Islam and Secularism dan Seruan Penting untuk Para Pemuda
Oleh: Qotrunnada Karimah Ikhwan (Santriwati SMA At-Taqwa College, 16 tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Buku Islam and Secularism karya cendekiawan Melayu Syed Muhammad Naquib Al-Attas umumnya dikaji oleh para mahasiswa, bahkan Dosen ataupun Professor. Namun, di Pesantren At-Taqwa Depok, buku ini dikaji santri ATCO (At-Taqwa College) setingkat kelas 2 dan 3 SMA di bawah bimbingan murid Prof. al-Attas, yaitu Dr. Nirwan Syafrin.
Sekilas mengejutkan. Namun seharusnya tidak. Sebab pada halaman sebelum pendahuluan buku tersebut tertulis empat kata yang maknanya seterang cahaya matahari, yakni “To the Muslim youth” Kalimat ini menunjukkan kepada siapa sejatinya buku ini ditujukan.
Prof. Al-Attas melihat bahwa di antara penyebab dari masalah pemuda ialah terbawanya mereka dengan arus sekularisme yang memisahkan kehidupan dunia dari agama. Arus yang secara tidak langsung telah “mengebiri” kesadaran orang banyak untuk berpikir visioner atau berpikir jauh ke depan. Ini sesuai dengan paham sekularisme yang menyempitkan kehidupan menjadi apa yang terlihat dan tersentuh di masa kini saja.
Sekilas mengejutkan. Namun seharusnya tidak. Sebab pada halaman sebelum pendahuluan buku tersebut tertulis empat kata yang maknanya seterang cahaya matahari, yakni “To the Muslim youth” Kalimat ini menunjukkan kepada siapa sejatinya buku ini ditujukan.
Prof. Al-Attas melihat bahwa di antara penyebab dari masalah pemuda ialah terbawanya mereka dengan arus sekularisme yang memisahkan kehidupan dunia dari agama. Arus yang secara tidak langsung telah “mengebiri” kesadaran orang banyak untuk berpikir visioner atau berpikir jauh ke depan. Ini sesuai dengan paham sekularisme yang menyempitkan kehidupan menjadi apa yang terlihat dan tersentuh di masa kini saja.
Islam and Secularism dipersembahkan untuk para pemuda muslim yang tengah bangkit jiwanya, dengan harapan dapat mempersiapakan mereka untuk menghadapi tantangan sekularisme di masa depan yang entah akan menjadi seburuk apa. Sebab kaum muda masa kini adalah pemimpin di masa depan. Lebih jelasnya Prof. Al-Attas mencatat:
“This book was originally dedicated to the emergent Muslims, for whose hearing and understanding it was indeed meant, in the hope that they would be intelligently prepared, when their time comes, to weather with discernment the pestilential winds of secularization and with courage to create necessary changes in the realm of our thinking that is still floundering in the sea of bewilderment and self-doubt,”
(Buku ini sejatinya ditujukan bagi para muslim yang tengah bangkit, yang benar-benar mendengarkan dan memahami apa artinya tujuan mereka, dengan harapan kecerdasan mereka akan terasah. Sehingga ketika tiba waktu mereka untuk menanggulangi badai sekularisasi, mereka akan menghadapinya dengan keberanian untuk membuat perubahan yang diperlukan di ranah pemikiran kita yang masih terombang-ambing di lautan kebodohan dan keraguan)
Dalam membendung sekularisme yang semakin mengakar dalam masyarakat, nilai agama menjadi asing bahkan dimusuhi. Bagi prof. Al-Attas ilmu yang benar, kepercayaan dan keberanian adalah solusinya. “Their emergence (Muslim’s) is conditional not merely upon physical struggle, but more upon the achievement of true knowledge, confidence and boldness of vision that is able to create great changes in history”
(kebangkitan mereka, umat Islam, akan terjadi bukan hanya dengan usaha fisik saja. Namun lebih kepada pencapaian pada ilmu yang benar, kepercayaan diri dan keberanian yang nantinya akan membangun visi yang mampu membuat perubahan besar dalam sejarah).
Untuk para pemuda Muslim, ingatlah bahwa kita adalah kunci untuk masa depan. Oleh karena itu, kita harus berubah jadi lebih baik, karena dunia ini butuh diubah menjadi lebih baik bukan sebaliknya. Kita telah banyak mendengar penyakit FOMO (Fear of Missing Out) yang banyak diidap oleh anak muda. Penyakit yang membuat pengidapnya terlalu takut untuk terlihat berbeda dan lebih memilih ikut-ikutan tren yang ada, sekalipun itu adalah hal yang buruk.
Penyakit ini dan semacamnya sudah saatnya dibasmi. Beranilah untuk beda. Tidak hanya sekedar berbeda, namun juga berani membuat perubahan yang baik. Jangan sampai hanya ikut-ikutan perubahan yang justru membuat semakin jauh dari Islam.
(Disari dari Kuliah Islam and Secularism, pertemuan pertama dan kedua, bersama Dr. Nirwan Syafrin)