Nabi Muhammad dan Keagungannya dalam Islam

Oleh: Qaulan Tsaqila Qur’ana (Santriwati SMA Pesantren At-Taqwa Depok, 15 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
...

Islam adalah agama yang ajarannya bersumber dari wahyu Allah, yang disampaikan melalui perantara malaikat-Nya, Jibril As. Ajaran Islam berakar dari dua pedoman: al-Qur’an dan as-Sunnah. Keduanya hakikatnya berasal dari sumber yang sama, yaitu Allah. 
 
Bertaqwa atau menaati perintah dan menjauhi larangan Allah adalah syarat setiap manusia untuk mencapai derajat mulia dalam Islam. Ketaatan ini menjadi inti dari keimanan, dan itu tidak akan sempurna jika tidak menaati Rasul-Nya. 
 
Hal itu ditegaskan oleh Sayid Utsman bin Yahya dalam kitab berbahasa Arab-Melayu, Manhaj al-Istiqamah. Ia menjelaskan bahwa ketaatan kepada Allah tidak akan terjadi tanpa ketaatan kepada Rasul-Nya. Sayid Utsman mengutip firman Allah: 
 
“Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat) dengan jelas.” (QS. Al-Maidah: 92) 
 
Maka apa yang diperintahkan Rasul adalah perintah Allah juga, sebagaimana dalam firman-Nya, “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr: 7)
 
Ada sebagian orang Islam, kini, meyakini bahwa berislam cukup dengan meyakini Allah dan hari kiamat, tanpa perlu mengimani Rasul-Nya. Ada pula yang sampai menggunakan ayat Al-Qur’an untuk mengatakan kalau Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) di zaman sekarang bisa selamat di akhirat tanpa beriman kepada Nabi Muhammad. 
 
Padahal kedudukan Rasulullah dalam Islam sangatlah tinggi dan penting sehingga ia wajib diimani. Salah satunya dapat kita lihat langsung dalam syarat seseorang untuk masuk Islam yakni syahadat. Syahadat tidaklah sempurna tanpa mengakui Nabi Muhammad sebagai utusan Allah.
 
Kedudukan Rasulullah sangatlah mulia. Karena beliau, Islam dapat sampai kepada dan bertahan hingga kini. Beriman kepada Nabi Muhammad membebaskan kita dari perdebatan tentang siapa Tuhan, nama-Nya, cara menyebut dan menyembah-Nya. Begitu pula dalam membedakan hak dan batil, halal dan haram, semuanya berdasarkan syariat yang dibawanya. 
 
Sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Adian Husaini dalam bukunya, 10 Kuliah Agama Islam, Rasulullah adalah sang penjaga kontinuitas (keberlanjutan) dan autentisitas (kemurnian) wahyu para Nabi dan Rasul sebelum beliau. Di masa beliau-lah agama terakhir diturunkan, disempurnakan, dan secara tegas diberi nama “Islam” (QS 3: 19, 3: 85, dan 5: 3). 
 
Di sisi lain, beliau juga adalah sang teladan paling sempurna bagi manusia sepanjang zaman. Kehidupannya merupakan model terlengkap yang dipelajari dan diikuti oleh orang-orang yang mencintainya.
 
Oleh karena itu, tidak sempurna keislaman seseorang tanpa disertai keimanan, keyakinan, dan ketaatan akan Nabi Muhammad. Tidak masuk akal jika ada orang yang mengaku beriman kepada Allah tapi menolak mengimani Rasulullah. 
 
Hal itu bagaikan seseorang yang ingin bertemu raja yang adil, tetapi menolak untuk mempercayai utusan yang datang membawa kabar tentang raja tersebut. Tanpa meyakini sang utusan, ia tidak akan pernah bisa sampai kepada raja yang ia inginkan.
 
Rasulullah adalah teladan abadi, seluruh ajarannya menjadi tuntunan hidup manusia. Sunnah dan perkataannya adalah pedoman lengkap yang membimbing setiap sendi kehidupan. Oleh karena itu, menaati beliau sama dengan menaati Allah, dan menyakitinya adalah perbuatan yang mendatangkan murka Allah.

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086