Diskusi Buku Siroh Nabawiyah Ringkas: Mencintai Sang Rasul, Menjadi Generasi Unggul

Oleh: Nishrina Ghatsani Fathurrahman (Santriwati PRISTAC - Pesantren At-Taqwa Depok, 14 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Selasa malam, tepatnya tanggal 23 Agustus 2022, Pesantren at-Taqwa Depok kedatangan tamu yang ditunggu-tunggu. Ia adalah Ustadz Alwi Alatas yang datang sekalian untuk mengisi acara yang bertajuk “Diskusi Buku Sirah Nabawiyyah Ringkas”.

Acara yang bertempat di Mushalla Taman Adabi ini dimulai dari jam 20.00 WIB hingga selesai. Acara ini juga disiarkan melalui fanpage Facebook Pesantren at-Taqwa Depok. Meski acara dilakukan di malam hari, pembawaan suasana yang sersan, serius tapi santai, tetap membuat suasana kondusif sehingga santri antusias menyimak.

Setelah dibuka oleh moderator yaitu Bang Irfan Hakim, salah satu mahasantri ATCO tingkat 2, penjelasan dimulai dengan beberapa patah kata dari Ustadz Muhammad Ardiansyah. Ia bercerita tentang awal pertemuan dengan Ustadz Alwi. Ustadz Alwi sendiri telah bergabung di Pesantren at-Taqwa Depok sejak tahun 2016 sebagai guru Siroh Nabawiyah dan Tarikh Islam. Pada tahun yang sama, didirikanlah PRISTAC, dan ia menjadi direktur pertama Pesantren Pemikiran tersebut.

Saat ini, Ustadz yang telah menjadi doktor bidang sejarah ini tengah menjadi dosen sejarah di International Islamic University of Malaysia (IIUM). Karya Dr. Alwi Alatas pun sudah terhitung banyak. Tema-tema karyanya seperti Sejarah Peradaban Islam dan Pahlawannya, Sejarah Perjuangan Umat Islam, dan buku-buku peneguh jiwa untuk remaja, telah ditulisnya.

Sampai diundangnya belliau untuk mengisi acara pada malam itu. Dr. Alwi pun membalas bercerita bahwa datangnya beliau ke Indonesia. Selain karena keperluan penelitian, ia juga datang untuk bertemu dengan ibundanya. Dr. Alwi mengapresiasi adab para santri kepada guru yang beliau saksikan kembali di Pesantren at-Taqwa.

Kecintaan dan apresiasi terhadap guru adalah hal yang harus dipertahankan. Jasa guru ada banyak, meski sudah menjadi kepastian bahwa setiap orang pasti memiliki kekurangan. Ada orang-orang yang bisa kita kagumi dengan segala kekurangannya, karena memang pasti ada sisi istimewa yang membuat kagum dan cinta pada sosok yang dikagumi itu.

“Lantas bagaimana kalau ada orang yang tidak memiliki kekurangan?”, sambung Dr. Alwi sambal memasuki materi yang mulai disajikan. Demikianlah pertanyaan yang diajukannya dan maksud dalam penulisan buku Siroh Nabawiyah Ringkas. Nabi adalah manusia tanpa kekurangan, sehingga sangat patut kita cintai.

Buku Sirah Nabawiyyah Ringkas yang baru-baru ini diterbitkan oleh Yayasan Pendidikan Islam at-Taqwa Depok banyak merujuk pada karya Syaikh Mubarakfuri sebagai rujukan utamanya. Meskipun tetap menggunakan rujukan-rujukan yang lain, seperti Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir, Hayatush Shahabah, dan lain sebagainya.

Dr. Alwi menulis buku terbarunya dengan tujuan untuk membantu para pemula dalam mengenal sang Nabi. Memang, keunikan buku Sirah ini dari kitab-kitab Siroh yang lain adalah keringkasannya, sesuai dengan judulnya. Dibandingkan dengan buku Sirah tebal yang lain, buku ini akan terlihat lebih tipis karena jumlah halamannya yang bahkan tidak mencapai 200 halaman. Meski tipis, perjalanan hidup sang Nabi saw mulai dari lahir hingga wafat, tak lupa peristiwa-peristiwa penting tetap termaktub buku ringkasan karya Dr. Alwi ini.

Diharapkan setelah membaca buku ini para pembaca pemula akan tertarik untuk membaca lebih detail dan lebih luas. Sebenarnya Dr. Alwi berkeinginan untuk menulis buku Siroh yang lebih tebal dan lengkap Temanya juga sepertinya tidak pernah ditulis oleh penulis Siroh manapun. “Hanya belum ketemu waktunya aja …,” canda beliau sambil tertawa ringan.

Dr. Alwi menjelaskan isi bukunya ini secara singkat. Karena bukunya ringkas, maka penjelasannya juga ringkas, kira-kira penjelasannya hanya berlangsung selama kurang lebih 40 menit. Meski penjelsannya singkat, namun sarat dengan makna, dilengkapi dengan kisah-kisah Nabi dan para sahabatnya yang menggugah jiwa. Hal ini terlihat jelas dari semangat santri yang banyak sekali ingin bertanya pada sesi pertanyaan. Sampai-sampai, kesempatan untuk betanya dibatasi untuk tiga ikhwan dan tiga akhwat saja. 

Dr. Alwi menjelaskan bahwa kecintaan para sahabat kepada Rasulullah sangat banyak sekali kisahnya. Santri mendengarkan saat beliau bercerita tentang Abu Bakar; bagaimana yang pertama kali ia tanyakan setelah siuman dari pingsannya adalah tentang Nabi Shallallahu ‘alayhi wassalam. Tentang kisah seorang wanita dari Bani Dinar yang tegar atas segala musibah, semua musibah adalah kecil selama itu tidak menimpa Rasulllah.

Sungguh banyak sekali kisah yang menunjukkan besarnya cinta para sahabat kepada Nabi, hingga makhluk tak bergerak seperti tumbuhan pun sekalipun mengungkapkan kecintaannya; sepert banyak dari kita yang telah mendengar kisah yang masyhur; kisah batang kurma yang menangis saat ditinggal Rasulullah.

Bagaimana bisa cinta mereka kepada Nabi bisa sekuat dan sebesar itu? Jawabannya adalah karena mereka kenal dengan Nabi, pribadinya, dan keutamannya sebagai utusan Allah. Ustadz Alwi menjamin kita bisa mencintai Rasulullah asalkan kita mau mengenal dan mau membaca Sirah beliau. “Asalkan kita mau mengenal bagaimana pribadi beliau yang mulia, hampir pasti kita akan sangat mencintai beliau. Tak kenal maka tak sayang, kalau kita semakin mengenal dengan Rasul, kita akan semakin sayang.”

Satu hal yang Ustadz Alwi sayangkan adalah banyaknya orang yang enggan mempelajari siroh atau sejarah karena anggapan pelajaran sejarah adalah pelajaran yang tidak akan terlalu bermanfaat—dalam artian menghasilkan banyak uang. Orientasi belajar sekarang telah berubah untuk business. Popularitas meningkat sesuai dengan prospek kerjanya.

Padahal, Dr. Alwi menjelaskan, Siroh adalah ilmu yang berkaitan dengan ilmu-ilmu yang lain. Ingin belajar fiqih pasti ada kaitannya denga Siroh. Ingin belajar hadits ada asbabul wurud, belajar al-Qur’an ada asbabun-nuzul, semuanya ada kaitannya dengan Siroh. “Dari sejarahlah kita mengetahui informasi dan bekal untuk persiapan kita dalam menghadapi masa depan kita.”

Ustadz Alwi menegaskan bahwa kunci agar bisa benar-benar mencintai Rasulullah, agar bisa benar-benar kenal dengan beliau adalah membaca! Kita bisa mengenal pribadi Nabi yang terkumpul padanya segala keindahan adalah dengan mempelajari Siroh beliau. Wallahu a’lam. (Ahd.)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086