Sang Nabi sebagai Teladan Abadi Kita
Oleh: Arkan Fathin Jirnadhara (Santri SMP Pesantren At-Taqwa Depok, 14 Tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Islam adalah satu-satunya agama yang benar. Ia dibangun di atas wahyu ilahi yang dirancang untuk menjadi pedoman hidup umat manusia hingga akhir zaman.
Berbeda dengan agama-agama terdahulu seperti Nasrani dan Yahudi yang diturunkan khusus untuk umat tertentu dan zaman tertentu. Sedangkan Islam hadir sebagai risalah yang universal yang melampaui batas geografis, etnis, dan dan waktu. Oleh karenanya, sebagai Umat Islam kita patut mensyukuri keimanan kita tersebut.
Salah satu hal yang paling membedakan kita dengan kepercayaan lain adalah adanya teladan yang sempurna(uswatun hasanah), yaitu Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam. Beliau—sejak awal—diciptakan sempurna, dari segi jasmani maupun rohaninya. Prilaku beliau juga sangat terjaga sejak kecil.
Hal tersebut membuat ia sangat dicintai oleh kalangan bangsa Arab, baik dari keluarga ataupun orang-orang sekitarnya. Beliau bahkan dijuluki sebagai al-amin, yakni yang orang yang terpercaya, karena jika ada orang yang memberinya amanah, maka ia akan selalu memenuhinya. Selain itu ia juga dikenal sebagai sosok yang penyabar dan tidak pernah berbohong sekalipun, walaupun sedang bercanda.
Kesucian diri beliau pasti bukanlah hal yang biasa. Sebab, Allah sendiri yang langsung menjaga kesucian diri beliau, sehingga saat beliau diutus menjadi Nabi, orang-orang akan langsung memercayai beliau.
Selain itu, Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam sempat mengalami penyucian hati beberapa kali dalam hidupnya, seperti saat berumur empat tahun dan saat Isra Miraj. Kejadian tersebut bertujuan untuk membersihkan kotoran hatinya.
Berdasarkan penjelasan Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, penyucian hati ini bertujuan untuk membersihkan potensi melakukan dosa yang bersumber dari hati manusia. Maka, sangatlah wajar jika beliau dijadikan sebagai Nabi terakhir yang membawa ajaran yang sempurna untuk dianut seluruh umat manusia hingga akhir zaman.
Disebabkan kesucian itulah, beliau layak dijadikan sebagai teladan abadi umat manusia. Keistimewaan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam tidak hanya terletak pada kesucian dirinya, tetapi juga pada kelengkapan teladan yang beliau wariskan.
Dalam berbagai aspek kehidupan beliau bisa dijadikan contoh yang ideal. Mulai dari adab bangun tidur hingga bernegara, dari cara berdagang hingga memimpin pasukan, semuanya tercermin dalam kehidupan beliau. Hal seperti inilah yang tidak dimiliki oleh kepercayaan dan peradaban lain, seperti Agama Nasrani dan Yahudi, serta peradaban Barat, Mesir, Mongol, dsb.
Dr. Adian Husaini, salah seorang cendekiawan muslim di Indonesia mengatakan dalam bukunya:
“…Islam mempunyai model teladan abadi (uswatun hasanah), yaitu Nabi Saw Sebagai “model abadi”, seluruh ucapan dan tindakan Nabi Muhammad Saw menjadi contoh/teladan bagi Muslim. Model itu begitu lengkap. Kita berusaha mencontoh Nabi dalam segala aspek kehidupan. Mulai dari cara/adab bangun tidur, masuk kamar mandi, mengenakan pakaian, memulai dan mengakhiri makan, sampai cara berdagang, memimpin perang, memimpin negara, memimpin keluarga, dan sebagainya, semuanya ada contoh teladan dari Nabi Muhammad Saw. Ini Istimewa dan khas Islam…” (Lihat, Dr. Adian Husaini, 10 Kuliah Agama Islam, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2016), hlm. 27).
Bedasarkan hal tersebut, bisa kita tarik kesimpulan bahwa keteladanan beliau adalah cahaya yang membimbing kita dalam menjalani kehidupan.
Maka, keberadaan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam sebagai teladan hidup adalah karunia yang besar yang patut kita syukuri. Sebab, dalam sejarah peradaban dan agama-agama dunia, tidak ada figur yang memberikan contoh hidup sekomperhensif dan seotentik beliau.
Hanya dalam Islam kita menemukan sosok yang bukan hanya menyampaikan wahyu, tetapi juga menghidupkannya dalam setiap kehidupan. Oleh karena itu, Islam bukanlah sekedar agama, tetapi juga jalan hidup yang sempurna—dengan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam sebagai panutan yang utama lagi mulia dan tak tergantikan.
Wallahu alam.
*
Referensi tulisan:
Dr. Alwi Al-Attas, Sirah Nabawiyah Ringkas Untuk Pelajar, (Depok: Ponpes At-Taqwa, 2022).
Syeikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 1997).
Dr. Adian Husaini, 10 Kuliah Agama Islam, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2016).
Karen Armstrong, Muhammad Sang Nabi, (Surabaya: Risalah Gusti, 2001).
*
*
*
(Artikel ini merupakan pemenang lomba menulis dalam rangka menyambut Maulid Nabi. Arkan mendapat juara 1 pada tingkat PRISTAC/Kelas 3 SMP-1 SMA)
Berbeda dengan agama-agama terdahulu seperti Nasrani dan Yahudi yang diturunkan khusus untuk umat tertentu dan zaman tertentu. Sedangkan Islam hadir sebagai risalah yang universal yang melampaui batas geografis, etnis, dan dan waktu. Oleh karenanya, sebagai Umat Islam kita patut mensyukuri keimanan kita tersebut.
Salah satu hal yang paling membedakan kita dengan kepercayaan lain adalah adanya teladan yang sempurna(uswatun hasanah), yaitu Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam. Beliau—sejak awal—diciptakan sempurna, dari segi jasmani maupun rohaninya. Prilaku beliau juga sangat terjaga sejak kecil.
Hal tersebut membuat ia sangat dicintai oleh kalangan bangsa Arab, baik dari keluarga ataupun orang-orang sekitarnya. Beliau bahkan dijuluki sebagai al-amin, yakni yang orang yang terpercaya, karena jika ada orang yang memberinya amanah, maka ia akan selalu memenuhinya. Selain itu ia juga dikenal sebagai sosok yang penyabar dan tidak pernah berbohong sekalipun, walaupun sedang bercanda.
Kesucian diri beliau pasti bukanlah hal yang biasa. Sebab, Allah sendiri yang langsung menjaga kesucian diri beliau, sehingga saat beliau diutus menjadi Nabi, orang-orang akan langsung memercayai beliau.
Selain itu, Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam sempat mengalami penyucian hati beberapa kali dalam hidupnya, seperti saat berumur empat tahun dan saat Isra Miraj. Kejadian tersebut bertujuan untuk membersihkan kotoran hatinya.
Berdasarkan penjelasan Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, penyucian hati ini bertujuan untuk membersihkan potensi melakukan dosa yang bersumber dari hati manusia. Maka, sangatlah wajar jika beliau dijadikan sebagai Nabi terakhir yang membawa ajaran yang sempurna untuk dianut seluruh umat manusia hingga akhir zaman.
Disebabkan kesucian itulah, beliau layak dijadikan sebagai teladan abadi umat manusia. Keistimewaan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam tidak hanya terletak pada kesucian dirinya, tetapi juga pada kelengkapan teladan yang beliau wariskan.
Dalam berbagai aspek kehidupan beliau bisa dijadikan contoh yang ideal. Mulai dari adab bangun tidur hingga bernegara, dari cara berdagang hingga memimpin pasukan, semuanya tercermin dalam kehidupan beliau. Hal seperti inilah yang tidak dimiliki oleh kepercayaan dan peradaban lain, seperti Agama Nasrani dan Yahudi, serta peradaban Barat, Mesir, Mongol, dsb.
Dr. Adian Husaini, salah seorang cendekiawan muslim di Indonesia mengatakan dalam bukunya:
“…Islam mempunyai model teladan abadi (uswatun hasanah), yaitu Nabi Saw Sebagai “model abadi”, seluruh ucapan dan tindakan Nabi Muhammad Saw menjadi contoh/teladan bagi Muslim. Model itu begitu lengkap. Kita berusaha mencontoh Nabi dalam segala aspek kehidupan. Mulai dari cara/adab bangun tidur, masuk kamar mandi, mengenakan pakaian, memulai dan mengakhiri makan, sampai cara berdagang, memimpin perang, memimpin negara, memimpin keluarga, dan sebagainya, semuanya ada contoh teladan dari Nabi Muhammad Saw. Ini Istimewa dan khas Islam…” (Lihat, Dr. Adian Husaini, 10 Kuliah Agama Islam, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2016), hlm. 27).
Bedasarkan hal tersebut, bisa kita tarik kesimpulan bahwa keteladanan beliau adalah cahaya yang membimbing kita dalam menjalani kehidupan.
Maka, keberadaan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam sebagai teladan hidup adalah karunia yang besar yang patut kita syukuri. Sebab, dalam sejarah peradaban dan agama-agama dunia, tidak ada figur yang memberikan contoh hidup sekomperhensif dan seotentik beliau.
Hanya dalam Islam kita menemukan sosok yang bukan hanya menyampaikan wahyu, tetapi juga menghidupkannya dalam setiap kehidupan. Oleh karena itu, Islam bukanlah sekedar agama, tetapi juga jalan hidup yang sempurna—dengan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam sebagai panutan yang utama lagi mulia dan tak tergantikan.
Wallahu alam.
*
Referensi tulisan:
Dr. Alwi Al-Attas, Sirah Nabawiyah Ringkas Untuk Pelajar, (Depok: Ponpes At-Taqwa, 2022).
Syeikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 1997).
Dr. Adian Husaini, 10 Kuliah Agama Islam, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2016).
Karen Armstrong, Muhammad Sang Nabi, (Surabaya: Risalah Gusti, 2001).
*
*
*
(Artikel ini merupakan pemenang lomba menulis dalam rangka menyambut Maulid Nabi. Arkan mendapat juara 1 pada tingkat PRISTAC/Kelas 3 SMP-1 SMA)