi seorang penuntut ilmu memiliki ‘kehausan’ terhadap ilmu. Ketika telah menyelesaikan satu tahap pembelajaran, mestinya ia tidak merasa puas dengan ilmu yang didapat, namun kembali meneruskan perjalanannya untuk mencari ilmu.

Pada poin ketiga, Ustadz Ardi cukup meluaskan penjelasannya. Beliau mengingatkan bahwa dalam proses pencarian ilmu kita tidak akan lepas dari permasalahan yang beragam. Bisa dalam memahami pelajaran, berinteraksi dengan teman yang beragam ataupun sebagainya.

“Semua itu kuncinya sabar. Jika bertemu dengan teman yang usil atau diberikan tugas dari guru - misalnya - Kalian ngeluh, bahkan sampai mengundurkan diri. Maka kelak di mana dan kapan pun masalah seperti ini datang, kalian akan terus mengeluh. Intinya sabar!”, tegas Ustadz Ardi.

Keempat, bekal. Untuk memenuhi kebutuhan belajar, kita memerlukan bekal. Dalam hal ini, Ustadz Ardiansyah mengingatkan supaya para santri dapat bijak mengatur bekal yang telah diberi orangtua, memanfaatkannya untuk kebutuhan pembelajaran. Jangan mengeluarkan kepada hal yang tidak manfaat.

Kelima, bimbingan guru. Penuntut ilmu tentu tidak bisa lepas dari bimbingan guru. Dengan pengalaman yang lebih banyak didapat, sosok guru memiliki peranan penting untuk mengarahkan kita. Dengan adanya bimbingan guru, kita dapat mengkonsultasikan banyak hal, baik itu kesulitan memahami pelajaran, permasalahan dalam berinteraksi dengan teman atau sebagainya. Dengan arahan guru, kita bisa mengambil langkah yang tepat.

“Banyak yang resah dan takut dengan hal-hal seperti presentasi makalah atau skripsi. Seakan itu semua adalah hal yang mengerikan. Padahal, itu semua tidak kalian kerjakan sendirian, melainkan dengan bimbingan guru. Rasa takut itu hanya ketakutan kalian saja. Silakan tanya pada kakak kelas. Dengan bimbingan, tugas akan mudah dan indah,” pungkas penulis Buku Otoritas Imam Al-Ghazali dalam Ilmu Hadis itu.

Keenam, waktu yang lama. Pencarian ilmu membutuhkan waktu yang lama, tidak cukup hanya satu, dua tahun saja. Waktu pencarian ilmu adalah sepanjang hidup kita. Selama ajal belum tiba, kita mesti memanfaatkan waktu untuk thalabul ilmi.

Sebelum mengakhiri acara, Mudir Pesantren at-Taqwa itu menekankan para santri akan pentingnya pengamalan ilmu. Liburan akan menjadi pembukti bagaimana sejatinya kualitas ilmu kita. Jika kita mampu mengamalkan ilmu yang dimiliki, dan ilmu tersebut semakin membawa kita dekat kepada Allah, itu adalah tanda ilmu kita bermanfaat. Sebaliknnya, jika ilmu yang dimiliki tidak mengubah kualitas diri, maka kita patut mempertanyakannya. (Editor: Bana)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086