Santri Intelektualis, Saatnya Jadi Penulis!

Oleh: Hamzah Fakhruddin (Santri PRISTAC – Setingkat SMA – Pesantren At-Taqwa Depok, 17 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Selepas santri menjalani masa ujian, Pesantren At-Taqwa Depok mengadakan forum dialog interaktif dengan tema “Membaca, Berfikir, dan Menulis: Saatnya Santri Lahirkan Karya Tulis.” Kegiatan yang diadakan pada Senin, 23 Oktober 2023, merupakan salah satu bentuk refleksi hari santri. Forum diisi oleh seorang cendikiawan muslim yang meraih IBF (Islamic Book Fair) Award 2023 dengan kategari non-Fiksi Dewasa. Ia adalah Ustadz Muhammad Nuruddin, Lc, M.A. Ia memiliki berbagai karya seputar kaidah berfikir, salah satunya adalah Ilmu Mantik. Kehadirannya di Pesantren At-Taqwa Depok merupakan kejutan bagi kami.

Pemaparan materi cukup padat, dimulai dari materi pembiasaan membaca, berfikir, sehingga dapat menghasilkan karya tulis. Ustadz Nuruddin pun memulai pembahasannya dengan kisah hidupnya selama tinggal di Kairo. Ia termasuk orang yang jarang sekali keluar, karena lebih memilih untuk banyak membaca. Sebab dengan begitu dapat menjernihkan pikirannya, dari pada berkumpul dengan orang lain tanpa faedah. Ia bersikap demikian karena menteladani sikap para ulama terdahulu, seperti Imam Nawawi, yang mana dapat menghasilkan banyak karya dalam waktu singkat. Hal tersebut pun tidak dibayar murah, yakni dengan memfokuskan diri dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.

Hal tersebut pun menjadi pengingat untuk para santri, bahwa dalam pembelajaran dibutuhkannya kesabaran. Tidak mudah untuk memfokuskan diri dan mengurangi waktu bermain atau istrahat untuk belajar. Pembelajaran hidupnya sebagai santri adalah pembelajaran yang sangat berharga. Banyak hal yang tidak didapatkan seorang pelajar di kelas, seperti membangun rasa tanggung jawab, kesabaran, kederhanaan, dan lainnya.

Ia pun menekankan bahwa ilmu merupakan hal penting dalam hidup. Karena dengannya kita dapat mengetahui berbagai pandangan yang akan menorehkan warna dalam hidup kita. Maka ada hal yang tak kalah penting dari menuntut ilmu, yakni mencintai ilmu itu sendiri. Sebagaimana perkataan Ali bin Abi Thalib bahwa ilmu lebih baik dari harta, karena dengan ilmu dapat menjaga diri kita, sedangkan harta sebaliknya. 

Terkait dengan berfikir, ia menegaskan agar melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Tidak lagi melihat sebatas dari aspek duniawi saja, tapi dari sisi ukhrawi. Dengan demikian apa pun yang dikerjakan, niatkan sebagai bentuk pengabdian kepada Allah ta’ala. Misalnya sungguh-sungguh dalam belajar, dengan niat karena Allah, maka akan dipermudah jalannya. Beliau sendiri pun merasakan hal demikian ketika menempuh S3 di Kairo, di mana ia dengan mudah mendapat persetujuan proposal tugas akhir dari para dosen.

Mengenai penulisan, Ustadz Nuruddin memberikan rahasia untuk bisa menjadi penulis. Pertama, pentingnya menggunakan waktu pagi. Sebagaimana yang Nabi panjatkan, “Ya Allah berikanlah keberkahan kepada ummatku di waktu pagi.” Berkah yang memiliki arti bertambahnya kebaikan. Untuk melihat pencapaian hidup seseorang, lihatlah ia pada waktu paginya.  

Kedua, senantiasa berlatih. Meski hanya berawal dari satu-dua baris, tetapi harus dilakukan terus menerus. Dalam menulis pun mesti diseimbangi dengan banyak membaca, sehingga wawasan akan terus bertambah luas, dan dapat meluapkanya dalam bentuk tulisan. Begitulah kaitan eratnya membaca dan menulis. Karena menulis tanpa membaca itu ibarat sarjana tanpa kuliah. Menulis disertai niat ingin sedekah ilmu kepada orang lain, harus perlu pembiasaan (konsisten). 

Pembiasaan itu pun harus dibentuk secara perlahan-lahan. Mulai dari membaca buku-buku yang diminati. Pembiasaan tidak langsung terbentuk begitu saja, namun dibutuhkannya pembiasaan. Sebisa mungkin cari hal-hal yang dapat menumbuhkan rasa suka untuk membaca. Ia pun mengatakan, “Bangun kebiasaan secara perlahan, agar tidak menjadi beban, lalu kemudian tumbuhkanlah rasa suka itu, karena itulah yang paling mahal.”

Mengenai gaya penulisan, menurutnya akan terbentuk dari kebiasaan dalam menulis. Buku-buku bacaan yang juga menjadi panduan kita dalam penulisan. Semakin sering kita dalam menulis, gaya penulisan itu akan tumbuh menjadi identitas kita. Sekalipun tidak dicantumkan nama penulisnya, tapi kita dapat mengenalnya dengan gaya penulisannya.

Di akhir penyampaian, ia menegaskan bahwa jalan ilmu menjadi manfaat hanya dua, tidak lebih. Melalui lisan dengan penyampaian, atau dengan tulisan yang dirumuskan. Pesannya kepada para santri adalah perdalam minimal salah satu jalan untuk dapat merasakan manfaat ilmu. Baik dengan menggunakan lisannya atau pun dengan tulisannya, selama itu dalam kebaikan dan niat dalam mengabdikan diri pada Allah. (Editor: shf)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086