Tiga Lembaga di Garut Menjadi Saksi Resep Budaya Literasi Pesantren At-Taqwa Depok

Oleh: Shofiya Syakira (Santri Pesantren At-Taqwa Depok, 16 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Usai seminar di Masjid Salman ITB Bandung, rombongan santri dan guru Pesantren At-Taqwa Depok bertolak ke Garut pada Senin sore (19/5). Bukan hanya silaturahmi biasa, kunjungan At-Taqwa ke lembaga di Garut juga dalam rangka memperluas dakwah intelektual dan menggaungkan resep budaya literasi beradab. 

Selasa pagi (20/5) rombongan dibagi tiga dengan tujuan tiga instansi berbeda. Pertama, Institut Agama Islam (IAI) PERSIS Garut. Kedua, Pesantren 212 Kudang, Garut. Ketiga Pesantren 19 Bentar Garut. Setiap acara dihadiri oleh santri atau mahasiswa, dewan guru bahkan pimpinan lembaga. 

Di IAI Garut, Dr. Tiar Anwar Bachtiar, selaku Rektor menyampaikan tentang urgensi budaya literasi di era kecerdasan buatan. “Berkuliah jangan hanya sekadar datang ke kelas lalu pulang. Apalagi sampai ngerjain tugas dengan bantuan AI. Kita harus menghidupkan literasi, sebab dengan literasilah kita dapat mengambil hal yang tidak bisa dilakukan AI bahkan bisa lebih unggul darinya,” ujar Doktor sejarah jebolan Universitas Indonesia itu.  

Pimpinan Pesantren, Dr. Adian Husaini dan Dr. Muhammad Ardiansyah turut menjadi pembicara dalam seminar di IAI. Keduanya menekankan teladan dan hikmah guru dalam membentuk dan menciptakan budaya literasi di kalangan santri. “Kebijakan atau wisdom inilah yang tidak bisa digantikan oleh robot,” ujar Dr. Adian. 

Di Pesantren PERSIS 19 Bentar, Garut begitupun Pesantren 212 Kudang Garut, santri-santri membentangkan makalahnya usai dibuka oleh pihak pesantren. Berikut nama-nama santri yang membentangkan makalahnya di dua pesantren tersebut: 

  1. Rifqi Abdul Karim: “Konsep Deschooling Ivan Illich dalam Perspektif Pendidikan Islam”
  2. Kayla Danish Hanania: “Jihad dalam Pandangan dan Kehidupan Para Sufi”
  3. Naila Afiyah Sjach: “Konsep Ilmu Nafi’ Menurut Hatim Al-Asham: Solusi Problematika Gen Z”
  4. Nayla Adzkiya Putri Wahab: “Pandangan Syekh Hamza Yusuf dalam Mengobati Penyakit Narcisstic Personality Disorder”
  5. Shofya Syakira “Peran Hikayat Perang Sabil terhadap Pendidikan Jihad di Masa Perang Aceh”
  6. Hisyam Ahmad Fahreiza: “Problematika Humanitas Teks Al-Qur’an: Kritik Studi Al-Qur’an Nashr Hamid Abu Zayd”
  7. Khonsa Syahidah Mutmainah: “Neraca Keimanan Menurut Syekh Abdullah bin Husain: Kajian Kita Sullam At-aufiq”
  8. Aisya Naura Salsabila: “Menimbang Pembelajaran Secara Online dengan Adil”

Para santri mendapat apresiasi dari pihak Pesantren. Kedatangan mereka ke Pesantren itu juga menjadi bahwa budaya literasi di At-Taqwa bukan lagi sebuah wacana, tetapi sudah menjadi sebuah aksi nyata, seabagaimana yang ditegaskan Mudir Pesantren At-Taqwa, Dr. Ardiansyah. Sebab tak jarang terdapat program menulis, tetapi tidak terdapat kelanjutannya.
 
Antusias peserta bisa terlihat dari banyaknya pertanyaan di akhir sesi. Salah seorang dari mereka mempertanyakan cara memahamkan pemikiran kritis terhadap orang awam dan dampak dari makalah yang ditulis. Santri bernama Nayla dengan tenang menjawab, “kita harus mulai dari pemilihan istilah. Sebisa mungkin memahamkan mereka dengan kata yang mudah. Terkait dampak, insyallah makalah yang kita bahas di sini memiliki urgensinya masing-masing di tempat yang berbeda!” 

Literasi beradab seperti inilah yang harus digalakkan pendidikan kita, tegas ustadz Bana dalam penutup. Memasuki usia baligh, para santri sudah selayaknya dididik secara dewasa dan disajikan ide-ide besar. Jangan sampai mereka larut dalam persoalan remeh atau bahkan disibukkan dengan menghafal jawaban ujian.

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086