6 Pesan Penting Sang Imam

Oleh: Amirah Abdullah (Santri SMA Pesantren At-Taqwa Depok, 16 Tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

 “Tidaklah engkau mendapatkan ilmu kecuali dengan enam hal: kecerdasan, semangat (kesungguhan), sabar, bekal, guru yang bijak, serta waktu yang lama
(Imam Syafi’i)

Memahami lagi tentang ilmu dan niat para santri selama belajar di pondok, Ustadz Ardiansyah selaku Mudir Pesantren At-Taqwa Depok kembali mengingatkan bagaimana personifikasi seorang penuntut ilmu yang sesuai dan ideal dengan agama Islam. 

Hal itu disampaikan dalam momentum kedatangan para santri pasca perpulangan panjang (18/7/25) dengan merujuk ungkapan Imam Syafi’i. Tujuannya agar niat belajar santri kembali benar sebagaimana mestinya, dan supaya ilmu dapat benar-benar diraih dengan maksimal.

Pertama seorang penuntut ilmu harus memiliki kecerdasan akal. Cerdas tidak harus pintar, atau paling cepat menghafal, juga paling cepat paham. Disebut cerdas ialah apabila seseorang memiliki kemampuan untuk berpikir dan kemauan untuk melakukannya. 

Kedua adalah semangat, yakni dengan senantiasa merasa tidak cukup dengan yang telah kita pelajari. “Semangat kita dalam menuntut ilmu tidak boleh putus“, tegasnya kepada para santri. 

Sebagai penuntut ilmu, kita tidak semestinya merasa cukup dengan ilmu yang kita miliki. Dengan begitu, kita senantiasa merasa ingin tahu dan menkaji ilmu lebih jauh lagi. 

Ketiga adalah sabar, tantangan-tantangan dalam menuntut ilmu itu banyak dan beragam. Sulit memahami pelajaran, berat dalam hafalan, atau lainnya, harus dihadapi dengan kesabaran yang tinggi. 

 “Dengan begitu, nilai kita sebagai penuntut ilmu diuji”  pungkas ustadz Ardi.

Keempat adalah bekal, menuntut ilmu meniscayakan perlu pada bekal. Sebagaimana makanan fisik perlu biaya dan modal, ilmu sebagai makanan jiwa pun perlu kepada keduanya. 

Baik untuk keperluan penunjang, maupun kesadaran untuk membantu hidup para guru ataupun ahli ilmu. Kita — para santri, sudah ditanggung orang tua untuk bekal, maka amanah bagi kita ialah dengan memanfaatkan masa menuntut ilmu kita semaksimal mungkin.

Kelima adalah guru yang bijak, sepintar-pintarnya pembelajar otodidak tanpa guru pengajar langsung pasti akan sulit mengamalkan ilmunya. Terlebih dalam ilmu agama, para ulama tegas mengingatkan. Lau laa al-Isnaad laqaala man syaa-a maa syaa-a.

Kalaulah tidak ada rantai sanad keilmuan, sungguh nanti setiap orang akan berbicara apapun yang dia inginkan. Juga diperingati dalam maqalah lain. Apabila seseorang tidak memiliki guru, maka setan lah yang akan menjadi guru — yang mengarahkan petunjuk — baginya.

Keenam, menuntut ilmu perlu jangka waktu yang lama. maka untuk mempertahankan tekad kita dalam melaksanakannya, diperlukan kesabaran, modal, kecerdasan, dan semangat, dan arahan guru selama panjangnya masa pembelajaran kita.

Dari enam pesan tadi, kita saksikan bahwa menjadi penuntut ilmu tidaklah mudah. Namun ganjarannya amat besar karena beratnya tantangan yang harus dihadapi. Pesan tersebut amat penting bagi para santri. 

Sebab, waktu enam tahun di pesantren adalah waktu yang amat sedikit. Bila tidak mempersiapkan semaksimal mungkin, boleh jadi masa yang berlalu menjadi terlewat sia-sia.

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086