Pendidikan Bersistem Pesantren: Tantangan dan Prospek Ke Depan
Oleh: Dr. Kholili Hasib, M.Ud (Kaprodi S3 PAI UII Darullughah Wadda’wah Bangil-Direktur Pendidikan Madrasah As-Sunnah Pandaan)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Pesantren sebagai sebuah sistem pendidikan jauh telah berjalan sebelum lahirnya sistem pendidikan nasional di Indonesia. Dalam sejarah, Sunan Ampel, Sunan Giri dan lain-lain telah mendirikan lembaga pendidikan bersistem pesantren yang melahirkan ilmuan-ilmuan hebat dan pemimpin dan para sultan. Sistem pesantren telah berperan penting dalam membangun peradaban Islam di Indonesia. Melalui pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman, pesantren tidak hanya menghasilkan ulama, tetapi juga pemimpin masyarakat yang memiliki wawasan luas; politik, sosial, dan budaya.
Jauh sebelum sistem pendidikan nasional lahir pada era kolonial, pesantren telah berkontribusi dalam mencerdaskan bangsa tanpa campur tangan pemerintah. Salah satu ciri khas pesantren adalah adanya kiai sebagai figur sentral dalam pembelajaran tafaqquh fiddin. Proses pendidikan dilakukan secara langsung melalui metode sorogan, dan halaqah. Model pendidikan ini diwariskan secara turun-temurun dan tetap lestari hingga kini. Selain mengajarkan ilmu agama seperti tafsir, hadis, dan fiqh, pesantren juga membekali santrinya dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sosial. Santri diberi pelajaran hidup dengan baik. Mengintegrasikan kesolehan pribada dengan kesolehan sosial.
Pesantren memiliki beberapa model, seperti pesantren bercorak tradisional dan bercorak modern. Akan tetapi, baik tradisional maupun modern, pesantren tidak meninggalkan ciri khasnya; berpusat kepada teladan kiai dan mengedepankan akhlak - adab dalam pembelajaran. Kecuali itu, sistem pelajarannya selama dua puluh empat jam. Sistem pendidikan seperti ini tentu saja tetap adaptif dan fleksibel. Terutama seiring dengan perkembangan pendidikan modern. Nilai-nilai dan sistem utama tetap bertahan dalam menghadapi berbagai perubahan zaman.
Namun pandangan sebelah mata sebagian orang terhadap sistem pendidikan pesantren karena kesalah pahaman terhadap sistem pendidikan pesantren. Tidak jarang, lembaga pendidikan Islam ini dianggap sebagai tempat bagi anak-anak yang bermasalah atau tempat terakhir bagi mereka yang gagal di sekolah formal. Bahkan, ada anggapan bahwa pondok pesantren adalah semacam “rumah sakit jiwa“ bagi anak-anak yang sulit dikendalikan. Pandangan semacam ini tentu keliru dan mencerminkan kurangnya pemahaman terhadap konsep pendidikan bersistem pesantren.
Sejak awal keberadaannya, pesantren memiliki peran besar dalam mencetak generasi yang beradab dan berakhlak. Pendidikan di pesantren tidak hanya menitikberatkan pada aspek intelektual semata, tetapi juga membangun karakter berakhlak-beradab. Santri diajarkan untuk memiliki sikap rendah hati, disiplin, serta tanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat. Dengan pola pendidikan berbasis kemandirian dan pembentukan akhlak, lulusan pesantren diharapkan mampu berkontribusi positif di tengah masyarakat.
Dengan sistem pendidikan tak terbatas waktu atau dua puluh empat jam, berfokus kepada keteladanan kiai dan mengedepankan karakter dzahir dan batin, maka Pesantren memiliki peran penting dalam membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki moralitas yang tinggi dan tanggung jawab sosial yang kuat. Salah satu keunggulan pendidikan pesantren adalah keseimbangan antara ilmu dan akhlak. Santri tidak hanya diajarkan berbagai disiplin ilmu agama seperti tafsir, hadis, fiqh, dan tasawuf, tetapi juga dibimbing dalam kehidupan sehari-hari untuk mengamalkan nilai-nilai Islam. Melalui kedisiplinan yang ketat, kehidupan bersama di asrama, serta bimbingan langsung dari kiai dan ustaz, santri dibentuk menjadi pribadi yang beradab, jujur, dan bertanggung jawab.
Pembentukan karakter ini juga diperkuat melalui berbagai tradisi di pesantren. Misalnya, konsep khidmah atau pengabdian kepada kiai dan masyarakat mengajarkan santri tentang nilai keikhlasan, kesabaran, dan kepedulian sosial. Selain itu, kehidupan di pesantren yang penuh dengan kebersamaan melatih santri untuk bersikap rendah hati, saling menghormati, dan hidup sederhana.
Dalam era modern yang penuh tantangan moral, pendidikan berbasis karakter seperti yang diterapkan di pesantren menjadi semakin relevan. Santri tidak hanya dipersiapkan untuk menjadi individu yang cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kepribadian yang kuat dan mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan dengan sikap yang santun dan berakhlak.
Sistem pendidikan di pesantren juga mengajarkan nilai-nilai kepemimpinan dan kebersamaan. Santri diajarkan untuk hidup dalam komunitas yang harmonis, menghormati sesama, dan membantu satu sama lain. Pola kehidupan seperti ini membentuk individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Anggapan bahwa pesantren hanya mencetak individu yang pasif dan tidak berpikir kritis juga merupakan pandangan yang salah. Faktanya, banyak intelektual Muslim yang lahir dari sistem pendidikan pesantren.
Pesantren memiliki kurikulum yang kaya dengan kajian kitab-kitab klasik, ilmu logika, serta pembelajaran tentang berbagai disiplin ilmu keislaman dan umum. Tidak sedikit lulusan pesantren yang menjadi cendekiawan, pemikir, dan pemimpin yang berperan aktif dalam perkembangan intelektual bangsa. Berarti, sistem pendidikan ini telah terbukti efektif dalam membentuk generasi yang tidak hanya memiliki pemahaman agama yang mendalam, tetapi juga mampu berkontribusi dalam dunia intelektual.
Salah satu keunggulan pesantren terletak pada metode pembelajaran yang berbasis pada kitab-kitab klasik karya ulama besar. Kajian ini mencakup berbagai bidang, mulai dari tafsir, hadis, fiqh, ushul fiqh, tasawuf, hingga ilmu kalam. Selain itu, ilmu logika (mantiq) juga menjadi bagian penting dalam kurikulum pesantren, yang melatih santri untuk berpikir sistematis dan kritis dalam memahami teks-teks keislaman.
Di era modern, pesantren terus berkembang dengan mengintegrasikan ilmu umum ke dalam kurikulumnya. Sejumlah pesantren kini mengajarkan sains, teknologi, dan ekonomi, tanpa menghilangkan ciri khasnya sebagai pusat pendidikan Islam. Dengan fleksibilitas dan kedalaman ilmunya, pesantren tetap menjadi tempat lahirnya intelektual Muslim yang siap menghadapi tantangan zaman dengan wawasan luas dan akhlak yang kuat.
Kini, pendidikan dengan sistem pesantren juga tidak menutup diri dari perkembangan zaman. Banyak pesantren yang telah mengadopsi sistem pendidikan modern tanpa meninggalkan ciri khas keislamannya. Mereka membekali santri dengan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja, seperti bahasa asing, teknologi, dan kewirausahaan. Hal ini menunjukkan bahwa lulusan pesantren tidak hanya siap dalam aspek spiritual, tetapi juga memiliki kompetensi untuk bersaing dalam dunia profesional. Bahkan, sekolah-sekolah Islam banyak yang mengadopsi sistem pesantren sehingga lahir model sekolah boarding school. Sekolah model boarding school sebenarnya dikembangkan dari konsep pendidikan pesantren.
Maka, di tengah krisis moral yang melanda dunia pendidikan saat ini, pesantren justru hadir sebagai solusi. Banyak sekolah formal yang mengalami degradasi dalam pendidikan karakter, dengan semakin maraknya kenakalan remaja, pergaulan bebas, dan rendahnya disiplin siswa. Pesantren menawarkan sistem pendidikan yang mampu menangkal berbagai pengaruh negatif tersebut. Lingkungan pesantren yang berbasis asrama memungkinkan adanya pengawasan yang lebih ketat, sehingga dapat membentuk pribadi yang lebih disiplin dan bertanggung jawab.
Selain itu, pendidikan di pesantren juga lebih menekankan pentingnya nilai-nilai kehidupan. Santri tidak hanya diajarkan ilmu akademik, tetapi juga bagaimana menghadapi kehidupan dengan sikap yang benar. Mereka belajar untuk bersikap sabar, bersyukur, dan memiliki rasa hormat terhadap orang lain. Semua ini adalah aspek yang sering kali terabaikan dalam sistem pendidikan formal.
Dalam era modern yang penuh tantangan moral, pesantren tetap menjadi benteng pendidikan karakter. Dengan sistem pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai agama, akhlak, dan kedisiplinan, pesantren berperan penting dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki moralitas tinggi dan siap menghadapi kehidupan dengan sikap yang santun serta bertanggung jawab.
Oleh karena itu, sudah saatnya masyarakat mengubah cara pandang terhadap pesantren. Daripada melihatnya sebagai pilihan terakhir, pesantren seharusnya dianggap sebagai alternatif utama dalam mencetak generasi yang lebih baik. Dengan pendidikan yang berlandaskan agama dan nilai-nilai kehidupan, pesantren akan terus berperan sebagai garda terdepan dalam menciptakan individu yang unggul dan berdaya saing tinggi di masa depan.