Keunggulan Ihya Ulumiddin dari Kitab Sebelumnya
Oleh: Hisyam Ahmad dan Azkiya Kamila (Santri SMA At-Taqwa Depok - 16 Tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Dalam pengatar kitab Ihya Ulumiddin, Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa kitabnya tidak muncul dalam ruang kosong. Ia merupakan kelanjutan sekaligus penyempurna dari karya-karya sebelumnya, salah satunya Al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy. Namun, sebagaimana pengakuan penulisnya sendiri, Ihya memiliki keunggulan tersendiri dibanding buku-buku sebelumnya.
Setidaknya ada lima kelebihan yang menjadi ciri khas Ihya:
Pertama, melepaskan yang terikat dan menyingkap yang masih global. Imam al-Ghazali memperjelas hal-hal yang sebelumnya hanya disampaikan secara umum, sehingga lebih dipahami.
Kedua, Menyusun yang masih berserakan dan merangkai yang masih terpencar. Materi yang masih acak disusun kembali secara sistematis agar membentuk bangunan yang kokoh.
Ketiga, meringkas yang dibahas panjang lebar dan menegaskan apa yang sudah ditetapkan. Keempat, menghapus apa yang diulang dan menetapkan apa yang sudah ditulis. Kelima, mentahkik (menjelaskan) apa yang masih samar, yang sulit dipahami masyarakat, yang belum pernah disampaikan dalam buku-buku sebelumnya.
Dengan lima keunggulan ini, Ihya’ ‘Ulum al-Din tampil bukan sekadar sebagai ringkasan atau kompilasi, melainkan penyempurna. Kehadirannya ibarat batu terakhir yang menyempurnakan bangunan tasawuf dan etika Islam. Tak heran jika manfaatnya dapat dirasakan hingga hari ini di berbagai belahan dunia Islam
Dua Ilmu Menurut Imam al-Ghazali
Dalam mukaddimahnya, imam al-Ghazali membedakan antara dua jenis ilmu:
Pertama, ilmu Mukasyafah, ilmu yang tidak didapatkan dari belajar atau menuntut ilmu. Melainkan diberikan pada hamba-hamba pilihan Allah yang mendapatkan ilmu mukasyafah dan ilmu mukasyafah didapatkan dari ilmu mualamalah.
Kedua, ada pula ilmu Mu’amalah yaitu ilmu yang berkaitan dengan amal lahir dan batin, seperti ibadah, akhlak, dan tata cara berinteraksi dengan sesama.
Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa dalam ihya ulumuddin ia hanya membahas ilmu muamalah. Karena menurutnya ilmu mukasyafah hanya bisa diraih oleh orang-orang yang menjadi pilihan Allah. Orang yang ingin mendapatkan ilmu mukasyafah, maka harus mampu menjalani dan mengamalkan ilmu muamalah dengan baik dan benar. Sebab ilmu tersebut tidak bisa disebarkan kepada orang-orang yang sembarangan.
*
*
*
*
*
(Resensi Mata kuliah Reading Text Ihya Ulumiddin bersama Ustadz Dr. Muhammad Ardiansyah, Kamis, 6 Agustus 2025)