Baca Sejarah yang Benar, Supaya Bisa Menghargai Jasa Para Pahlawan Kita

Oleh: Fadhilah Khoyrunnisa (Santri SMA Pesantren At-Taqwa Depok, 15 Tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
...

Sulit bagi kita untuk menafikan kalau Pangeran Diponegoro, pangeran Jawa yang sejak kecil akrab dengan lingkungan dan tradisi belajar para santri, adalah Pahlawan bagi Islam dan Indonesia. Sebab alasannya berperang melawan Belanda bukan hanya karena penjajah telah mengotori kesucian Keraton Yogyakarta, tapi juga kesucian syariat Islam. 
 
Pangeran Diponegoro adalah salah satu dari sederet pahlawan Islam pra-kemerdekaan yang turut memberi sumbangsih guna menegakkan agama Islam dan menciptakan kehidupan di Indonesia yang berdaulat dan merdeka. 
 
Kemerdekaan Indonesia memang bukan terjadi di masa mereka. Tapi perjuangan mereka merupakan bagian dari rangkaian upaya ratusan tahun menuju kemerdekaan, hingga akhirnya membuahkan hasil. 
 
Kita harus menengok kembali sejarah bahwa bangkitnya jiwa dan raga para pemuda-pemudi untuk melawan penjajah merupakan hasil dorongan dan kobaran semangat yang membara oleh para pejuang dan ulama-ulama terdahulu. 
 
Melalui beragam metode, khususnya mengajar dan menulis banyak buku, para ulama telah menyadarkan dan menanamkan tekad yang kuat bagi masyarakat terkhusus pemuda-pemudi untuk bangkit melepas diri dari belenggu penjajah dengan segala kemelaratan yang dialami. 
 
Kita tahu kalau Soekarno-Hatta adalah sosok yang hebat, terlebih Soekarno adalah yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun jangan pula hal itu membuat kita mengesampingkan posisi para pahlawan muslim-muslimah. Jasa mereka tidak kalah luar biasa. Kontribusi mereka bahkan tampak begitu nyata di lapangan perjuangan. 
 
Pemahaman kita mengenai keagungan posisi pahlawan Indonesia, khususnya pahlawan Islam, coba diruntuhkan oleh Sutan Taqdir Alisyahbana. Ia menolak pandangan sejarah sentris: segala hal yang telah terjadi sebelum abad ke-20 (sebelum kemerdekaan) bukan lagi termasuk ke dalam ranah “Indonesia”. 
 
Bagi Alisyahbana, Indonesia ialah negara yang baru. Indonesia bagaikan “barang yang baru”, yang perlu asas dan orientasi baru, yakni Peradaban Barat, bukan melulu menengok sejarah yang erat kaitannya dengan kultur Timur (Islam). 
 
Begitulah cara ia melupakan segala jasa dan pengorbanan para pahlawan semacam Pangeran Diponegoro dari sejarah Indonesia. Jelas pandangan itu tidak sesuai dengan fakta sejarah dan cenderung mencederainya.  
 
Sekian abad Indonesia berada di bawah tatanan penjajah, kesengsaraan dan kegeraman senantiasa meliputi diri masyarakat. Kehadiran para pahlawan dan ulama membawa perubahan yang begitu signifikan. 
 
Mereka menyuarakan semangat juang menjadi penolong hidup bagi masyarakat awam. Tekad mereka yang tidak pernah ciut sedikit pun walau beragam cobaan dihadapkan serta kegigihan mereka untuk berjuang tidak akan pernah pupus. Keteguhan dan keimanan senantiasa menguatkan tekad para pejuang guna meyakini akan takdir Allah yang akan membebaskan umatnya dari kesengsaraan. 
 
Maka, baca sejarah dengan benar, niscaya kita tidak akan mengkhianati para pahlawan kita sendiri.
 
*
*
*

(Tulisan ini merupakan rangkuman dari pembelajaran Sejarah Peradaban Islam di Indonesia oleh Ustadz Ahda Abid al-Ghiffari, Kamis, 11/9/25)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086