Ketika Sepatah Dua Patah Kata Menjadi Begitu Istimewa

Oleh: Qaulan Tsaqila Qurana (Santriwati SMA Pesantren At-Taqwa Depok, 15 Tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
...

Sepatah dua patah kata”, merupakan suatu ungkapan halus yang biasa digunakan untuk memaknai suatu perkataan yang disampaikan dengan ringkas dan jelas. Namun, “sepatah dua patah kata” boleh jadi menjadi teramat istimewa, bahkan didudukkan pada keutamaan yang tinggi.

Dalam konteks dakwah, hal inilah yang ditekankan oleh Sayyid Utsman bin Yahya kepada para penuntut ilmu dalam kitabnya, Manhaj al-Istiqomah. Dalam pengantar kitabnya itu beliau menyatakan bahwa tujuan penulisan kitab tersebut setidaknya ada tiga. 

Pertama, Untuk menyampaikan kebenaran dalam perkara agama. Kedua, menyampaikan ilmu, dan memberi peringatan untuk kaum muslimin. Ketiga, Menyelamatkan mereka dari keburukan dan kejahatan dunia dan akhirat. 

Tidak sebatas itu, Sayyid Utsman kemudian menjelaskan tujuan-tujuannya itu satu persatu, dengan dalil yang menguatkan. Mengapa tujuan-tujuan tersebut diperlukan? Hal ini diterangkan langsung olehnya. 

Latar belakang masyarakat pada masa tersebut, juga masih teramat kuatnya pengaruh mistik Hindu-Buddha, membutuhkan dakwah yang berkelanjutan. Agama dan aliran kepercayaan pada masa lalu mereka boleh jadi sudah ditinggalkan. Namun kepercayaan, takhayyul, ataupun khurafatnya tidak jarang masih membekas.

Sebagaimana ungkapan Mohammad Natsir dalam bukunya, Pesan Perjuangan Seorang Bapak, bahwa di antara tantangan dakwah adalah nativisasi. Yakni kala tradisi-tradisi lama diangkat kembali, sampai tradisi-tradisi tersebut dianggap sebagai bagian dari agama, sehingga terjadi kesesatan-kesesatan yang dianggap normal di antara masyarakat. 

Sayyid Utsman menerangkan, sesajen-sesajen yang dipersembahkan kepada makhluk-makhluk ghaib, diletakkan di pojokan-pojokan, ketika pesta pernikahan, dengan harapan akan menyelamatkan diri mereka, dan lain sebagainya. Hal demikian masih terjadi pada masa tersebut, dan mungkin masih berlaku di beberapa daerah hingga kini.

Kepada para penuntut ilmu, Ulama asli Betawi ini pun mengutip hadits Nabi di dalamkitab Ihya Ulumiddin, bahwa Allah tidak memberi ilmu kepada seseorang kecuali jika ia menyampaikan ilmu-ilmunya. Ia mencantumkan juga hadits lain, bahwa sebaik-baik pemberian dan petunjuk ialah sepatah ilmu yang disampaikan kepada orang lain. 

Bahkan dalam penjelasan Ustadz Dr. Suidat selaku pengajar kitab ini, “menyampaikan ilmu sesedikit apa pun itu, barang sepatah dua patah kata, lebih baik dari pada beribadah satu tahun.” Perlu diperhatikan, bukan hanya setara dengan ibadah satu-dua kali, tapi ibadah yang dilakukan selama setahun.

Begitu istimewanya ilmu, begitu mulianya ia, hingga sepatah dua patah kata berisi ilmu pun dapat mengalahkan ibadah yang dilakukan dalam kurun waktu satu tahun (tanpa ilmu). Bersesuaian dengan hadits yang menyebutkan tentang keutamaannya, Rasulullah pun memerintahkan kepada para sahabatnya untuk menyampaikan ilmu. 

Nabi bersabda,“Ballighuu annii wa-lau aayatan” (HR. Bukhari), sampaikanlah— ilmu yang kalian dapat — dariku, walaupun hanya mampu satu ayat. Telah jelas betapa mulianya ilmu, dan kemuliaan yang diraih oleh orang yang menyampaikannya sesedikit apa pun itu. Maka tidak ada alasan untuk tidak melakukannya. 

Allah Swt. Berfirman, “Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, Sebutkan kepada-Ku nama semua benda ini, jika kalian yang benar!” Bahkan Nabi Adam pun, tidak akan dapat menjawabnya, jika tidak diajarkan oleh Allah.

(Sekelumit Catatan Mata Pelajaran Naskah Melayu bersama Ust. Dr. Suidat)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086