Santri
Oleh: Muhammad Ardiansyah (Pengasuh Ponpes at-Taqwa Depok)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan
Santri itu identik dengan penuntut ilmu-ilmu agama (Ulumuddin). Ini bukan berarti santri tidak belajar ilmu lainnya. Ada klasifikasi ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah yang wajib dipelajari oleh tiap santri. Kedua jenis ilmu ini mencakup ilmu-ilmu agama (syar iyyah) dan yang bukan ilmu agama (ghayr al-syar iyyah).
Untuk mendapatkan ilmu ini, harus dengan adab. Kata Yusuf Ibn al-Husain
Bil adabi yufhamu `ilmu, wal `ilmu yushlihul `amalu, wal `amalu tanaalul hikmah.
Dengan adab ilmu bisa dipahami, dengan ilmu amal menjadi baik, dan dengan amal hikmah akan diraih. (lihat Muhammad Ali al-Humaidi, Adabul Insan fi al-Islam, Surabaya : Maktabah Muhammad Ibn Nabhan, tt, hlm. 6-7). Hal yang sama disepakati oleh Imam al-Ghazali, beliau menyatakan
Tsumma yabtadi-u tsaaniyan bit-ta-dib, tsumma bit-ta`liim. Fa innatta ta`liima laa yumkinu illaa ba`da ta-dib. Li anna man laisa lahu adab laisa lahu `ilmu.
Kemudian dia mulai dengan penanaman adab (ta`dib), lalu pengajaran ilmu (ta`lim). Karena ta`lim tidak mungkin berhasil kecuali setelah ta`dib. Karena orang yang tidak beradab, tidak akan mendapatkan ilmu. (Imam al-Ghazali, Minhaj al-Muta`allim, Damaskus: Dar al-Taqwa, 2010, hlm 68).
Ada banyak adab yang harus dipahami dan diamalkan oleh santri. Diantara ulama Nusantara, Hadratusy Syeikh KH Hasyim Asy`ari telah menulis kitab adab yang sangat bagus. Kitab itu diberi nama Adab al-Aalim wa al-Muta`allim. Terkait adab seorang santri, Mbah Hasyim menulis 35 Adab yang mencakup adab santri kepada dirinya, Adab santri kepada gurunya, dan adab santri kepada pelajarannya. Dalam tulisan singkat ini, tentu tidak mungkin dibahas semua adab itu. Saya cukupkan dua adab santri kepada dirinya. Sisanya, silakan pelajari kitab yang hebat itu.
Menurut Mbah Hasyim Asy`ari, Adab santri kepada dirinya ada sepuluh. Adab yang pertama, adalah menyucikan diri dari sifat-sifat tercela, seperti menipu, hasad, dengki dan aqidah yang salah (su`u aqiidatin). Adab pertama ini penting untuk dipahami dan diamalkan. Menurut Mbah Hasyim, penyucian jiwa ini penting agar dapat menyerap ilmu, dan memahami maknanya secara mendalam.
Sifat yang tercela seperti hasad, takabbur dan ujub sangat membahayakan jiwa. Tapi yang lebih berbahaya dari itu adalah aqidah yang buruk. Ini mencakup aqidah kelompok menyimpang sejak dulu, seperti Syiah, Khawarij, Mu`tazilah, dan sebagainya. Juga mencakup pemikiran sesat seperti Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme agama. Bagi santri, tidak boleh ada aqidah-aqidah batil seperti ini di dalam hatinya.
Sekarang, kita lompat ke adab yang ke sepuluh. Adab kedua sampai kesembilan silakan dibaca sendiri ya. Menurut Mbah Hasyim, santri harus pandai menjaga diri dari pergaulan yang salah, khususnya dengan lawan jenis alias pacaran. Salah pergaulan bisa menyebabkan terjerumus pada maksiat. Sedangkan maksiat itu adalah penghalang datangnya ilmu. Itulah sebabnya, ketika Imam Syafi`i curhat kepada gurunya, Imam Waki`, pesan beliau singkat padat dan bermanfaat "Tinggalkan maksiat". Jika murid di sekolah umum saja tidak pantas bergaul bebas dengan lawan jenis, apalagi santri yang sehari-hari akrab dengan ilmu agama.
Oleh karena itu, santri itu bukan gelar sembarangan. Jika ada orang yang menolak gelar santri diberikan kepada yang tidak mondok, maka gelar santri juga tidak layak diberikan kepada orang yang mondok tapi tidak beradab. Kalau ngaku-ngaku santri itu terserah saja. Ngaku-ngaku kan gratis. Tapi apakah pengakuan dirinya sebagian santri itu diterima atau tidak itu masalah lain. Hanya orang yang pernah nyantri dan mengamalkan adab-adab santri yang tahu hakikat santri.
Adab-adab santri yang disampaikan Hadratusy Syeikh KH Hasyim ini penting untuk diingat. Khususnya oleh mereka yang sehari-hari mendidik santri di pondok pesantren. Jangan sampai para Kyai pondok lupa pesan Mbah Hasyim Asy`ari, tapi malah percaya dan mengikuti orang yang sehari-hari sibuk di dunia politik, atau di industri film. Santri adalah penjaga agama dan bangsa. Oleh karena itu, mari didiklah anak-anak di pondok agar menjadi santri sejati, yang kuat imannya, mampu menjawab tantangan pemikiran dan menjauhi pergaulan bebas. Bukan santri jadi-jadian, yang mencampur adukan Tauhid dan syirik, dan ikut-ikutan pergaulan yang tidak sesuai adab Islam.
Wallahu a`lam bi al-shawab