Empat Adab Guru terhadap Muridnya

Oleh: Fathimah Fauziah Azzahrah (Santriwati PRISTAC 1A – Pesantren at-Taqwa Depok, 14 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
...

Kitab Adabul Alim wal-Muta’alim karangan KH Hasyim Asy’ari yang ditulis sekitar satu abad yang lalu adalah suatu kitab yang menjelaskan tentang adab-adab seorang pelajar dan guru. Tidak banyak orang yang mengetahui kitab ini jika dibandingkan dengan kitab Ta’limul-Muta’alim yang diajarkan di berbagai pondok pensantren. Walaupun demikian kitab ini tetap penting untuk dipelajari seorang murid dan guru, karena adab merupakan ilmu yang harus dipelajari pemilik ilmu. Mengapa? Jika seseorang yang berilmu salah menggunakan ilmunya maka dapat timbul berbagai kejahatan yang cenderung besar; mulai dari korupsi sampai pembunuhan. Berbeda dengan seorang yang tidak memiliki ilmu alias orang bodoh yang berbuat kejahatan, kemungkinan besarnya kerusakan yang ditimbulkan lebih tipis jika dibandingkan dengan orang berilmu.

Pada hari Ahad tepatnya 9 Oktober 2022 santri-santri PRISTAC belajar kitab Adabul ‘Alim wal-Muta’alim dengan Ustadz Kholili. Ia merupakan lulusan S3 UNIDA Gontor. Kami belajar, di antara adab-adab tersebut, terdapat adab guru kepada muridnya yang harus diamalkan. Di dalam kitabnya terdapat 14 adab. Namun kami baru membahas 4 dari adab-adab tersebut, di antara lain adalah:

Pertama, hendaknya hati seorang guru mengejar “lii wajhillah”. Dijelaskan penulisnya, guru hendaknya berniat untuk menghidupkan syariat, menampakan kebenaran, mengubur kebatilan, mendidik orang menjadi baik, menyampaikan wahyu dari nabi, dan mencari pahala serta keberkahan. Pada intinya hati seorang guru hendaknya condong untuk mencari “wajhillah” yang dimaksudkan “wajhillah” di sini bukan berarti sungguh-sungguh muka Allah. Melainkan “wajhillah” yang dimaksud di sini adalah ridho Allah. Jadi, hendaknya seorang guru mengajar bukan karena perkara dunia seperti uang dan ketenaran, melainkan untuk ridho Allah.

Fakta menarik, hanya didalam konsep agama Islamlah, mengajar merupakan perkara yang penting dalam agamanya. Sebab dalam Islam mengajar adalah investasi terbesar dalam membangun agama. Mengajar juga melanjutkan para nabi yang membawa berkah bagi yang mengajarkannya. Seperti dikarakan seluruh alam langit dan bumi mendoakan para guru.

Kedua, mengajar dengan ikhlas. Keikhlasan seseorang dalam menuntut ilmu menjadi kunci baiknya sebuah ilmu. Mungkin di awal pelajaran para pemula masih sering tidur dan lain sebagainya dalam belajar. Namun, hal seperti itu tidak mengapa bagi seorang pemula karena yang terpenting adalah ia hadir dan ikhlas karena Allah. Perkara dia tertidur ataupun tidak adalah urusannya dengan Allah. 

Maka, pemilik ilmu hendaknya ikhlas mengajar karena mencari kedudukan di sisi Allah, mengambil hikmah, dan meneruskan warisan para nabi yaitu ilmunya. Dikarenakan seorang guru mendapat warisan para nabi maka mereka harus ikhlas mendapatkan kemuliaannya serta mendapat tantangan-tantangan yang juga diwarisi para nabi. Karena pasti setiap nabi mengalami cobaan yang berat.

Ketiga, mencintai muridnya. Hendaknya seorang guru memiliki sikap penyayang kepada muridnya yang sepatutnya diperilakukan sebagai anak. Kasih sayang yang dimaksudkan di sini bukan sekedar kasih sayang kata-kata, melainkan seorang guru harus bertindak dengan tepat untuk keselamatan muridnya. Yaitu meluruskan muridnya dan mencegah muridnya dari kemaksiatan serta menyuruh mereka pada kebaikan. Istilahnya, lebih baik dipaksa untuk masuk surga dibandingkan dengan sukarela masuk neraka.

Keempat, hendaknya mengajar dengan bahasa yang mudah dipahami dan jangan sampai menyembunyikan ilmunya. Hendaknya seorang guru mengajar dengan penjelasan yang jelas dan mudah dipahami oleh murid serta hendaknya mengajar dengan penuh kasih sayang dan menerapkan adab-adab mengajar. Seorang guru hendaknya memotivasi murid-muridnya agar semangat dalam belajar. Karena tipe murid berbeda-beda. Ada yang harus dipicu agar semangat (contohnya anak kecil). Ada yang memang semangat, tapi tidak cepat paham. Seorang guru harus dapat memotivasi mereka semua. Contohnya, mengatakan bahwa kesulitan mereka itulah yang menambah besarnya pahala mereka.

Masih banyak lagi adab-adab penting yang sebenarnya mudah untuk dipelajari akan tetapi susah untuk diamalkan dalam kitab Adabul ‘Alim wal-wal Muta’alim. Adab-adab ini hendaknya diamalkan dalam setiap situasi. Semoga Allah memberi Taufiq kepada kita. Amiin.... (Ahd.).

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086