Inilah Keutamaan Ilmu dalam Islam

Oleh: Atha Mirza dan Ariq Ashim (Santri SMA Pesantren At-Taqwa Depok, 16 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
...

Masuk pada pembahasan pertama kitab Ihya Ulumidiin, yaitu kitab al-ilm. Di dalamnya imam al-Ghazali membagi menjadi tujuh bab. Pada Kamis, 11 September kemarin kami mulai mengkaji  bab pertama yaitu tentang keutamaan ilmu dan orang yang berilmu.

Keutamaan Ilmu

Imam al-Ghazali memulai dengan bab keutamaan ilmu. Dalam Islam, ilmu memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Sehingga, orang yang menuntut ilmu akan memiliki derajat yang tinggi pula. Dalam hal ini Allah sendiri yang telah menegaskan dalam firman-Nya, 

“Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia, (Allah) yang menegakkan keadilan. (Demikian pula) para malaikat dan orang berilmu. Tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Qs. Ali Imran: 18)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa penuntut ilmu (ahli ilmu) memiliki kedudukan yang tinggi. Sebab, Allah memulai penyebutan dengan diri-Nya, kemudian para malaikat, dan selanjutnya menempatkan orang-orang berilmu. Urutan ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan ilmu dan penuntut ilmu dalam pandangan Allah

Demikian juga dalam firman-Nya di Surat Ar-Raad ayat 43: “Katakanlah: Cukuplah Allah dan orang yang menguasai ilmu al-Kitab menjadi saksi antara aku dan kamu”

Ayat ini kembali menegaskan kedudukan tinggi orang yang berilmu, bahkan Allah menyebut mereka cukup untuk menjadi saksi kebenaran.

Allah Mengangkat Derajat Orang Berilmu

Al-Quran mengabarkan bahwa “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu dengan beberapa derajat” (Qs. Al-Mujadalah: 11)

Kata “darajat” dalam ayat ini berbentuk jamak muanats salim yang minimal menunjukkan tiga dan tidak batas maksimalnya. Artinya, derajat orang berilmu Allah angkat setinggi-tingginya. 

Ibnu abbas kemudian menambahkan, bahwa derajat seorang ulama akhirat lebih tinggi daripada seorang mukmin biasa. Sebab orang mukmin hanya beribadah untuk kebaikan dirinya. Sedangkan ulama akhirat fokus menebar manfaat untuk orang lain, membimbing umat, mengajarkan ilmu tidak hanya memperoleh kebaikan untuk dirinya.

Diriwayatkan, derajat ulama akhirat ialah 700 derajat, dan jarak tempuh lamanya dari derajat satu hingga dua ialah 500 tahun. Riwayat ini tentu tidak mungkin diada-adakan, melainkan bersumber dari Rasulullah

Ayat itu juga menjelaskan bahwa standar kemuliaan bukan pada aspek materi. Sebab jika demikian, maka bagaimana dengan orang miskin? Padahal banyak orang dari kalangan miskin memilki ilmu yang sangat mulia. Banyak dari kalangan kita, khususnya ulama klasik, yang tidak memiliki materi yang besar bahkan tidak punya, tapi mereka memiliki berbagai disiplin ilmu. 

Keutamaan ilmu lainnya ada pada firman Allah Swt: “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Qs. Az-Zumar: 9)

Banyak yang keliru karena mengira Allah benar-benar bertanya antara orang yang berilmu dan orang yang tidak memiliki ilmu. Padahal ini pertanyaan retoris (istifham inkari) yang artinya sebuah penegasan bahwa tidak sama kedudukan orang yang berilmu dan yang tidak

Imam al-Ghazali juga mengutip firman Allah tentang kisah Nabi Sulaiman: “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab: Aku akan mendatangkannya kepadamu...” (Q.S. An-Naml: 40)

Konteks ayat ini adalah ketika Nabi Sulaiman meminta agar singgasana Ratu Balqis dipindahkan ke hadapannya. Seorang jin ifrit yang kuat menawarkan diri untuk melakukannya sebelum Nabi Sulaiman bangkit dari tempat duduknya. Namun, Asif bin Barkhiya - seorang ahli ilmu dari kalangan manusia - berkata mampu mendatangkannya lebih cepat, bahkan sekejap mata dengan izin Allah.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa kekuatan ilmu lebih unggul daripada kekuatan fisik jin. Dengan izin Allah, Asif dapat melakukan sesuatu yang jin perkasa sekalipun tidak mampu lakukan. 

Dari ayat-ayat dan kisah di atas, Imam al-Ghazali menyimpulkan bahwa ilmu adalah sumber kemuliaan yang sejati. Orang yang berilmu: Disebut sejajar dengan malaikat dalam persaksian tauhid, diangkat derajatnya berlipat-lipat tanpa batas, menjadi saksi kebenaran bersama Allah bahkan diunggulkan dari kekuatan fisik Jin. 

*
*
*

(Resensi materi kuliah Reading Text Ihya Ulumiddin sesi-5 bersama Dr. Muhammad Ardiansyah pada Kamis, 11 September 2025)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086