Di Masjid Salman ITB: Konsep SMA Unggul dan Literasi Beradab Dipaparkan, Makalah Santri SMA Dipresentasikan

Oleh: Nabil Abdurrahman (Mahasiswa STID Moh. Natsir, Alumni At-Taqwa Depok)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Senin, (19/05) lalu, Masjid Salman Institut Teknologi Bandung menjadi saksi dari momen bersejarah konsep ideal pendidikan Islam di masa mendatang. Pesantren At-Taqwa Depok menyelenggarakan Seminar Sehari dengan judul “Kiat Membangun Budaya Literasi dan Pengenalan Model SMA Unggul Beradab.” 

Dr. Adian Husaini sebagai prolog menjelaskan konsep SMA unggul dan beradab. Fatih Madini, Guru jurnalistik Pesantren, selaku epilog menjelaskan resep budaya literasi beradab. Di pertengahan acara, 10 santri setingkat SMA mempresentasikan makalah ilmiahnya 

Acara ini dihadiri 150 peserta yang sebagian besarnya ialah pegiat pendidikan Islam dan pimpinan Pesantren serta jajarannya dari berbagai daerah di Jawa Barat. Di antara yang hadir adalah Pesantren Tamaddun Jatinangor, Darul Fikri Cibitung, Pesantren Yaa Bunayya Purwakarta, MA Putri PUI Talaga, Mah’ad Darul Hikmah Majalengka dan masih banyak lagi. 

Ketum DDII tersebut memulai dengan pernyataan tegas bahwa “untuk mencapai apa yang telah ditetapkan UUD 1945 pasal 31 (3) itu, tidak ada pilihan lain, kecuali melalui jalan pendidikan Islam”. Sebab, untuk melahirkan manusia-manusia beriman bertaqwa dan berakhlak mulia, satu-satunya jalan adalah menerapkan konsep pendidikan yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Rumusan dan langkah itu, lanjut Dr. Adian, ada dalam perkataan singkat Umar ibn Khattab, “Beradablah dan Berilmulah” (ta’addabu tsumma ta’allamu). Soal adab dan ilmu ini pun sudah dibahas sejak masa nabi juga para ulama yang mewariskan setelah beliau. Nah, bagi Dr. Adian, rumus pendidikan ideal itu tergambar dalam konsep “TOP” yang uraiannya sebagai berikut: 

  1. (T)anamkan Adab/Akhlak Mulia sebelum Ilmu. 
  2. (O)etamakan Ilmu-ilmu Fardhu Ain 
  3. (P)ilih Ilmu Fardhu Kifayah yang tepat (sesuai potensi diri dan kebutuhan umat). 
Inilah indikator keunggulan dalam Islam. Para santri SMA At-Taqwa Depok yang rata-rata berusia sekitar 16 tahun itu bukan lagi anak-anak. Mereka sudah akil baligh, sehingga mereka sudah mukallaf dan sudah harus dididik sebagai orang dewasa. Karena itulah mereka sudah harus memahami hal-hal yang fardhu ain, dan mulai memperkuat penguasaan ilmu-ilmu fardhu kifayah mereka. 

“Karena bukan anak-anak lagi, maka santri-santri SMA dididik dengan pemikiran-pemikiran yang serius dan dilatih untuk memahami masalah umat serta memberikan solusinya. Mereka bukan hanya dilatih untuk menjawab soal-soal ujian, tetapi juga dilatih menjawab soal-soal kehidupan. Tokoh-tokoh kita sudah matang di usia belasan tahun. Ini bukan angan-angan. Ini nyata!” ujar Dr. Adian. 

Sepuluh santri SMA memaparkan makalahnya di hadapan para peserta. Makalah mereka ditulis dalam waktu 4-5 bulan di bawah bimbingan para guru hebat. Judul-judul makalah mereka sangat menarik dan sangat relevan. Lihat selengkapnya di https://attaqwa.id/liputan/baca/santri-santri-sma-ini-akan-presentasi-makalah-di-masjid-salman-itb-bandung-ada-cicit-buya-hamka 

Budaya Literasi 

Sekitar 130 makalah ilmiah telah disusun — sejak angkatan pertama — serta dipresentasikan dan didiskusikan di berbagai lembaga pendidikan hingga di Malaysia. Hal ini semata-mata telah menunjukkan komitmen Pesantren At-Taqwa dalam membangun budaya literasi. 

Fatih Madini, menguraikan empat kriteria penting dalam membangun budaya literasi yang unggul dan beradab dalam Islam. Pertama, harus memahami istimewanya kedudukan ilmu dan literasi dalam Islam. Kedua, menelaah sejarah kegemilangan ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam. Baik pada masa sahabat, generasi Shalahuddin, generasi Al-Fatih, bahkan pada generasi tokoh-tokoh kemerdekaan 1945. 

Ketiga, memahami kembali hakikat dan makna pendidikan yang sebenarnya. Sehingga dengan sendirinya pemahaman seperti “sekolahisme” dan “linierisme” tidak lagi menjadi acuan di tengah masyarakat. Keempat, perlu untuk mendudukkan secara adil antara intelektualisme dan aktivisme, khususnya bagi para penuntut ilmu. 

Dr. Adian Husaini selaku pendiri Pesantren At-Taqwa Depok yakin bahwa model pendidikan ini merupakan ikhtiyar Pesantren At-Taqwa dalam menerapkan konsep pendidikan ideal. “Tentunya, semoga Allah SWT menolong kita semua dalam upaya mewujudkan generasi unggul dan beradab 2045”

Para hadirin sangat antusias bahkan sampai acara berakhir. Mereka bertanya dan berdiskusi ringan dengan Dr. Adian Husaini. Mereka mengakui, menyambut dengan antusias konsep pendidikan ideal ini dan berharap dapat mengaplikasikannya dalam berbagai lembaga pendidikan yang tengah mereka bina. 

“Sangat senang melihat santri-santri At-taqwa yang berusia belasan ini sudah membahas buku-buku para pakar di bidangnya seperti Prof. Al Attas, Moh Natsir, Muhammad Asad, dll dengan beragam tema. Semoga acara ini bisa digelar di berbagai daerah dan menginspirasi para pendidik untuk terus melahirkan inovasi pendidikan yang menjawab tantangan zamannya,” ujar Rizki Lesus, salah satu peserta Seminar.

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086