Santri Asal Bandung Ini Jelaskan Hubungan Islam dan Kebudayaan Sunda di Masjid Salman ITB
Oleh: Tim Humas At-Taqwa
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Bertempat di Masjid salman ITB, Khairin Atha Mirza, santriwati setingkat I SMA Pesantren At-Taqwa Depok presentasikan makalahnya yang berjudul, “Peran Pesantren Dalam Perkembangan Kebudayaan di Tatar Sunda: Akar Sejarah dan Manifestasinya” di hadapan ratusan pegiat pendidikan pada Senin (19/05/25).
Mirza -begitu sapaan akrabnya- merupakan santriwati asal tanah Sunda. Ia mengkaji dan menuliskan makalahnya selama kurang lebih enam bulan di bawah bimbingan ustadz Ahda Abid Al-Ghifari, Guru sejarah yang menempuh Magister ilmu Sejarah di Universitas Indonesia.
Melalui makalah ini Mirza ingin mengembalikan peran pesantren sebagai wadah lahir serta berkembangnya kebudayaan Islam di wilayah Tatar Sunda. Selain itu ia juga ingin menegaskan bahwa datangnya Islam sama sekali tidak menjadikan kebudayaan Sunda hilang.
“Islam datang dan mengadaptasi kebudayaan; Islam tidak menghilangkan secara keseluruhan, Islam datang untuk mengadaptasi kebudayaan, membuang hal-hal yang sekiranya bertentangan dengan ajaran Islam dan melanjutkan kebudayaan yang telah di-Islamisasi kan,” pungkas Mirza
Menurut Mirza, makalah ini penting untuk dibahas, sebab wilayah Sunda merupakan wilayah yang terkenal akan keislamanya sebagaimana yang dikatakan seorang budayawan Sunda, Endang Saefudin Anshori pada tahun 1967, “Islam teh Sunda, Sunda teh Islam.” Slogan ini terus dipegang teguh masyarakat Sunda hingga hari ini.
“Bahkan aneh rasanya jika orang Sunda bukan pemeluk agama Islam. Bukan dalam arti memaksakan keyakinan. Namun sebagai pengingat bagi masyarakat Islam di wilayah Sunda bahwa keberhasilan kebudayaan yang telah terkena dampak dari Islamisasi dapat bertahan hingga hari ini adalah karena disebabkan Islam, salah satunya ialah keberadaan lembaga pesantren,” tegas santriwati umur 16 tahun tersebut
Di umur yang terhitung belia itu, Mirza dapat memaparkan makalahnya di hadapan ratusan pegiat pendidikan dengan sangat baik. Ia mampu menunjukan buku-buku yang menjadi rujukanya dalam penulisan makalah ini, yang mana hal ini membuat para penonton terkagum. Peserta pun beberapa kali menyisipkan tawa ketika Mirza menyampaikan istilah-istilah dengan bahasa Sunda.
Bukan hanya berhasil membuktikan rumusan unggul Dr. Adian Husaini, dalam wawancaranya, Mirza juga yakin bahwa budaya literasi dan sistem SMA unggul beradab dapat terlaksana dengan baik di bawah konsep yang tepat.
Sebelumnya, makalah Mirza sudah dipresentasikan di hadapan puluhan santri Pesantren Husnayain, Sukabumi. Di sana Mirza juga mendapatkan apresiasi yang baik dari para santri dan guru Pesantren. Harapannya Mirza bisa memberi pengaruh di tanah kelahirannya kelak. Amin.