Peluncuran Buku Pertama Cicit Buya Hamka di Rumah Hamka Malaysia

Oleh: Jilan Salma (Santriwati At-Taqwa College Depok, 18 Tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Selangor, 16 November 2025, Farrel AW (18 tahun), santri At-Taqwa College Depok (setingkat kelas 3 SMA) yang merupakan cicit Buya Hamka, mendapat kesempatan memaparkan buku pertamanya “Islam dan Westernisasi Indonesia “ di Rumah Hamka Malaysia” 

Acara ini dihadiri beberapa tokoh penting, Ketua. Seperti Penasihat dan pengurus harian Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyyah (PCIM) Malaysia. Juga Dr. Adian Husaini dan Dr. Akmal Syafril yang merupakan pemerhati Hamka.

Seputar Hamka

Ustadz Arifin Ismail, Penasihat PCIM Malaysia menegaskan bahwa perjalanan intelektual Buya Hamka merupakan teladan besar bagi pelajar masa kini. Hamka dikenal sebagai sosok pembelajar yang berani keluar dari batas kurikulum.

“Ketika belajar di Thawalib, ia tidak pernah puas dengan apa yang diajarkan di sekolah; ia haus ilmu, membaca di luar silabus, bahkan kerap berbeda dalam beberapa hal dengan ayahnya,” ujar ustadz Arifin.

Wawasan Hamka dibentuk oleh interaksi dengan masyarakat. Selain itu juga dengan keterlibatannya dalam organisasi Muhammadiyah yang mempertemukannya dengan tokoh organisasi hebat seperti Ki Bagus Hadikusumo.

Menurut Ustadz Arifin, puncak kedalaman intelektual Hamka tampak ketika ia menulis tafsirnya yang monumental. Ini mengajarkan kita bahwa ilmu akan bertambah bukan hanya ketika belajar, tetapi juga saat mengajar dan menulis.

“Hamka adalah sosok yang lengkap: alim, muallim, mufakkir, muharrik, sekaligus mujahid. Sebab hari ini banyak yang alim tapi tidak muallim. Ada muallim tapi tidak mujahid. Ada mujahid tapi tidak alim. Kita harus belajar dari Hamka!” pungkas Arifin dalam penutup sambutannya

Fauzi Fatkhur, Ketua PCIM Malaysia, menggambarkan betapa terkenalnya Hamka di Malaysia. “Masyarakat Malaysia bahkan lebih mengenal Hamka daripada Muhammadiyah itu sendiri!” ujarnya. Maka, Muhammadiyah Malaysia menamakan markas mereka dengan nama Rumah Hamka. Harapannya, tempat ini dapat menjadi pusat perjuangan dan pusat studi bagi para pelajar muda.

Peluncuran Buku

Farel adalah Cicit dari Buya Hamka jalur Fakhri Hamka. Ibunya yang bernama Irma merupakan anak dari Fakhri Hamka, salah satu anak Hamka. Di umur 18 tahun ini ia meluncurkan satu buku berjudul “Hamka dan Westernisasi Indonesia”

Ketertarikan Farrel pada Hamka dimulai sejak ia SMP kelas 3 (PRISTAC 1). Suatu hari ia diajak masuk ke toko buku Muhammadiyyah dan melihat karya-karya tentang Hamka salah satunya “Hamka Great Story” karya James Rush. 

“Dari situ saya mulai merenungi, bahwa jika orang luar saja mengkaji Hamka dengan baik, maka seharusnya saya lebih dari itu. Pesan penting lainnya, satu buku bisa merubah cara pandang dan pribadi seseorang, dan itu nyata!”

Judul buku itu diamabil dari makalah ilmiahnya yang berjudul “Hamka dan Barat: Respon Hamka Terhadap Pembaratan Indonesia” setebal 30an halaman. Kemudian ia menambahkan beberapa tulisan lainnya seputar pendidikan, sejarah dan filsafat. 

“Saya harus objektif, buku ini bukan hanya deskriptif, mengumpulkan data sana-sini, tapi juga analisis. Maka saya harus katakan kalau buku ini memang sekelas pasca-sarjana!” tegas Dr. Adian dalam menanggapi buku Farrel. 

Ketum DDII itu berpesan untuk tidak melupakan warisan ulama kita. “Saya pernah sedih ketika khutbah di Bukittinggi, saat itu banyak anak muda yang tidak  tahu tentang Hamka apalagi pemikirannya. Ini tidak seharusnya!” ujar ustadz Adian.  

Dr. Akmal Syafril menjelaskan bahwa pemikiran Hamka sangat layak diteliti karena sumber-sumbernya banyak, terutama karya-karya Hamka sendiri. Ia juga menambahkan bahwa dalam penulisan otobiografi, Hamka mengambil sudut pandang “candid” dalam menceritakan sejarah hidupnya. Inilah yang menarik. Dengan menceritakan secara apa adanya, ia menunjukkan bahwa ia manusia biasa yang bisa salah dan lupa. “Jika tingkatannya seperti malaikat, bagaimana orang-orang dapat meneladaninya?”

Peluncuran buku ini menjadi pesan bagi generasi muda pentingnya melanjutkan jihad intelektual yang diwariskan para ulama kita, salah satunya Buya Hamka.
 
(*) 

(Pesan buku Hamka ke DIFA BOOKS: 0813-8111-2253).

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086