Kewajiban Utama Penuntut Ilmu: Beradab kepada Diri Sendiri

Oleh: Khalidah Abdullah (Santriwati Pesantren At-Taqwa Depok, ATCO, 17 Tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
...

Hal paling utama dalam kegiatan menuntut ilmu bukan menghafal, membaca, mengulang-ulang, dan memahami hal-hal yang telah dipelajari. Hal paling penting adalah adab ketika menuntut ilmu, adab bagi penuntut ilmu itu tersendiri.

Meskipun hal-hal tersebut juga merupakan dari bagian adab kepada dan dari seorang penuntut ilmu, akan tetapi, ada detail-detail kecil yang harus kita ingat dan baiknya kita terapkan atau amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kitab “Tazkiratu as-Saami‘ wa al-Mutakallim fii Aadaabi al-‘Aallim wa al-Muta’allim”, Ibn Jamaah mengatakan, di antara banyaknya adab dalam menuntut ilmu, yang harus diutamakan dan didahulukan adalah adab seorang penuntut ilmu kepada dirinya sendiri.

Adab itu, salah satunya, adalah dengan selalu merasa diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik dalam keadaan ramai ataupun sepi (bersama orang lain ataupun sendirian). Ibn Jamaah mengatakan,

"Aadabul ‘aalami ma‘a nafsihi: An-Nau‘u awwalu: Dawwamu murooqobatillaahi ta‘aalaa fis sirri wa ‘alaaniyyatin"

Kenapa hal tersebut penting? Karena setiap Muslim atau Muslimah yang tengah menuntut ilmu, pasti akan diuji keimanannya, apakah ia akan tetap berada di jalan Allah atau justru melanggar larangan-larangan-Nya. 

Jika ia berhasil lulus ujian itu, mampu melakukan dan melewatinya, tidak tergoda setan dan tunduk pada hawa nafsu, hal itu menjadi bukti konsistensi dan pengamalan ilmunya, sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat. 

Dalam Islam, kalau seseorang—terutama penuntut ilmu—tidak merasa diawasi oleh Allah, ilmunya berarti tidak sampai kepada hatinya dan hal tersebut menjadi potensi baginya untuk melakukan dosa ataupun hal-hal yang dilarang. 

Ilmunya hanya sebatas di kepala tapi tidak “menjiwai” dirinya. Dalam pembahasan filsafat ilmu, ilmu yang seperti itu hanya sebatas ‘knowledge’ atau pengetahuan. Sedangkan yang disebut ‘ilm atau ilmu adalah ketika pengetahuan itu meresap dan sampai kepada hati disertai pengamalan yang ikhlas. 

Itulah ilmu yang hakiki, yang diamalkan, yang mampu membuat dirinya menjadi lebih baik. Itulah ilmu yang dituntut secara totalitas: diketahui, dipahami, dan diamalkan. Itulah ilmu yang berkah dan bermanfaat. 

Jika seseorang sudah merasa diawasi oleh Allah, maka meskipun di keadaan ramai ataupun sepi, ia akan ikhlas mempergunakan atau menggunakan ilmunya dan tentu tidak akan melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah dan hal-hal yang menghambat ilmu tersebut datang kepadanya.

Semoga kita bisa meraih derajat tersebut, aamiin ya rabbal ‘aalamiin...

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086