Ilmu Berkah dari Niat yang Indah

Oleh: Oruzgan Abdul Aziz (Santri SMA Pesantren At-Taqwa Depok, 16 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
...

Proses menuntut ilmu harus disertai niat yang lurus. Begitu pun jiwa ikhlas dan tulus saat menyampaikan ilmu yang telah didapatkan. Tentunya akhirat sebagai prioritas utama, yang tidak boleh luput dari tujuan menuntut ilmu.
 
Aspek niat ini dijelaskan oleh Dr. Muhammad Ardiansyah dalam kajian Talim Al-Mutaallim pada Rabu, 13/8/2025 di hadapan seluruh santri. Ustadz Ardiansyah menjelaskan niat penuntut ilmu yang tertera dalam syair dari Hammad ibn Ibrahim.
 
Bait pertama menjelaskan tentang mencapai kebahagiaan dengan ilmu Nafi dan dengan tujuan yang sebenar-benarnya, yaitu lillahi Taala. 
 
Ketika orientasi penuntut ilmu adalah akhirat, ia akan mendapatkan keberuntungan dari apa yang ia niatkan. Saat memasang niat ikhlas karena Allah Swt, maka apa yang tidak ia niatkan dari perkara dunia juga akan mengikutinya. Percayalah bahwa Allah tidak akan lupa kepada para hamba-Nya yang menempuh jalan kebenaran dan keikhlasan, jelas ustadz Ardi.
 
Pada bait kedua, ustadz Ardi menjelaskan bahwa penuntut ilmu akan rugi jika tujuannya duniawi. Seperti ingin mendapatkan perhatian dari orang-orang, mendapatkan posisi dan jabatan, popularitas, ketenaran, kehebatannya, dan hal-hal lain yang bersifat duniawi. 
 
“Seorang dengan tujuan seperti ini akan rugi. Sebab ia belum tentu mendapatkan dunianya, apalagi akhirat. Padahal sebaik-baik tempat untuk berladang amal adalah akhirat, dan dalam al-Quran akhirat adalah tempat yang lebih baik dan kekal,” jelas ustadz Ardi. 
 
Namun ada kalanya diperbolehkan meniatkan satu posisi atau jabatan dengan syarat melakukan amar Maruf nahi Munkar, menciptakan keadilan bagi masyarakat yang berada di bawah kuasanya, menegakkan yang benar dan untuk mengokohkan agama, bukan untuk kepentingan diri sendiri. 
 
Hal tersebut kata ustadz Ardi diperbolehkan dalam Islam bahkan dianjurkan. Dengan mengajak masyarakatnya untuk senantiasa ingat terhadap akhirat dan jangan pernah meninggalkan shalat. Ajakan seperti ini harus dibangun di masyarakat, yaitu dengan membangun jiwanya alias keimanannya. Sebagaimana lirik lagu Indonesia Raya, “Bangunlah jiwanya bangunlah badannya” 
 
“Ketika masyarkatnya sudah bersih jiwanya barulah membangun badannya, agar kokoh juga ukhuwah di antara mereka sehingga dapat saling menjaga dan bersama-sama saling mengingatkan kepada kebaikan,” tutup ustadz Ardi 
 
Perlu diketahui Kitab Talimul Mutaalim ini menjadi pelajaran wajib bagi seluruh santri terkait adab ilmu. Mereka terus mengkaji meski sudah dikhatamkan beberapa kali.

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086