Gurindam Dua Belas: Nasihat Raja Ali Haji dari Alam Melayu

Oleh: Santri PRISTAC Matrikulasi (Pesantren at-Taqwa Depok)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
...

Tulisan ini merupakan reportase yang berisi khataman santri PRISTAC Matrikulasi (PM) dalam mempelajari materi Gurindam Dua Belas pada semester lalu bersama Ustadz Dr. Suidat., M.Pd.I.

Barangkali belum banyak yang mengetahui tentang Gurindam Dua Belas ini. Apalagi di kalangan pelajar saat ini yang mulai asing dengan warisan karya ulama Melayu. Gurindam Dua Belas adalah karya sastra Raja Ali Haji yang ditulis dengan huruf Arab-Melayu atau Arab Pegon (Arab Jawi).

Raja Ali Haji merupakan seorang ulama sekaligus sastrawan yang dilahirkan pada tahun 1808 M di pusat Kesultanan Riau-Lingga di Pulau Penyengat (kini masuk dalam wilayah Kepulauan Riau, Provinsi pemekaran Riau, Indonesia) pada tahun 1808. Ia adalah putra dari Raja Ahmad dan cucu Raja Haji Fisabilillah dan Ibunya adalah Encik Hamidah binti Panglima Malik Selanggor yang meninggal pada 05 september 1844 M.

Gurindam Dua Belas ditulis oleh Raja Ali Haji di Pulau Penyengat, Riau, 23 Rajab 1263 Hijriyah atau 1847 Masehi dalam usia 38 tahun. Gurindam berisi ungkapan bersajak yang terdiri dua bagian. Bagian pertama adalah syarat, bagian kedua adalah sampiran (jawaban). Sebagaimana namanya, Gurindam ini berisi 12 pasal. Setiap pasalnya berbeda-beda baik dari jumlah barisnya maupun kandungannya. Di dalamnya sarat nilai-nilai adab yang ringkas, indah dengan susunan kata yang unik dan memikat, dan banyak diungkapkan dengan perumpamaan-perumpamaan.

Gurindam Dua Belas sangat bagus untuk dipelajari. Apalagi di zaman sekarang ini yang tidak sedikit telah terjadi kemerosotan akhlak pada sebagian generasi muda (baik kalangan pelajar maupun mahasiswa).  Berikut penjelasan masing-masing dari Santri PRISTAC Matrikulasi pada beberapa pasal dalam Gurindam Dua Belas. Santri PM sendiri terdiri dari lima orang.

Tsabita Alifa R (Santriwati PRISTAC Matrikulasi - 15 tahun).

Pasal pertama menjelaskan tentang aspek ma’rifah (mengenal), yaitu mengenal Allah, mengenal diri, mengenal dunia, dan mengenal akhirat. Lengkapnya sebagai berikut: "Barangsiapa tiada memegang agama, sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama. Barangsiapa mengenal yang empat, maka yaitulah orang yang ma’rifat. Barangsiapa mengenal Allah, suruh dan tegahnya tiada ia menyalah. Barangsiapa mengenal diri, maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri. Barangsiapa mengenal dunia, tahulah ia barang yang terpedaya. Barangsiapa mengenal akhirat, tahulah ia dunia mudharat."

Agama menjadi identitas diri seseorang, apalagi bagi seorang muslim. Islam menjadi identitas penting atas dirinya. Pada prinsipnya, tanpa agama maka orang itu telah melepaskan diri dari Tuhannya. Mengenal Allah sebagai Tuhan Pencipta adalah kewajiban manusia, sebab berkonsekuensi yaitu mewujudkan rasa syukur dan kesadaran untuk beribadah hanya kepada-Nya, serta akan dapat melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Demikian juga keinsyafan kita dalam mengenal diri akan tumbuh kesadaran dari mana dan siapa yang menciptakan manusia.

Kehidupan di alam dunia ini adalah sesaat. Dunia akan berakhir. Karena itu perlu dikenali dan disadari. Banyak hal yang dihidangkan dunia sebagai bentuk kesenangan dan keindahan. Namun jika tidak dikenali dengan dasar agama maka manusia akan terpedaya. Demikian juga akhirat hendaklah dikenali dan dipahami. Jika mengenal apa itu kehidupan akhirat, pastilah akan datang kesadaran bahwa dunia ini sesaat dan dihiasi kesenangan yang membawa kehancuran (mudharat).

Pasal yang kedua membahas Rukun Islam, yaitu sembahyang (shalat), puasa, zakat dan haji. Rukun ini adalah perkara yang wajib dikerjakan seorang muslim. Pasal kedua ini mengingatkan kaum muslimin untuk mengamalkannya: Jika ia mengenal semua itu, maka akan tahu makna takut. Sembahyang diibaratkan tiang bagi rumah. Seorang muslim jika tidak sembahyang maka dia telah merobohkan rumahnya sendiri.

Seorang muslim jika meninggalkan puasa maka ia tidak akan mendapatkan dua kesenangan. Puasa sebagai perisai (pelindung). Seorang muslim yang tidak membayar zakat maka hartanya tidak akan mendapatkan keberkahan. Seorang muslim yang tidak ibadah haji (padahal mampu), sungguh dia tidak menyempurnakan janjinya sebagai seorang muslim. Haji ibarat taman rumah, tanpa taman terasa tidak lengkap.

Betapa indahnya jika Gurindam Dua Belas ini dipelajari, dipahami, dan diamalkan oleh kaum muslimin Indonesia, khususnya bagi para murid atau santri. Sekaligus untuk melestarikan karya-karya Ulama nusantara terdahulu.

Aisha Rahma Rosiadi Putri (Santriwati PRISTAC Matrikulasi - 16 tahun) 

Di antara pesan-pesan Gurindam Dua Belas yang perlu direnungkan misalnya Pasal Ketiga pada baris ketiga: "Apabila terpelihara lidah, niscaya dapat dari padanya faedah." Dari sini dapat dipahami bahwa jika kita selalu menjaga lisan (ucapan, perkataan) maka pasti kita akan mendapatkan manfaatnya (faedah). 
Kita ketahui saat ini banyak fitnah baik berupa gunjingan atau omongan yang tersebar tidak hanya dari lisan langsung tapi sudah memasuki media sosial. Jika hal ini terus terjadi, akan merugikan orang lain, permusuhan, dan dapat menimbulkan bencana. 

Pada Pasal keenam baris pertama dinyatakan: "Cari olehmu akan sahabat, yang boleh dijadikan obat." Pada bagian ini disjelaskan soal pentingnya menjaga hubungan sosial di antara manusia. Sahabat sejatinya haruslah menjadi obat dari kesusahan yang dihadapi. Sahabat tidak hanya ada ketika kita senang, tetapi juga hadir saat kita sedih, susah, terpuruk sedang dalam musibah. Sahabat adalah orang yang dapat meringankan beban kita, dan mengingatkan ketika kita melakukan suatu kesalahan, terlebih dapat mengingatkan kita kepada Allah SWT.

Alunnada (Santriwati PRISTAC Matrikulasi - 15 tahun) 

Kalimat tersebut (pasal keenam baris pertama) mengandung pelajaran untuk kita agar tepat dalam memilih sahabat. Karena sahabat itu sangat berdampak bagi kehidupan kita. Carilah sahabat yang baik, yang bukan hanya menemani kita saat senang tapi juga saat kita mengalami kesusahan. 

Jika kita memiliki sahabat yang buruk akhlaknya tentu secara perlahan kita akan terbawa mengikuti perangainya. Carilah sahabat yang bisa memuntunmu ke jalan yang benar dan bisa mengubahmu menjadi lebih baik.

Abdullah Aufa Ariq (Santri PRISTAC Matrikulasi - 16 tahun)

Kriteria teman itu dibagi menjadi dua, yaitu yang bisa menjadi obat dan yang bisa menjadi racun. Teman yang bisa menjadi obat ialah teman yang ada disaat suka maupun duka. Ia tidak akan segan menasihati ketika kita berbuat salah. Berteman dengannya kita akan menjadi insan yang beradab dan semakin dekat dengan Allah. 

Sedangkan teman yang bisa menjadi racun ialah yang membuat kita menjadi lalai dan membuat kita jauh dari Allah. Sebagaimana sabda Nabi Saw, bahwa berteman dengan orang yang baik itu ibarat berteman dengan seorang penjual minyak wangi, akan mendapat wanginya. Sedangkan berteman dengan orang yang berperangai buruk itu bagai berteman dengan seorang pandai besi, yang bisa terkena cipratan api dan asapnya.

Alya Kayyisah (Santriwati PRISTAC Matrikulasi - 16 tahun)

Kedua belas pasal yang disampaikan Raja Ali Haji mengandung pesan adab yang berbeda. Misalnya bagaimana cara memelihara hati dan keimanan, bagaimana akhlak yang baik itu, cara mengenali perangai orang, serta memerhatikan bagaimana memilih orang-orang yang akan mendampingi kita, seperti; memilih guru, pasangan, teman dan teman kerja. Lebih luas lagi  dibahas juga bagaimana cara bermasyarakat, menjadi pemimpin, menegakkan keadilan dan menghindari khianat.

Di pasal kedua belas juga dinyatakan soal kematian dan akhirat; "Ingatkan dirinya mati, itulah asal berbuat bakti." Baris ini engandung makna bahwa setiap diri pasti akan mati dan harus mengingatkan orang lain bahwa hidup di dunia tidak akan lama. Kalau setiap insan menyadari ini maka dia akan menyiapkan diri untuk banyak berbuat kebajikan. Sebab mengapa? Dijawab pada baris selanjutnya yaitu: "Akhirat itu terlalu nyata, kepada hati yang tidak buta."

Akhirat itu kekal, di sanalah semua amal (perbuatan) di dunia dipertanggungjawabkan. Itupun bagi orang-orang yang hatinya tidak tertutup kepada kebenaran. Mereka akan menyiapkan dirinya dengan amal baik.

Gurindam ini selain mengenalkan akan banyak nilai-nilai adab, juga menyebarluaskan karya sastra ini akan memunculkan kembali ingatan akan pentingnya peranan Islam bagi kebahasaan dan kebudayaan Melayu. Semoga Rahmat Allah yang seluas-luasnya bagi Raja Ali Haji atas jasa dan karya besarnya yang bermanfaat. 

Alunada (Santriwati PRISTAC Matrikulasi - 15 tahun) 

Pada bagian pasal kesembilan, Raja Ali Haji menyebutkan: "Perkumpulan laki-laki dengan perempuan, di situlah syaiton punya jamuan." Ungkapan ini memberi peringatan bahwa jika ada perkumpulan antara lelaki dan wanita yang bukan mahromnya dan tanpa ada keperluan yang jelas dan dibolehkan, maka hal itu dapat menimbulkan fitnah dan dosa. Karena di situlah setan akan berupaya menggoda dan mendorong hawa nafsu hewaniyah untuk berbuat yang dilarang agama. 

Ada banyak hikmah yang bisa kita ambil dari dua isi sajak pada Gurindam di atas, yang bisa kita terapkan pada kehidupan kita. Bisa juga sebagai moto dan prinsip dalam pergaulan. Semoga ilmu ini berguna untuk saya, teman-teman, dan para pembaca Gurindam Dua Belas. 

Abdullah Aufa Ariq (Santri PRISTAC Matrikulasi - 16 tahun)

Pada pasal kedelapan dinyatakan: "Barangsiapa khianat akan dirinya, apalagi kepada lainnya." Baris pertama pasal kedelapan ini menjelaskan bahwa orang yang terbiasa khianat pada dirinya sendiri, tentulah akan mudah berkhianat pada orang lain. Salah satu contoh dari khianat pada diri sendiri ialah mengingkari janji yang ia buat untuk dirinya sendiri secara sengaja. 

Menyakiti diri sendiri juga termasuk dalam khianat pada diri sendiri. Sebab diri yang seharusnya dijaga dan disayangi sebagai anugerah Allah Swt, malah ia sakiti. Sebagai seorang muslim hendaknya kita menjauhi sifat khianat, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.

Bagian yang tidak kalah penting soal mencari ilmu juga dinyatakan; "Jika hendak mengenal orang yang berilmu, bertanya dan belajar tiadalah jemu." Pada baris ini, Raja Ali Haji menyinggung tentang ciri orang yang berilmu, yaitu mereka yang selalu belajar tanpa kenal bosan dan bersungguh-sungguh. Di antara kunci dalam mencari ilmu adalah bertanya, yaitu bertanya pada hal-hal yang tidak diketahuinya kepada guru dan para ahli ilmu. 

Setelah belajar dan membahas isi Gurindam Dua Belas, para santri kelas PRISTAC Matrikulasi diminta oleh Ust. Suidat membuat sendiri sajak berpola Gurindam. Kemudian karya santri tersebut akan dikompilasi (dihumpun) dan dibukukan. Wallahu a’lam bishshawab.

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086