Santri At-Taqwa Depok Khatamkan Kitab “Fiqhus Shiyam” Karya Syekh Hasan Hito
Oleh: Andini Sari Larasati (Santri Pesantren At-Taqwa Depok, 15 tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Ramadhan ini santri mengkhatamkan sejumlah kitab di bawah bimbingan para guru berotoritas di setiap bidangnya. Salah satunya adalah kitab fikih puasa berjudul “Fiqhus Shiyam” karya Syekh Hasan Hito, seorang ulama besar dan ahli fikih asal Syiria.
Kajian ini diampu oleh Ustadz Ahmad Damsah Nasution( ADN), guru Pesantren yang merupakan murid langsung dari penulis buku. Majlis ini berlangsung setiap sore selama delapan hari, terhitung sejak hari ketiga Ramadhan, Senin, (3/3/2025) hingga khatam pada Senin (10/3/2025).
Fiqhus Shiyam mengulas seputar fikih puasa dengan memaparkan pendapat para ulama terkait sebuah hukum. Meski bermazhab Syafi’i, penulis menyantumkan pandangan mazhab lainnya yang bisa dirujuk dalam beberapa kondisi tertentu. Tidak hanya hukum, penulis “Ensiklopedi Fikih” tersebut juga memaparkan dalil beserta aspek pengambilan dalil (wajhud dalalah) dalam sejumlah persoalan. Ini membuat kitabnya berbobot meskipun ringkas.
Penulis memaparkan permasalahan kontemporer tentang puasa sehingga isinya relevan untuk umat muslim hari ini. Di antaranya terkait hal-hal yang membatalkan puasa seperti memakai suntik, obat tetes mata, infus dan lain sebagainya. Meski tidak diulas dalam kitab klasik ulama, namun prinsip dan kaidah umumnya sudah dijelaskan.
Perbedaan pendapat di kalangan ulama dijelaskan secara terperinci, termasuk nama-nama ulama yang memilihnya. Ustadz (ADN) menyampaikan bahwa khilafiyah ulama adalah rahmat. Contohnya, ketika dalam Bulan Ramdhan, kita terbangun pada siang hari dan malamnya lupa untuk berniat puasa, maka kita dapat mengambil pendapat dalam Madzhab Hanafi bahwa niat boleh dilakukan sebelum Tergelincir matahari dari waktu Istiwa. Dan masih ada banyak lagi persoalan lainnya.
“Salah satu manfaat mengaji langsung dari kitabnya adalah kita dapat mengetahui nama-nama ulama yang memilih pendapat tersebut,” ungkap Ustadz (ADN) dalam salah satu sesi kajian. Sebab dengan mengatahui ulama yang kita rujuk pendapatnya, argumen yang kita pilih akan menjadi kuat. Karena, kita tahu, orang-orang yang kita ikuti adalah mereka yang memiliki otoritas keilmuan yang tinggi. Pendapat kita pun bukan asal-asalan apalagi mengikuti kemauan kita.
Editor: Bana
Kajian ini diampu oleh Ustadz Ahmad Damsah Nasution( ADN), guru Pesantren yang merupakan murid langsung dari penulis buku. Majlis ini berlangsung setiap sore selama delapan hari, terhitung sejak hari ketiga Ramadhan, Senin, (3/3/2025) hingga khatam pada Senin (10/3/2025).
Fiqhus Shiyam mengulas seputar fikih puasa dengan memaparkan pendapat para ulama terkait sebuah hukum. Meski bermazhab Syafi’i, penulis menyantumkan pandangan mazhab lainnya yang bisa dirujuk dalam beberapa kondisi tertentu. Tidak hanya hukum, penulis “Ensiklopedi Fikih” tersebut juga memaparkan dalil beserta aspek pengambilan dalil (wajhud dalalah) dalam sejumlah persoalan. Ini membuat kitabnya berbobot meskipun ringkas.
Penulis memaparkan permasalahan kontemporer tentang puasa sehingga isinya relevan untuk umat muslim hari ini. Di antaranya terkait hal-hal yang membatalkan puasa seperti memakai suntik, obat tetes mata, infus dan lain sebagainya. Meski tidak diulas dalam kitab klasik ulama, namun prinsip dan kaidah umumnya sudah dijelaskan.
Perbedaan pendapat di kalangan ulama dijelaskan secara terperinci, termasuk nama-nama ulama yang memilihnya. Ustadz (ADN) menyampaikan bahwa khilafiyah ulama adalah rahmat. Contohnya, ketika dalam Bulan Ramdhan, kita terbangun pada siang hari dan malamnya lupa untuk berniat puasa, maka kita dapat mengambil pendapat dalam Madzhab Hanafi bahwa niat boleh dilakukan sebelum Tergelincir matahari dari waktu Istiwa. Dan masih ada banyak lagi persoalan lainnya.
“Salah satu manfaat mengaji langsung dari kitabnya adalah kita dapat mengetahui nama-nama ulama yang memilih pendapat tersebut,” ungkap Ustadz (ADN) dalam salah satu sesi kajian. Sebab dengan mengatahui ulama yang kita rujuk pendapatnya, argumen yang kita pilih akan menjadi kuat. Karena, kita tahu, orang-orang yang kita ikuti adalah mereka yang memiliki otoritas keilmuan yang tinggi. Pendapat kita pun bukan asal-asalan apalagi mengikuti kemauan kita.
Editor: Bana