Ujian Komprehensif 2023 Shoul Lin al-Islami (Tingkat SMP), Direktur PRISTAC: "Ujian untuk Menanamkan Jiwa Guru dan Cinta Ilmu"

Oleh: Azizah Lautania (Santriwati PRISTAC – Tingkat SMA – Pesantren at-Taqwa Depok, 16 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Mudir kami di Pesantren at-Taqwa Depok, Dr. Muhammad Ardiansyah, tak pernah bosan untuk selalu mengingatkan kepada santri-santrinya. Ketika kita sudah mendapatkan gelar S1, S2, atau pun S3 jangan pernah berhenti sampai situ saja dalam perjalanan kita menempuh ilmu. Kita bisa dikatakan selesai menuntut ilmu ketika ia sudah mendapat gelar almarhum atau almarhumah.

Belajar di masa muda seperti mengukir kata di atas permukaan batu. Ia memang perlu perjuangan. Tetapi hasilnya akan terus berbekas dalam waktu yang sangat lama. Para santri Shoul Lin 2 yang berusia 13-14 tahun itu tengah berusaha menghadapi banyak ujian pelajaran akhir tingkatnya. Pada sesi-sesi terakhir ujian itu, mereka menghadapi Ujian Komprehensif (UK) Seni-Selasa, 26-27 Juni 2023. Pada UK ini, belajar dan penanaman jiwa guru telah ditekankan sejak dini.

UK ini telah berlangsung selama tujuh tahun, dilaksanakan tiap tahun. Para santri usia belasan tahun itu diuji pemahaman pelajarannya dengan cara mengajarkan materi pelajaran yang telah dipelajari selama di Shoul Lin. Tentu mereka bukan hanya sekedar mempersiapkan materi pelajaran. Mereka harus berlatih menjadi guru di kelas, menanamkan kepercayaan diri, dan menumbuhkan jiwa guru yang beradab dalam diri masing-masing. Sama dengan namanya, ujian ini memang bersifat menyeluruh. Para santri harus belajar sungguh-sungguh memahami pelajaran, mengamalkannya, dan mengajarkannya.

Para santri Shoul Lin 2 ini berusia setara dengan kelas 2 SMP. Sebelum digelarnya Ujian Komperensif, para santri Shoul Lin 2 menghadapi Ujian lisan dan Ujian Tulis terlebih dahulu. Pada UK ini, ilmu yang dipelajari para santri bukan hanya bermanfaat bagi diri mereka sendiri. Ilmu yang dipelajari juga bermanfaat bagi orang lain. Inilah ditanamkan kepada para santri Shoul Lin. Menanamkan jiwa guru berarti menanamkan tekad untuk belajar sepanjang hayat, seperti yang dipesankan oleh Dr. Ardiansyah di atas.

Maka dari itu, santri ini diuji bagaimana ia bisa mengajarkan ilmunya kepada santri lain. Mereka mengajar seperti layaknya guru dan muridnya adalah kawan mereka sendiri. Tak hanya menjabarkan materi pelajaran, mereka harus membuat muridnya paham hingga dapat mengambil hikmah. Oleh karenanya, UK bukan hanya seremonial ujian belaka. Materi yang disampaikan, kelas yang diadakan, dan jiwa guru yang ditanamkan bukan sekedar rekayasa. UK adalah ujian yang serius.

Ujian ini bukanlah suatu hal yang mudah. Para santri belajar mengalami susahnya menarik perhatian murid untuk benar-benar memperhatikannya dan mengambil hikmah. Penulis perhatikan para santri yang mengikuti UK berhasil memikat hati murid-muridnya sehingga pelajaran berlangsung aktif dan seru. Sebagaimana layaknya seorang guru, mereka menanyakan kabar murid-muridnya, membuka pelajaran dengan berbincang, bahkan memberi hadiah kepada muridnya yang aktif bertanya atau pun menjawab pertanyaan.

Misalnya ada Ustadzah Andini Larasati. Ia mengambil materi pelajaran Bahasa Arab. Ada juga Ustadzah Khairis Safira mengambil materi pelajaran al-Quran. Materi pelajaran tentang Adab kepada Diri Sendiri disampaikan oleh Ustadzah Fathimah Syiharani. Pelajarannya merujuk pada kitab Adabul Insan. Ustadz Muhammad Azmi Balapradana memaparkan materi mengenai kiat-kiat mendapatkan ilmu. Ia menjelaskan bahwa kiat-kiat ini harus kita lakukan agar kita menjadi orang mulia di dunia atau pun di akhirat.

Para santri ini mendapat kesempatan memilih dua mata pelajaran yang mereka ajarkan: Studies of Islam dan Islamic Civilization. Ustadz Farraz Zahy Putra sendiri mengambil mata pelajaran Aqidah untuk bidang Studies of Islam dan Sejarah Peradaban Islam di Indonesia (SPII) untuk bidang Islamic Civilization. Ada juga Ustadzah Qatrunnada yang secara apik mengambil English untuk bidang Islamic Civilization. Ia membawakan pelajarannya di kelas dengan sangat seru. Para murid antusias. Ada lima santri yang membawakan materi pelajaran Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Salah satunya Farraz dan Nayla Azkya Putri Wahab. Santri yang kerap dipanggil Aci ini mengajarkan tentang faktor-faktor keberhasilan da’wah Islam di Indonesia.

Itulah Ujian Komperensif dari Shoul Lin 2 pada tahun ini. Masih banyak lagi guru-guru dan materi pelajaran yang sangat menarik dan memikat kita yang dibawakan oleh para santri setingkat SMP ini. Penulis sangat takjub dengan penampilan mereka. Dalam rentang waktu dua tahun bisa mendapatkan ilmu seluas ini dengan penampilan semaksimal ini. Tentu saja, sebelum UK mereka dibimbing oleh para guru untuk menyiapkan rencana pembelajarannya, materi pelajaran, hingga simulasi mengajar (micro teaching).

Ustadz Ihsan Fisabilillah, salah seorang pembimbing santri sekaligus penguji UK mengatakan: “Santri Shoul Lin 2 memang luar biasa, mampu memaparkan materinya di hadapan orang banyak, apalagi santri ini kan masih setingkat 2 SMP. Tapi mereka bisa memaparkannya dengan baik.” Menurut Ustadz Ihsan,  “dalam konteks penguasaan materi, materi itu bisa dikuasai, tapi mental untuk menyampaikannya itu butuh dilatih bertahun-tahun. Jangan juga merasa puas dengan pencapaiannya dalam mengajar kita. Dalam mengajar kita harus dapat meyakinkan murid kita. Hal yang saya kagumi dari santri Shoul Lin itu mereka bisa membawa diri di ‘panggung’ dengan cara yang menurut saya elegan. Itu saja baru bisa saya dapatkan di kelas 2 SMA.”

Ada juga tanggapan dari Ustadz Ganjar Nugraha. Bagi guru silat Pesantren at-Taqwa Depok ini, ujian ini sangatlah menarik karena di berbagai pesantren lain tidak ada ujian seperti ini. Tapi di pondok ini santri sudah dilatih untuk menjadi pendidik atau guru. Menjadi seorang guru itu tidak mudah. Untuk meyampaikan ilmu yang bermanfaat dan dapat mengambil hikmahnya, apalagi bisa istiqomah untuk terus di jalankan hingga menjadi muttaqien, memang perlu perjuangan besar.

Ustadz Ahda Abid al-Ghiffari juga memberi apresiasi kepada para santri. “Mereka telah mempersiapkan materi dan penampilan untuk pembelajarannya dengan sangat baik. Alhamdulillah! Materi pembelajaran mereka dari berbagai materi yang sudah dipelajarinya sudah termasuk meliputi adab dan akhlak yang melekat dalam laku mereka. Ini pencapaian yang luar biasa.”

Ustadz Ahda, guru sejarah Pesantren at-Taqwa Depok dan Direktur PRISTAC itu, melihat perlunya jiwa cinta ilmu dan jiwa guru dalam diri santri. “Dalam ujian ini bukan hanya sekedar soal bagaimana mereka mempersiapkan pembelajaran mereka kemudian menghafalkan dan menyajikannya saja. Tapi lebih dari itu. Ujian ini merupakan ajang untuk melatih jiwa para santri. Jadi di samping mereka belajar materi pelajaran, mereka  juga harus mengajarkannya. Dari situlah tertampak jiwa cinta ilmu, jiwa kepedulian, dan yang terpenting jiwa guru mereka. Guru bukan hanya soal profesi, tapi suatu hal yang harus tertanam dalam diri manusia.”

Tak hanya para guru, seorang santriwati yang mengikuti UK juga memberikan kesannya. “Dari Ujian Komperensif ini kita bisa merasakan bagaimana susahnya menjadi guru yang kadang dicuekin muridnya entah itu tidur atau asik sendiri. Tapi banyak manfaat yang dapat kita ambil dari UK ini. Kita dapat berbagi ilmu kepada para murid, sekaligus mendidik diri sendiri untuk menjaga adab, terutama sebagai seorang guru.” (Abu ArFa)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086