Santri Pesantren At-Taqwa Depok Presentasi Makalah Ilmiah di Hadapan 700 Orang

Oleh: Tim Humas At-Taqwa
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Tiga santri SMA Pesantren At-Taqwa Depok, pada Jumat (18/4/25), mempresentasikan makalah ilmiah mereka di hadapan sekitar 700 santri Pesantren Nurul Azhar, Tambun, Bekasi Timur. Ini sekaligus bagian dari komitmen At-Taqwa dalam membangun budaya literasi beradab di tengah para santri.

Santri pertama, Farras Zahy Putera Satriawan (16 Tahun), mengangkat tema “Merespons Komunisme: Konsep Keadilan Sosial dalam Pandangan Nasionalis Muslim Indonesia”. Dengan bahasa yang mudah dipahami, Farras menjelaskan mengenai ajaran Islam yang jauh lebih baik dalam mewujudkan keadilan sosial ketimbang Komunisme. 

“Para tokoh Nasionalis Muslim Indonesia berhasil menunjukkan bahwa Islam adalah solusi ideal untuk keadaan sosial yang lebih adil,” tuturnya. 
 
Materi Farras cukup mendapat banyak sorotan dan pertanyaan. Ia ditanya terkait bagaimana kondisi umat Islam hari ini jika seandainya komunisme mendapatkan lagi ruang gerak di Indonesia. 

“Hubungan antara umat Islam dan komunisme di masa lalu tidaklah terlepas dari hal-hal “keduniaan” seperti perebutan lahan dan pengaruh politik. Namun karena adanya kesan bahwa komunisme merupakan ideologi anti-agama dengan berbagai macam buktinya, inilah yang kemudian dipropagandakan oleh musuh-musuh komunisme. Padahal, hulu ledaknya juga bermula dari perkara-perkara “keduniaan”. Dan seperti itu pulalah gambaran jika komunisme bisa mendapat ruang kembali hari ini.

Antusiasme lain terhadap makalah ini juga terlihat pada saat rombongan pemakalah hendak kembali ke pesantren. Di mana ada beberapa santri senior yang ingin bertanya kepada Farras seputar makalah yang ia bawakan. 

Santri berikutnya, Rifqi Abdul Karim (16 tahun), menulis tentang “Konsep Deschooling Ivan Illich Dalam Perspektif Islam”. Rifqi mencoba untuk menyelaraskan konsep “belajar tidak harus di sekolah” Ivan Illich dengan konsep pendidikan dalam Islam. Apa saja yang sesuai dan tidak. 

“Islam juga menerima konsep “deschooling” Ivan Illich, namun ada beberapa idenya yang perlu dikritisi kembali. Salah satunya mengenai pendidikan yang hanya sekadar transfer ilmu semata, sementara dalam Islam, pendidikan juga mencakup penanaman adab dan akhlak mulia,” jelasnya.

Santri terakhir, Alifa Salsabila (17 tahun), mengangkat tema yang ringan namun actual di masa kini. Yaitu tentang “Beradab Kepada Hewan, Rasulullah Sebagai Teladan”. Menurut Alifa di zaman ini, banyak terjadi tindakan tidak bermoral dan kejam terhadap hewan. Apalagi ketika dikaitkan dengan eksploitasi alam semesta, seperti pembakaran hutan dan pemanasan global.  

“Padahal Rasulullah sudah memberikan contoh yang sangat jelas bagaimana kita sebagai umat Islam seharusnya berperilaku kepada hewan dengan cara-cara yang baik,” tegasnya.

Acara ini adalah presentasi santri At-Taqwa tingkat SMA tahap ketiga. Tahap sebelumnya, adalah presentasi di depan para guru dan santri At-Taqwa. Selain tiga orang itu, masih ada 40 santri lainnya yang nantinya juga akan mendapat giliran yang sama, di lembaga pendidikan lainnya.

Tahun ini, giliran angkatan ke-7 yang menulis makalah ilmiah dan mempresentasikannya. Artinya, sudah 7 tahun (sejak angkatan pertama) At-Taqwa berkomitmen membangun budaya literasi santri, meningkatkan daya dan kualitas berpikir mereka.

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086