Prof Diraja Terpuji (Royal Laureate Professor) Untuk Prof. Naquib Al-Attas, Tonggak Penting Kebangkitan Peradaban Islam Melayu
Oleh: Dr. Adian Husaini (Pendiri Pesantren At-Taqwa Depok, Indonesia)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan
Dalam sejarah Negara Malaysia, ini kali kedua seorang ilmuwan diberi penghargaan sebagai Profesor Diraja. Yang pertama adalah Prof. Diraja Ungku Abdul Aziz Ungku Abdul Hamid pada tahun 1978. Sedangkan untuk Prof. Syed Naquib al-Attas ada tambahan KHUSUS: “Prof. Diraja Terpuji”.
Gelar Profesor Diraja Terpuji merupakan gelar tertinggi dan terhormat di Malaysia. Tidak sembarang orang mendapatkannya. Gelar itu diberikan oleh Majelis Raja-raja untuk Profesor ternama yang memberikan kontirbusi besar kepada rakyat dan negara. Bahkan, Prof. al-Attas sejatinya lebih dari itu. Sebab, pengaruh pemikirannya telah mendunia
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibr ahim mencatat bahwa pelantikan ini memberi makna besar kepada seorang tokoh yang begitu berjasa kepada dunia Islam dan dunia pemikiran.
“Sepanjang hidup, saya amat bernasib baik karena dapat mendampingi beberapa ilmuwan besar, dan Prof. Al-Attas merupakan salah seorang daripada tokoh tersebut,” tulis PM Anwar dalam laman instagram pribadinya (23/10/2024).
Dalam facebook resminya, Kementerian Pendidikan Tinggi Malaysia mencatat sejumlah kontribusi Prof. Naquib al-Attas di kancah lokal dan internasional. Beliau mendirikan ISTAC (International Institute of Islamic Thought and Civilization) tahun 1987 dan berperan penting dalam perkembangan Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM). Beliau telah banyak mendidik dan melahirkan sarjana dan ilmuwan muslim terkemuka di seluruh dunia.
Di kancah dunia, Prof. Naquib al-Attas menjadi salah satu tokoh yang menyampaikan konsep Universitas Islam dalam Konferensi Pendidikan Islam pertama di Mekkah, Arab Saudi tahun 1977. Buku-buku Prof. Naquib al-Attas telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia dan memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan pemikiran dan pendidikan serta peradaban Islam, khususnya di Asia Tenggara. Bukunya yang bertajuk Islam and Secularism menjadi buku klasik legendaris yang dirujuk oleh para ilmuwan muslim se-dunia.
Tokoh muslim berpengaruh di Amerika Serikat, Syekh Hamza Yusuf menulis dalam akun media sosialnya, bahwa Prof. Naquib al-Attas adalah pemikir besar yang memberikan pengaruh terbesar pada pemikirannya, khususnya dalam hal memahami krisis yang menimpa umat Islam dan cara untuk mengatasinya: “I have been Muslim now for 42 years, I can say with a great deal of conviction that Syed Naquib al-Attas is probably the greatest influence on my understanding on the crisis in the Muslim world and also, of what needs to be done in order to heal that crisis.”
Salah satu jasa besar Prof. Naquib al-Attas terhadap dunia Islam adalah perumusan dan penekanan beliau tentang konsep adab sebagai solusi krisis yang menimpa umat Islam. Laman ‘Berita Harian’ Malaysia, 25 Juni 2019, menurunkan artikel Latifah Arifin berjudul “Konsep adab mampu selesai masalah dunia Islam sejagat”. Mengutip pernyataan Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud, penulis artikel tersebut mencatat bahwa, Prof. Naquib al-Attas adalah salah satu tokoh yang layak disebut sebagai ‘pembaru’ dalam Islam.
Tokoh seperti ini bukanlah yang mengubah-ubah hukum dan prinsip Islam, tetapi justru melakukan rekonstruksi pemahaman terhadap ajaran Islam yang memperkuat ajaran Islam, sejalan dengan kandungan al-Quran dan hadits Nabi Muhammad saw. Prof Diraja TERPUJI Syed Muhammad Naquib al-Attas selama ini dikenal dengan sumbangannya dalam pelbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti metafisika, falsafah sains dan pendidikan, perbandingan agama, sastera, sejarah dan kebudayaan.
Dalam pidato pengukuhannya sebagai pemegang Kursi Pemikiran Islam Syed Muhammad Naquib al-Attas di Raja Zarith Sofiah Center for Advaced Studies on Islam Science and Civilization (RZS-CASIS) Universiti Teknologi Malaysia, Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud menyebutkan bahwa diantara gagasan utama dan terpenting yang disampaikan Prof al-Attas adalah konsep WORLDVIEW ISLAM dan adab melalui pelbagai dimensi yang ditawarkannya kepada pemikiran modern dalam Islam.
Lahir di Bogor, Indonesia, 93 tahun lalu, pengaruh pemikiran Prof. Naquib al-Attas semakin meluas. Ia adalah cucu ulama terkenal Indonesia, Habib Abdullah bin Muhsin al-Attas, yang lebih dikenal sebagai Habib Kramat Empang Bogor.
Sebagai contoh, pada 15 Februari 2020, diselenggarakan seminar bertajuk “International Symposium on Syed Muhammad Naquib al-Attas, Philosophycal and Civilizational Dimensions”, oleh RZS-CASIS-UTM. Seminar ini dihadiri oleh lebih dari 500 peserta. Lebih dari 100 diantaranya datang dari Indonesia. Para peserta membayar sekitar Rp 500 ribu.
Demikian juga ketika Prof. al-Attas meluncurkan buku terbarunya, “Islam: The Covenants Fulfilled” PADA 29 Juli 2023. Saya hadir dalam acara itu. Itulah kali pertama seumur hidup saya menyaksikan peluncuran buku yang begitu dahsyat. Ribuan orang -- dari berbagai negara – hadir. Ruangan berkapasitas 2000 orang di Gedung World Trade Center Kuala Lumpur Malaysia, dipenuhi peserta. Itu masih ditambah peserta yang menyaksikan langsung secara daring (online).
Pengakuan terhadap keunggulan pemikiran Prof. al-Attas juga datang dari sebuah Foundation di Australia “The Cranlana Program”. Pada tahun 2002, lembaga ini menerbitkan dua volume buku bertajuk “Powerful Ideas: Perspectives on the Good Society”. Buku ini menghimpun gagasan pemikir-pemikir besar dalam sejarah umat manusia. Dari sederetan nama pemikir besar dunia, Prof. Syed Naquib Al-Attas merupakan satu-satunya ilmuwan Muslim yang pemikirannya diambil sebagai representasi dalam memandang peradaban Barat secara kritis.
Berbagai pihak mengakui, pemikiran Prof. al-Attas semakin tersebar luas dan dikenal masyarakat Asia Tenggara melalui buku-buku, makalah dan artikel yang ditulis oleh Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud. Beliau selama 30 tahun lebih menemani dan berguru kepada Prof. Naquib al-Attas. (Lihat buku: Adian Husaini, Mengenal Sosok dan Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al Attas dan Wan Mohd Noor Wan Daud, YPI At-Taqwa, 2020).
Di Indonesia, sejak tahun 2004, Prof. Wan Mohd Nor telah berkeliling di puluhan kota untuk mengenalkan dan menjelaskan pemikiran Prof. Naquib al-Attas. Prof. Wan Mohd Nor memenuhi undangan seminar, diskusi, kuliah umum, dan sebagainya, ke kota-kota di Indonesia, seperti Depok, Jakarta, Bandung, Bogor, Semarang, Yogya, Solo, Surabaya, Jombang, Malang, Padang, Makasar, Mataram-NTB, Denpasar, dan sebagainya. Acara peluncuran buku Prof. Wan Mohd Nor berjudul Budaya Ilmu (2019), di Pesona Square Mall, Depok, pada 31 Agustus 2019, dihadiri lebih dari 500 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Tahun 2015, Prof. Wan Mohd Nor juga merestui dan menyokong pendirian Pesantren At-Taqwa Depok, yang menjadikan konsep adab Prof. Naquib al-Attas sebagai rujukan utama konsep pendidikannya. Alhamdulillah, saat ini, Pesantren At-Taqwa Depok berkembang pesat dan mengokohkan diri sebagai Pesantren pemikiran dan peradaban Islam. Pesantren ini telah melahirkan anak-anak muda yang memiliki budaya literasi beradab yang cukup tinggi.
Karena itulah, umat Islam di wilayah Asia Tenggara ini, khususnya di Indonesia, patut menyampaikan terimakasih kepada Kerajaan Malaysia yang telah mengakui (mengi’tiraf) keilmuan dan jasa-jasa besar Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas. Pengakuan ini sangat bermakna dan insyaAllah menjadi satu tonggak penting bagi kebangkitan Peradaban Islam Melayu (Islamic Civilization in the Malay-Indonesian World).
Kini, saatnya, semua kekuatan Muslim Melayu dapat menyatupadukan potensi mereka dalam mewujudkan satu peradaban agung di Asia Tenggara yang akan menjadi model peradaban bagi umat manusia di belahan dunia lainnya. Dan kita doakan semoga Prof. Diraja Syed Naquib al-Attas senantiasa diberikan keberkahan oleh Allah SWT serta terus menjadi mata air keilmuan dan kebijakan bagi umat Islam. Amin. (Depok, Indonesia, 24 Oktober 2024).