Doktor Sejarah Ini Paparkan Sejumlah Pelajaran Dari Runtuhnya Andalusia

Oleh: Azkya A. Zain (Santriwati Pesantren At-Taqwa Depok, 15 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Jumat (14/3) kemarin, santri At-Taqwa Depok kedatangan ahli sejarah sekaligus pakar pemikiran Buya Hamka, Dr. Akmal Sjafril. Ia merupakan dosen mata pelajaran “Pemikiran Buya Hamka” di kelas At-Taqwa College 1 (setara kelas 2 SMA) yang diajarkan selama 2 semester. 

Di hadapan para santri, ia memaparkan materi mengenai sejarah Andalusia. “Materi ini sejatinya cukup berat, sebab Andalusia adalah sejarah yang panjang, namun dalam waktu yang singkat ini saya akan jelaskan poin pentingnya hingga memperoleh pelajarannya,” ujarnya dalam acara Majelis Ilmu Menjelang Berbuka (MIMBAR) Ramadhan 1446 H

Ustadz Akmal mengawali kajiannya dengan menjelaskan istilah Andalusia. Menurutnya banyak yang belum tau bahwa Andalusia ialah nama yang digunakan untuk menyebut wilayah Semenanjung Iberia (mencangkup Spanyol dan Portugal). Nama ini telah digunakan sebelum Islam datang, hingga kini menjadi provinsi paling selatan di Spanyol. 

Sebagaimana yang maklum dalam sejarah, ide menaklukkan Andalusia datang dari gubernur Afrika kala itu, Musa bin Nushair. Ide ini kemudian ditindaklanjuti oleh Thariq bin Malik yang bertugas sepagai operasi intelijen, hingga dieksekusi oleh pasukan Thariq bin Ziyad yang berhasil menaklukkan Andalusia selama 3 tahun sejak 92-95 H. 

“Kenapa saya perlu menyebutkan 3 nama ini? Sebab sejarah tidak pernah dikendalikan oleh satu orang saja. Seorang pemimpin butuh informasi intelijen. Panglima perang butuh ide dan perintah dari atasan, juga keutuhan pasukan, inilah perjuangan kolektif yang membuat Andalus takluk hanya dalam masa 3 tahun!” tegas Doktor Sejarah jebolan UI tersebut.

Sejak saat itu mulailah sejarah peradaban Islam di Andalusia. Usai penaklukkan, Andalusia memasuki periode-periode keamiran. Ustadz Akmal menjelaskan setiap periode tersebut dengan singkat. Mulai dari periode Al-Wulat atau gubernur (95-138H). Pada masa ini Khilafah Umawiyyah berganti menjadi Khilafah Abbasiyyah dengan kudeta oleh Bani Abbas.

Ayah dari dua anak tersebut menjelaskan sejarah Andalusia dengan ringkas dan berbobot, sejak penaklukan hingga periode terakhir yakni Al-Imarah Al-Gharnathah, periode keamiran Granada. Inilah masa penutup peradaban Islam di Andalusia. Begitu pahit ketika mendengar sultan terakhir Granada, Abu Abdillah Muhammad XII menyerahkan kunci Alhambra (istana Granada) kepada kerajaan Kristen.
 
“Ini adalah bagian sejarah yang paling pahit!” ungkap Kepala Sekolah Pemikiran Islam (SPI) tersebut. 

Sejarah panjang Andalusia memberikan umat Islam banyak pelajaran. Di antaranya, papar ustadz Akmal, kemenangan dapat diraih dengan persatuan antar umat. 

“Coba perhatikan, pasukan Thoriq bin Ziyad yang menaklukkan Andalus itu kebanyakan bukan orang Arab, tapi suku Berber dari Maroko. Islam kala itu tidak menjajah Afrika, namun mencerahkan sehinga bangsa itu dapat bersatu, bergerak maju dan membawa Islam di Andalusia!” tegas penulis buku Islam Liberal 101 tersebut.

Pelajaran lainnya ialah, kebangkitan dan kemenangan umat karena kecintaan akan ilmu. Iman dan amal sholeh tidak cukup menjadi faktor kebangkitan jika tidak dibarengi dengan ilmu dan pengetahuan. Peradaban Islam di Andalusia adalah bukti nyata bagaimana budaya ilmu berkemabang pesat.
 
Terakhir, menurut ayah dari dua anak tersebut, keterpurukan yang menyebabkan runtuhnya Andalusia berpusat pada persoalan politik. Ada kesenjangan sosial dan kecemburuan antara Arab dan suku Berber yang mana tidak terjadi diawal penaklukan Andalusia. 

“Nah, ketika ada sentimen satu bangsa yang merasa lebih hebat dari yang lainnya, maka di sinilah masalahnya! Ini pelajaran buat kita, jangan merasa Islam kita lebih baik dari Islam Arab, Islam ini itu, karena itulah penyebab perpecahan dan kemunduran!” tutup ustadz Akmal.

Wallahu A’lam.

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086