Dari Tukang Lampu Hingga Ahli Nahwu

Oleh: Andini Sari Larasati (Santri SMA At-Taqwa College, 16 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
...

Syaikh Khalid bin Abdillah al-Azhari merupakan ahli nahwu asal Mesir yang menulis kitab nahwu berjudul “Al-Azhariyah fi ‘Ilmi Al-‘Arabiyah.” Buku ini menjadi modul ajar kami para santri ATCO 1 (setingkat SMA kelas 11) dalam pelajaran bahasa Arab.

Kepakarannya dalam bahasa Arab terbukti dari sejumlah karyanya. Di antaranya Al-Azhariyyah beserta syarahnya yang kami pelajari. Terkait ini, kata ustadz Bana, ketika seorang penulis matan menjelaskan kitabnya sendiri, itu artinya ia seperti ingin menjaga kitabnya agar tidak dijelaskan seenaknya. Masih banyak karya lainnya seperti syarah Awamil Al-Mi’ah dan syarah atas Alfiyyah dan Tashil ibnu Malik.

Ada beberapa alasan yang membuatnya dijuluki sebagai al-Azhari. Pertama, karena ia merupakan salah satu pelajar di Al-Azhar, Kairo, Mesir—dan inilah pendapat yang paling masyhur. Kedua, karena sanad keilmuannya yang sampai pada Imam Abu Manshur Al-Azhari, pemilik kamus bahasa Arab terkenal. Ketiga, sebagaimana pendapat Syauqi Dhayyif, ia adalah murid paling pintar di Al-Azhar pada masanya, sehingga dinisbatkanlah nama al-Azhar kepadanya. 

Al-Azhari lahir pada tahun 838 Hijriyah dan wafat pada umurnya yang ke-67 tahun. Selama hidupnya, ia memiliki sifat wara’ taqwa, shaleh, serta tawadhu’ hingga dijuluki sebagai ‘insan khair’. Salah satu bukti keikhlasannya dalam ilmu, menurut pengakuan banyak ulama, ialah tersebarnya buku “Al-Azhariyah” di penjuru dunia untuk diambil manfaatnya, melihat isinya yang ringkas, padat, jelas dan mencakup seluruh bab nahwu.  

Namun di balik itu semua, dahulu Syekh Khalid ternyata hanyalah seorang pelayan yang bertugas menyiapkan bahan bakar untuk menyalakan lampu-lampu yang ada masjid di Al-Azhar Kairo. Hingga suatu hari, ia tidak sengaja menjatuhkan tetesan lilin ke buku seorang pelajar di sana. Ia pun dihardik dan dicaci maki sebagai orang bodoh, sampai membekas di hatinya 

Peristiwa ini justru memotivasinya untuk menekuni ilmu meski umurnya sudah hampir 40. Hingga akhirnya ia mahir dalam berbagai bidang ilmu salah satunya bahasa Arab. Karena masa lalunya inilah, ia juga mendapat julukan “al-Waqqad” (yang menyalakan lampu), alias tukang lampu.

Kisah hidup al-Azhari ini mengajarkan kita bahwa pendidikan merupakan kewajiban bagi setiap orang, tidak bergantung pada derajat dan pangkat sosialnya. Selain itu, kita juga belajar bahwa tidak ada terlambat dalam menuntut ilmu. 

Sebab ilmu bukan tentang jabatan sosial dan umur. Namun soal ketekunan, perjuangan dan futuh dari Allah. Siapapun Anda, mau tukang lampu atau lainnya, jika bersungguh-sungguh dan giat, maka akan sampai pada ilmu. Meski sudah berumur 30an, karena tekun dan gigih, maka Syekh Khalidz Allah izinkan untuk masuk dalam barisan para ulama hebat, mampu menebar manfaat dengan banyak karya yang dapat diambil faidahnya oleh umat hingga akhir zaman.

(Resensi materi kuliah Bahasa Arab sesi-1 bersama Ustadz Bana Fatahillah, Lc pada Kamis, 3 Juli 2025)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086