80 Tahun Indonesia Merdeka: Terus Teladani Para Pahlawan, Bangun Negeri dengan Adab dan Ilmu
Oleh: Adzkia Afifah Effendi (Santri SMA Pesantren At-Taqwa Depok)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Sekjen sekaligus guru Pesantren At-Taqwa, Dr. Suidat, dalam upacara kemerdekaan Indonesia di pesantren, (17/08/25), menyampaikan tiga nasihat penting kepada para santri. Pertama, jangan pernah melupakan para pahlawan yang telah rela mengorbankan segalanya demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, serta sejarah-sejarahnya.
Kedua, hendaknya kita semua mendoakan mereka agar seluruh amal sholehnya diterima oleh Allah Taala. Ketiga, sudah sepatutnya kita mengikuti jejak-jejak mereka yang berperan penting di bumi pertiwi ini. Karena, tidak bisa dipungkiri bahwasanya kontribusi mereka memang sangatlah besar.
Kita sebagai generasi penerus, memiliki kewajiban untuk mengembangkan diri agar menjadi manusia-manusia yang berilmu, berwawasan luas serta berakhlak mulia. Masa depan Indonesia tidak lepas dari peran kita.
“Maka dari itu, jangan sampai kita menjadi manusia yang tidak berilmu, sehingga Indonesia dipegang oleh manusia-manusia tanpa gagasan, visi dan misi,” tegas Ustadz Suidat.
Perlu kita sadari bahwasanya kita harus bersyukur atas kemerdekaan yang Allah berikan pada kita saat ini. Kemerdekaan merupakan suatu nikmat yang tidak selalu bisa didapat oleh semua negara. Contohnya, saudara kita di Palestina. Mereka masih terus-menerus dijajah dan menderita oleh teroris Zionis-Israel.
Di samping itu, kata Ustadz Suidat, kita tidak boleh lengah dan merasa tenang atas kemerdekaan ini. Pasalnya, saat ini, mayoritas masyarakat kita sudah terjangkit penyakit-penyakit ideologi yang sangat berbahaya. Perang pemikiran yang menyesatkan.
Bukan dari segi ikhtilaf saja, ideologi-ideologi sesat dari Barat yang berpotensi merusak akidah dan moral, bahkan sudah mempengaruhi pemikiran-pemikiran masyarakat. Isme-isme Barat layaknya pluralisme, sekulerisme serta liberalisme, Relativisme, dan semacamnya telah tersebar luas sebebas-bebasnya di negara yang katanya “mayoritasnya muslim” ini.
“Tugas kita saat ini adalah membentengi diri agar terhindar dari paham-paham sesat tersebut. Bukankah kita adalah calon pemimpin negeri ini?” ucap Ustadz Suidat
Penulis buku “Sejarah Nasional Indonesia” itu juga mengingatkan soal keluhuran adab. Sebagai salah satu bagian dari masyarakat lokal, regional, nasional, bahkan internasional, kita harus menjadi orang yang baik.
“Jadilah orang yang dirindukan di masyarakat. Jangan sampai kehadiran kita menjadi suatu beban bagi orang-orang di sekitar kita. Usahakan untuk selalu melakukan amar maruf nahi munkar di manapun dan kapanpun itu. Mulailah untuk menjadi pribadi yang lebih baik mulai detik ini. Jadikanlah At-Taqwa sebagai wadah yang mengampu niat-niat baik itu,” tuturnya.
Sebelum menutup pembicaraan, beliau menyampaikan sebuah “Pesan Kemerdekaan RI 2025” berpola gurindam:
“Indonesia negara besar
Hendaklah rakyatnya tidak mudah gusar
Indonesia negara hebat
Jauhkanlah dari segala maksiat
Indonesia negeri damai
Setiap kebajikan dapat disemai
Indonesia negeri jutaan ulama
Mereka pejuang menghidupkan sukma
Indonesia negeri kaya
Rakyatnya berjuang untuk berdaya
Indonesia negeri subur
Semoga baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur
Indonesia negeri bahari
Itulah nikmat Ilahi jangan pungkiri
Santri riang penuh cerita
Tidaklah pulang sebelum gapai cita cita
Santri bersyukur di mana saja
Menggenggam tauhid sekuat baja”