Santri At-Taqwa College Ungkap Perjuangan HAMKA, M. Natsir, dan HM. Rasjidi dalam Membendung Kristenisasi

Oleh: Tim Humas At-Taqwa
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
...

Dalam skripsinya berjudul “Respons Tokoh-Tokoh Islam terhadap Kristenisasi pada Masa Orde Baru: Hamka, M. Natsir, dan H.M. Rasjidi”, Khalisah Inas Tsabitah (17 tahun) menjelaskan bahwa di masa itu Kristenisasi merupakan proses yang cukup massal.

Dalam sidang skripsinya pada Rabu (12/6/24) ia menjelaskan bahwa Kristenisasi telah dimulai sejak masuknya Belanda ke wilayah Nusantara dengan misi Gospel-nya (penginjilan). Hanya saja pencapaian pengkristenan yang dilakukan oleh Belanda ketika awal masuk ke Nusantara sangatlah kecil, karena para misionaris kurang intens dalam menjalankan misi tersebut.

Capaian tersebut baru meningkat ketika adanya politik etis yang diusung oleh Snouck Hurgronje. Puncaknya adalah ketika masa Orde Baru, baik dari pihak Gereja maupun dari lingkaran pemerintahan Orde Baru sendiri.

Adapun respons yang diberikan oleh tokoh-tokoh Islam terhadap pengaruh yang ditimbulkan oleh kegiatan Kristenisasi pada masa Orde Baru cukup beragam. Buya Hamka mengeluarkan fatwa tentang haramnya umat Islam untuk merayakan Natal bersama. Menurutnya, perayaan Natal bersama bukan toleransi. Respons ini diberikan oleh Hamka ketika ia menjabat sebagai ketua MUI yang pertama.

Mohammad Natsir memberikan respons dengan mendirikan organisasi Islam yang diberi nama Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) tahun 1967. Dari organisasi ini ia membentuk kader-kader da’i yang kemudian akan dikirim ke wilayah-wilayah pelosok untuk mempertahankan dan menguatkan keislaman masyarakat-masyarakat di wilayah tersebut.

Selain Hamka dan Natsir, H.M. Rasjidi pun memberikan respons dengan karya-karyanya; seperti bukunya yang berjudul “Mengapa Aku Tetap Memeluk Agama Islam?” Dalam buku tersebut ia menjelaskan tentang bagaimana kerasnya usaha pemurtadan yang dilakukan oleh kaum Kristen.

“Semua yang mereka lakukan adalah untuk memberi kewaspadaan kepada umat Islam saat itu terhadap upaya kristenisasi sehingga akidah umat bisa tetap terjaga dan bangga terhadap Islam,” pungkas Inas.

Khalisah Inas Tsabitah adalah salah satu santri At-Taqwa College (ATCO) tingkat akhir Pesantren At-Taqwa Depok. Ia harus menulis dan melaksanakan sidang skripsi di hadapan dua penguji (dosen ATCO) sebagai syarat kelulusan.

Tahun 2024 ini adalah angkatan ATCO keempat. Ada 11 skripsi yang ditulis oleh para santri. Sejak tahun 2021, sudah sekitar 50 skripsi yang terhimpun dan ditulis oleh mereka dan santri angkatan sebelumnya. Inilah salah satu cara Pesantren At-Taqwa Depok dalam menanamkan adab terhadap ilmu dan budaya literasi di kalangan santri.

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086